24 회

4.9K 1K 90
                                    

Siang telah berganti malam. Kejadian sebelum resepsi pernikahan tadi membuat Jaehyun memilih untuk lebih banyak terdiam. Disatu sisi ia bersyukur, perjodohan bodoh yang dipaksakan oleh Tuan Kim tidak terjadi.

Namun, disisi lain hatinya bergejolak. Melihat Taeyong berlari meninggalkan ballroom siang tadi membuat pikirannya tak bisa tenang. Padahal, tujuannya sedari awal memang untuk membuat pria mungil itu membencinya dan melupakan perasaannya.

Selain itu, Tuan Kim masih mengotot untuk menjodohkannya dengan Winwin. Bahkan Perdana Menteri itu dengan teganya menyuruh anak dari adiknya sendiri untuk menggugurkan bayi dalam kandungan Winwin.

Tak jauh berbeda dengan Jaehyun, Tuan dan Nyonya Jung pun tak banyak bicara. Sesekali mereka hanya bertanya pada sang anak apakah dia baik-baik saja atas semuanya.

Lalu, Yuno?

Anak sulungnya itu belum kembali sejak mengejar Taeyong yang berlari meninggalkan resepsi pernikahan Jaehyun yang batal hari ini.

"Aku ke kamar dulu." kata Jaehyun singkat pada kedua orang tuanya lalu berjalan menuju kamarnya.

Tuan dan Nyonya Jung menatap Jaehyun sendu. Sangat jelas diwajah anaknya jika banyak beban yang harus ia tanggung. Terlebih, menyangkut tentang Taeyong. Mereka tahu putra bungsunya itu hanya mencoba merelakan orang yang dicintainya bersama kakaknya, Yuno.



"Appa, Eomma! Dimana Jaehyun?"

Sepasang suami istri yang tengah duduk di ruang tengah tersentak. Yuno tiba-tiba datang dan bertanya dengan nada suara yang meninggi.

Tuan Jung berdiri. Menepuk pundak putranya dan berkata pelan. "Adikmu ada di kamar, nak." ia menghela nafas. "Jangan memarahinya. Jaehyun pasti punya alasan dibalik ini semua."

Yuno mengusap kasar wajahnya. "Aku tahu, Appa. Tapi bukankah cara tadi sudah sangat keterlaluan? Dia membuat dua orang pria yang tak tahu apa-apa tersakiti."

"Jung Yuno!" Nyonya Jung berteriak. "Kau kakaknya, saudara kembarnya, kalian telah bersama sejak dalam kandungan Eomma. Harusnya kau mengerti bagaimana perasaan Jaehyun. Rasa sakit yang adikmu rasakan mungkin lebih besar dari dua orang itu." Katanya lalu terisak pelan.

Yuno menunduk. Emosinya telah menguasai dirinya. Hingga ia lupa bahwa Jaehyun mungkin saja menyimpan dan menyembunyikan sesuatu darinya.

"Maafkan aku, Eomma," Yuno berkata lirih, "Aku akan berbicara baik-baik dengannya."

Jaksa muda itu melangkahkan kaki kelantai atas. Masuk kedalam kamar Jaehyun tanpa mengetuk pintu. Pria bersurai blonde diatas tempat tidur tengah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Yuno dapat melihat isi dalam gundukan selimut itu bergetar. Ia yakin, Jaehyun sedang menangis sesenggukan.

"Jaehyun-ah," panggil Yuno lirih dan duduk disisi kosong tempat tidur Jaehyun. "Kita perlu bicara." katanya lalu menarik selimut yang menutupi tubuh adiknya.

Hatinya seketika semakin teriris. Benar saja, Jaehyun tengah menangis sambil menutupi mata dengan satu lengannya. Pria bersurai blonde itu terisak pilu, dan sesuatu dalam dada Yuno pun berdenyut ngilu.

"Maafkan, aku Yuno hyung." Jaehyun berucap lirih.

Yuno mengulum bibir. Menarik tubuh Jaehyun agar bangkit dan duduk disampingnya diatas tempat tidur.

Namun, saat adiknya itu telah berhadapan langsung dengannya, Yuno sedikit terperanjat. Wajah Jaehyun memucat, matanya bengkak dan ujung bibirnya pun membiru. Ia bisa melihat ada sisa darah kering disana.

Yuno menyentuh ujung bibir Jaehyun, "Apa yang terjadi? Apa seseorang memukulmu?" tanyanya sebelum menarik pria bersurai blonde itu kedalam dekapannya.

The Chef & Two Handsome Guy | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang