MaT 13 - Su Ren Eui

37.4K 1.3K 23
                                    

Hari ini mama menghubungi kami, menyuruh kami untuk datang ke rumah, untuk makan malam. Sebelum pergi ke rumah mama aku dan Revan berniat untuk membelikan sesuatu untuk orang rumah.

Jadilah kami ke mall. Selama perjalanan Revan memberikan ku wejengan. Mulai dari masalah tugas sampai ancaman bagi siswa ataupun siswi yang hobinya kabur pada saat jam pelajaran. Padahal aku bukan tipe 'cewek bar-bar' seperti Bianca.

"Walaupun aku suami kamu tetep aja, aku gak bisa bantu kamu kalau kamu sampai gak naik kelas," ucap Revan.

"Ya lagian siapa juga yang minta bantuan situ. Lagian aku bukan anak bandel kok."

"Kamu lupa aku walas kamu? Kamu itu masuk peringkat sepuluh besar."

"Bagus dong kalau gitu!" Ucapku dengan wajah yang berseri. Tumben sekali aku masuk peringkat sepuluh besar. Pasti ada yang salah.

"Iya, sepuluh besar peringkat murid dengan poin terbanyak..."

"Boong! Akukan bukan anak nakal," ucapku tidak percaya dan langsung melirik ke arahnya yang masih sibuk menyetir.

"Emang bukan anak nakal..." Aku lihat Revan membenarkan tempat duduknya. "Tapi kamu ngumpulin poin terlambat masuk sekolah, terlambat ikut pelajaran, tidur saat jam pelajaran."

Aku sama sekali sudah tidak ingin membalas ucapannya. Lebih baik aku mendengarkan musik. Ku keluarkan earphone dari tasku dan memakainya.

Tidak sampai dua puluh menit, kami sudah sampai di parkiran mall. Memang dasaenya pemalas, dia memberhentikan mobil di tempat valet. Aku segera melepas earphoneku dan keluar dari dalam mobil.

Aku dan memutuskan untuk membelikan mereka buah-buahan. Kami menuju ke supermarket yang ada di dalam mall ini untuk membelinya. Saat akan berjalan ke supermarket tiba-tiba saja ada perempuan cantik yang menurutku tidak asing menyapa Revan.

"Evan! Revan!" Sapa perempuan itu. Aku ingat, dia perempuan yang waktu itu papasan dengan kami di Korea.

"Sudah pura-pura saja tidak dengar," suruh Revan kemudian menarik lengan tanganku.

Belum berapa lama berjalan perempuan itu menarik tangan Revan. "Kamu Revansyahkan? Aku tidak mungkin salah." Perempuan itu pindah ke depan kami. Sebenarnya siapa sih dia?

"Iya, dia Revansyah." Bukannya Revan yang menjawab, justru aku yang menjawab. Dan Revan hanya memasang wajah datarnya. "Mbak bukannya yang waktu itu satu lift sama saya?"

"Iya, kamu pasti adiknya Evan?" Tanya perempuan itu dengan santainya. Belum sempat aku menjawab Revan Sudah duluan menyeletuk.

"Bukannya aku pernah bilang, anggap kita tidak pernah kenal," kata Revan dengan wajah datarnya. Revan kemudian melanjutkan jalannya.

"Tunggu Revan! Aku kesini mau memperbaiki semuanya," balas perempuan itu dan membuat Revan diam di tempat.

"Nanti kita bicarakan lagi, Ren," ucap Revan tidak berkutik dari tempatnya. "Ayo, Ca." Kemudian aku mengikutinya berjalan maju.

"Siapa sih dia, Van?"

"Stop bertanya tentang dia," jawab Revan dengan kesal.

"Tapi aku ingin tahu sedikit saja tentangmu."

"Nanti di rumah aku jelaskan." Aku hanya mengangguk dan kembali berimajinasi sendiri.

🍭

Author PoV

Sesampainya mereka di rumah orang tua Eca, mereka di sambut oleh kedua orang tua Eca. Ela langsung mengajak mereka untuk bergabung makan malam. Dan mereka mengikutinya dengan suka rela.

Me and TeacherWhere stories live. Discover now