MaT 11 - Siapa Dia?

42.7K 1.3K 13
                                    

Ini sudah hampir jam tujuh malam dan Revan masih belum bisa dihubungi. Tadi katanya dia akan kembali sebelum pukul tujuh. Aku sudah siap dengan dress berwarna hitam ini dan dia belum juga datang. Apa-apaan sih dia?

Aku kembali menghubungi dia, sambil terus mondar-mandir. Bagaimana kalau dia sakit kepala lagi? Atau jangan-jangan dia pingsan. Ah aku tidak boleh negative thinking. Mungkin saja dia masih bertemu klien atau mungkin masalah kantornya belum selesai.

Jadi gini rasanya kalau kita sudah siap dan tidak jadi pergi. Padahal sedari tadi aku sudah membayangkan akan dinner romantis seperti yang ada di film-film. Sudahlah, sepertinya dia tidak akan datang. Saat akan menaruh ponselku ke atas meja, tiba-tiba saja benda itu bergetar.

Aldo calling...

Haduh, kenapa mesti dia yang menghubungiku. Aku benar-benar berharap kalau yang menghubungiku tadi adalah Revan.

"Halo, kenapa Do?"

"Gakpapa, cuma kangen denger suara lo," gombalnya dari sebrang sana. Mana bisa aku tersentuh sedangkan fikiranku terus memikirkan Revan. "Lo sebenernya kemana sih, Ca? Gak muncul di group, gue chat juga gak dibales."

"Kan udah gue bilang, gue lagi acara keluarga."

"Beneran? Kok sampe gak megang hp gitu? Gakpapa deh gak ngabarin gue. Asalkan lo gak lupa makankan?"

"Apaan sih Do! Iya gak lupa." Oke aku mulai terbius oleh rayuannya.

"Siapa itu Ca?" Aku tersentak mendengar suara itu. Aku membalikkan badanku dan melihat Revan sudah mulai melonggarkan dasinya.

"Ca... Ca... itu suara siapa? Kok kayak suara laki-laki?" Mampus, aku lupa kalau masih terhubung dengan Aldo.

"Eh- anu- itu suara Bang Vano," jawabku dengan gugup.

"Oalah yaudah nanti gue telpon lo lagi ya. Kalo bisa kabar-kabaran lah..."

"Iya, bye," balasku kemudian memutuskan sambungan kami.

"Siapa itu tadi?" Tanya Aldo lagi. Aku melihatnya dari atas sampai bawah. Ternyata guruku sangat sexy, dengan lengan tangan yang sedikit tergulung, rambut yang acak-acakan, dan dasi yang dilonggarkan membuat fantasiku menjadi aneh-aneh. Ingat Tesha kamu masih tujuhbelas tahun, bahkan empat bulan lagi kamu baru legal.

"Ditanya malah bengong!" Seru Revan sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan mukaku.

"Eh- iya- otot." Apa yang baru aku katakan? Aku langsung membekap mulutku sendiri dengan telapak tanganku. "Anu- tadi Aldo."

Aku melihat Revan tertawa-tawa melihatku. "Apa yang sedang kamu fikirkan Tesha Marela?"

"Tidak ada, apa kita jadi dinner?"

"Tentu jadi, maaf aku telat." Lagi-lagi dia meminta maaf.

Revan masuk ke kamar mandi setelah menggodaku dengan candaan yang dibuatnya dengan tema dasar 'otot'. Seselesainya dia dari kamar mandi, dia sudah siap dengan setelan tuxedo-nya. Tapi tadi seingatku saat dia meninggalkanku di hotel dia tidak menggunakan setelan jas.

🍭

🍭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Me and TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang