MaT 29 - Kenyataannya

42K 1.3K 20
                                    

Sudah beberapa minggu ini Aldo sering berkunjung ke apartement. Tidak, kami tidak hanya berdua di apartement. Ada Gavin dan Lana juga yang selalu dibawanya. Aku mengatakan kalau tidak membawa orang lain lebih baik tidak usah kemari.

Aldo meneceritakan kalau dia dan Bianca sudah lama putus, tapi setelahnya dia mengatakan kalau dia dan Bianca tidak pacaran. Mungkin selama ini memang mereka tidak berpacaran.

Dia juga jujur soal kalau dia tahu tentang hubunganku dengan Revan waktu itu. Dan alasan dia dekat dengan Bianca selama ini hanya karena dia ingin segera move on dariku. Entahlah sekarang dia masih merasakan hal yang sama atau tidak.

"Ca, di dapur lo ada mie gak?" Tanya Gavin yang sudah ready di pantry apartmentku.

"Ih, Gavin please lah... tadi kita baru makan," ucap Lana dengan malas.

"Gue juga pengen nih," timpa Aldo.

"Ada, mau gue bikinin aja gak?" Tanyaku balik lalu berdiri dan berjalan ke arah pantry.

"Mau dong, mantappp... lo emang the best Ca." Gavin langsung mengacungkan jempolnya tepat di depan wajahku.

"Emang dari dulu juga Eca the best," balas Aldo tidak mau kalah.

"Belom move on lo tong?" Tanya Gavin seraya menyelidiki wajah Aldo.

"Anjrit! Jauhin muka lo dari muka gue, nanti kalo Lana salah sangkah gimana?" Lawak Aldo yang sebenarnya garing menurutku.

"Udah ah, lo berdua mending balik kesana," ucapku sambil menunjuk sofa. "Biar gue masak dengan tenang di sini."

Mereka berdua jalan menuju ke sofa. Aku merasa tidak kesepian kalau hampir setiap hari begini. By the way, Yuri tidak ada di sini karena dia sedang mempersiapkan kuliahnya di Korea. Dan untuk saat ini dia sedang berada di Korea.

Soal Revan, tidak udah ditanya, hampir setiap malam kami video call. Malam sini ya, berarti disana sekitar jam lima sore, karena German dengan Indonesia memiliki rentan waktu lima jam. Aku juga memberi tahu Revan kalau Lana, Gavin dan Aldo menjadikan apartement ini sebagai basecamp mereka.

Awalnya Revan marah dan tidak setuju, setelah pembujukan yang cukup lama, akhirnya Revan setuju dan mengatakan kalau sampai aku main hati dengan Aldo dia akan langsung terbang ke Indonesia dan mencari seorang Aldo Pratama Mikari.

Setelah mie yang aku masak siap, aku membawanya ke meja tengah untuk menghidangkan kepada mereka. Tapi lama kelamaan bau mie yang aku buat ini mulai membuat aku mual. Karena tidak tahan aku berlari masuk ke kamar mandi.

"Hoek..." Aku membungkukkan badanku ke wastafel.

Tiba-tiba aku merasakan ada tangan seseorang yang menepuk-nepuk punggungku dari belakang. Ternyata, Lana melihat ada yang salah denganku dan langsung mengikutiku dari belakang.

"Hoek..." Sumpah rasanya aku ingin memuntahkan semua yang ada di perutku, tapi kenapa yang keluar hanya cairan bening seperti ludah ya?

"Lo kayaknya masuk angin deh, Ca," ucap Lana dengan tangannya yang masih terus memijat tengkukku. "Semalem lo tidur di lantai? Atau tidur gak make selimut lagi?"

"Ih, biasanya gue gak make selimut juga gak pernah kayak gini."

"Atau jangan-jangan lo ha-"

"APAAN SIH LAN!" Aku mulai kesal dan meninggalkan dia sendiri di kamar mandi.

Tidak tahu kenapa aku benar-benar merasa kesal karena Lana hampir saja mengira kalau aku hamil. Mana mungkin aku hamil, perasaan kemarin waktu habis 'berbuat' aku langsung minum pil seperti biasa.

Me and TeacherМесто, где живут истории. Откройте их для себя