6 회

7K 1.4K 277
                                    

Dua insan yang tengah duduk berdampingan di bangku panjang taman terdiam. Mereka masih sibuk memandang kosong kedepan. Seolah mereka hanya bercakap lewat intuisi masing-masing. Terlalu lama menunggu lawan bicaranya bersuara, Winwin pun berusaha memecah keheningan.

"Ayahku menjodohkanku dengan sahabatku sendiri."

Winwin menunduk. Matanya sudah berkaca-kaca, namun pria disampingnya hanya diam tanpa kata. Ia kembali mendongak, mengamati wajah tampan yang selalu membuatnya jatuh cinta berjuta juta kali. Pria itu juga menatapnya, namun dengan tatapan datar dan kosong.

"Ah benarkah? Selamat Winnie," ucapnya lalu tersenyum tersenyum tipis dan menoleh kearah lain.

Winwin menghela napas, menatap sosok itu tak percaya, "Apa maksudmu dengan selamat? Kenapa kau tak pernah memperjuangkanku sama sekali?" lirihnya.

Sosok itu berdiri, "Aku harus kembali bekerja. Sampai jumpa."

Winwin menggigit bibir bawahnya. Air matanya mengalir semakin deras. Ia ingin berteriak, namun sepertinya percuma. Pria itu tak pernah mengerti dengan perasaannya.

"Aku mencintaimu, Yuta." lirihnya lalu kembali terisak dengan kencang.

Tanpa Winwin ketahui Yuta tengah menatapnya sendu dibalik pohon besar. Ia mencengkeram kuat dadanya, dan tanpa sadar ikut meneteskan air mata melihat Winwin yang menangis seperti anak kecil di bangku taman.

Yuta tahu, orang tua Winwin tak akan pernah menerimanya. Ia hanya anak dari seorang pegawai swasta dan ibu rumah tangga biasa. Sedangkan ia sendiri hanya bekerja sebagai pelayan di Restoran milik Park Chanyeol.

"Aku juga mencintaimu Win." ucap Yuta lalu berbalik dan meninggalkan Winwin sendiri di tempat itu.



"If you keep talking about your dissatisfactions, your mood will gradually become worse. If you talk about love, the more you talk about it, your heart becomes warmer."

ㅡ Jika kau terus berbicara tentang ketidakpuasan, suasana hatimu akan secara bertahap menjadi lebih buruk. Jika kau berbicara tentang cinta, semakin kau berbicara tentang hal itu, hatimu akan menjadi lebih hangat ㅡ

"NCT-eui, Night Night. Annyeong"

Taeyong tersenyum tipis. Baru kali ini ia mendengar siaran radio melalui ponselnya. Rasa bosan melandanya beberapa menit yang lalu, dan Yuta menyarankannya untuk mendengar lagu di radio daripada mp3 player ponselnya.

Lagu-lagu yang Taeyong dengar pun membuat moodnya semakin baik, ia harus berterima kasih pada DJ yang telah mengurangi sedikit bebannya. Meski pikirannya tentang sang Ayah tak bisa hilang, tapi ia yakin sosok kesayangannya itu akan sembuh dan baik-baik saja.

"Taeyong-ah, pulanglah. Sudah sangat larut malam" kata Baekhyun lalu memberikan bungkusan kecil pada Taeyong, "Itu untuk adikmu, jangan biarkan adikmu kelaparan di rumah." sambung pria cantik itu lalu menepuk bahu Taeyong pelan.

Pria yang lebih muda membungkuk hormat, "Terima kasih hyung, aku permisi." pamitnya lalu berjalan keluar dari restoran.

Taeyong melangkahkan kakinya pelan. Sudah jam 12 malam, namun Kota Seoul seakan masih enggan tidur. Kerlap-kerlip lampu dari gedung gedung besar yang menjulang menjadi daya tarik tersendiri dimata Taeyong. Ia menghembuskan napasnya kasar, menoleh pada papan billboard besar yang berada diseberang jalan.

Ia tersenyum tipis, melihat Chef terkenal sedang menyajikan makannya diatas meja, "Keren sekali," gumamnya lalu menoleh pada cahaya lampu yang berubah menjadi merah.

The Chef & Two Handsome Guy | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang