MaT 23 - Senior Year

38.1K 1.2K 9
                                    

Setelah liburanku yang membosankan selama dua minggu, akhirnya hari ini kami kembali ke sekolah. Bagaimana tidak membosankan, yang aku lakukan hanya di apartment ditinggal oleh Revan yang sangat sibuk mengurus perusahaan.

Banyak good news yang aku terima hari ini. Yang pertama adalah aku, Yuri dan Lana disatukan kembali dalam satu kelas, dan yang kedua adalah Revan kembali dipercaya sebagai guru fisikaku, walaupun dia tidak menjadi wali kelasku lagi, yang penting dia tidak mengajar adik kelas yang centil-centil. Ya kalian para kakak kelas pasti juga punya rasa seperti itu ke adik kelas.

Revan juga sudah tidak memikirkan tentang masa lalunya, dia juga sudah mengetahui kalau orang tua kandungnya sudah meninggal sejak dia kecil, karena itulah dia dibawa ke panti asuhan.

Soal Aldo, dia semakin dekat dengan Bianca dan Bianca sudah bersikap baik kepadaku. Benar mungkin karena dia sudah mendapatkan Aldo. Yuri dan Kak Galang kini LDR karena Kak Galang ternyata pergi ke Amerika untuk melanjutkan studynya.

"Ca! Woy!" Tegur Lana sambil menyentuh bahuku.

"Ha? Kenapa?"

"Lo ikut ke kantin gak?" Tanya Yuri yang sudah stand by di sebelah Lana.

"Abis ini mapelnya siapa?" Tanyaku balik.

"Fisika. Tapi gurunya gak masuk katanya." Yuri menjawab.

"Ha? Guru fisikannya siapa sih yang bener?" Aku bingung kenapa Yuri mengatakan kalau Pak Revan gak masuk ya? Perasaan tadi pagi kami berangkat bareng. Apa gurunya bukan Pak Revan?

"Pak Revan lah... tapi dia gak masuk katanya, lo gimana sih? Bukannya lo satu-" Tanya Lana terpotong saat Yuri membekap mulutnya. Aduh, hampir aja satu kelas tahu.

"Ish Lan hampir aja," kata Yuri lalu menjauhkan tangannya dari mulut Lana.

"Tadi pagi dia berangkat kok," ucapku dengan nada ayang amat sangat pelan.

"Mungkin dia izin pulang kali." Yuri seperti berusaha menghilangkan pikiran negatif yang ada di otakku.

"Udah ayo ke kanti daripada lo suntuk." Tiba-tiba Lana menarik tanganku dan membuat aku berdiri.

Kantin penuh seperti biasa, ada yang pacaran, ada guru-guru yang lagi rumpi, dan lainnya. Kami menghampiri Aldo dan Gavin yang sudah duluan mendapat tempat duduk.

"Gimana mapel pertama di kelas dua belas, beb?" Tanya Gavin yang udah pasti buat Lana.

"Biasa aja, gak ada special-specialnya," jawab Lana.

"Iyalah, gak ada aku," ucap Gavin.

"Gue ke sana dulu ya." Aldo memajukkan dagunya, menunjukkan kalau dia akan ke tempat dimana Bianca dan teman-temannya duduk. Kok perasanku masih canggung ya dengan Aldo?

"Yoi," kata Gavin lalu tos-an dengan Aldo.

Kami kembali mengobrol, atau lebih tepatnya aku dan Yuri, karena Gavin dan Lana sibuk pacaran juga. Hadeh... semua pacaran, semua udah punya pasangan masing-masing. Aku juga mau pacaran, gak mau menikah.

Aku mengedarkan pandanganku mencari Revan, hasilnya nihil, dia tidak ada di kantin. Kemana dia ya?

"Yur, Lan, gue ke toilet dulu ya," kataku lalu berdiri dari bangku kantin. Aku memang tidak benar-benar ingin ke toilet, aku hanya penasaran dimana Revan. Kalau ke toiletkan aku bisa melewati ruangannya.

Aku berjalan menuju toilet, saat sampai di depan ruangan Revan, aku membuka sedikit pintunya dan memasukkan kepalaku sedikit untuk mengintip.

"Ngapain kamu disitu?" Sebuah suara dari luar membuatku dengan reflek menutup pintunya.

"Aduh..." keluhku sambil mengelus-elus kepalaku yang terjepit.

Revan membuka pintu dan menarikku masuk, dia menggantikkan tangannya mengelus-elus kepalaku.

"Lagian ngapain sih kamu ngintip gitu?" Tanya Revan dan menyudahi elusannya.

"Lagian kata Yuri sama Lana kamu gak masuk, ya aku bingung lah, tadi pagikan aku berangkat bareng kamu," ucapku lalu menekuk mukaku.

"Ya itu namanya kamu lagi diboogin."

"Ya aku tau!" Dasar Yuri dan Lana baru hari pertama masuk sudah membuat moodku hancur.

"Loh kenapa jadi marahnya sama aku?"

"Gak tau ah! Mau ke kelas aja." Aku berjalan keluar dari ruangan Revan.

Maafkan aku, Van. Namanya remaja emosiku memang lagi labil ditambah lagi hari ini adalah hari pertama aku datang bulan. Udah kena tipu Lana dan Yuri, sialnya kepalaku malah kejepit pintu.

Sepanjang jalan aku terus saja mengumpat kesal sambil terus mengelus-elus kepalaku. Saat akan masuk ke kelas aku berpapasan dengan Lana dan Yuri yang ternyata sudah balik juga dari kantin.

"Lo kenapa Ca?" Tanya Yuri.

"Ya menurut lo kenapa ini?!" Sewotku.

"Dih ditanya juga," kata Yuri lagi.

"Kejepit pintu gue di ruangan Pak Revan gara-gara lo berdua!" Jawabku dengan sebal.

"Ya lagian lo ngapain pake ke ruangan dia segala?" Gantian Lana yang mengintrogasiku.

"Mau mastiin aja," kataku dengan pelan.

"Selamat siang anak-anak," ucap seseorang dari arah pintu dan membuat aku, Yuri, Lana langsung berlari menuju bangku kami. Siapa lagi kalau bukan Pak Revan.

Saat Revan sedang menjelaskan, tiba-tiba saja wali kelasku masuk yang masuk diikuti oleh seorang anak laki-laki yang menurutku murid pindahan. Dan saat anak itu berdiri di depan kelas, semua murid perempuan heboh, termasuk Lana dan Yuri. Kenapa gak dari pagi coba? Lagian juga biasa aja ah menurutku, tapi memang muka timur tengahnya tercetak jelas.

"Maaf pak, saya mengintrupsi," ucap Bu Wedy.

"Iya tidak apa, silahkan," balas Revan dengan sopan. "Harap tenang anak-anak."

"Siang anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru, ibu tau ini adalah tahun terakhir dan sudah waktu sudah sangat sempit untuk saling mengenal tapi ibu mohon supaya dia diterima di kelas ini. Silahkan perkenalkan diri," ucap Bu Wedy.

"Nama saya Fahreza Hussein, Reza aja kalo manggil, saya pindahan dari Surabaya, mohon kerjasamanya." Dia memperkenalkan diri dengan sopan di depan kelas. Pertanyaan-pertanyaan aneh mulai keluar.

"Reza udah punya pacar?"

"Id line dong!"

"Ig-nya apa?!"

"Reza rumahnya dimana?"

Dia tidak menjawab satupun pertanyaan yang dilontarkan kepadanya, mungkin dia terlalu bingung.

"Sudah-sudah, silahkan duduk Reza di bangku yang kosong sebelah Eca," perintah Bu Wady.

Rezapun berjalan ke meja kosong yang ada di sebelahku. Tapi kalau diliat dari dekat lumayan juga.

"Ekhm! Kita lanjutkan pelajarannya!" Kata Revan dengan nada yang sedikit tinggi. Aku langsung mengalihkan pandanganku yang semula ngeliatin Reza menjadi kembali ke depan.

Dih kenapa sih dia aneh banget jadi galak, padahal baru hari pertama masuk.

***
Part 23.

Segini dulu yaaa 🙏 vote dan comment kalau kalian suka ❤️

Me and TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang