18 회

5.4K 1.1K 209
                                    

"Jika aku mati, siapa yang akan mencintaimu dengan cara bodoh seperti ini?"

Taeyong terdiam. Meski suara Jaehyun seperti cicitan anak ayam, tapi ia masih bisa mendengarnya. Matanya tak lepas dari sosok itu. Jantungnya kembali bergemuruh seolah petir diluar sana berpindah kedalam organ dalamnya itu.

Jaehyun melirik Taeyong. Ia terkekeh, "Kenapa kau kaget sekali? Aku hanya bercanda. Jangan bilang, kau masih menyukaiku?" Katanya santai sambil tertawa ringan.

"Tidak, aku sudah melupakan perasaan bodohku padamu." Kata Taeyong dengan suara bergetar. Jaehyun kembali membuatnya terbang diatas awan lalu dijatuhkan begitu saja.

Pria bersurai blonde mengangguk paham, "Syukurlah. Aku lega mendengarnya." Kata Jaehyun lalu mengusap surai Taeyong.

"Kau boleh membenciku. Tapi jangan berlebihan, atau kau akan menyesalinya." Sambungnya lalu mencubit keras pipi pria mungil disampingnya.

Taeyong masih enggan memberikan respon. Kedua netranya masih sibuk berkeliaran dan memandangi hujan di luar jendela. Jaehyun, pria itu lagi-lagi membuatnya seperti orang paling menyedihkan.

Meski dadanya perih bagai ditusuk ribuan belati. Tapi, disatu sisi Taeyong bersyukur. Dengan diperlakukan seperti ini, lambat laun ia akan semakin melupakan harapan dan perasaannya pada Jaehyun. Lalu ia benar benar terbebas dari jeratan kisah rumit diantara sepasang saudara kembar bermarga Jung.




"Pakailah, sepertinya hoodie ini cocok untukmu." Kata Jaehyun sambil memberikan hoodie orange pada Taeyong.

Beruntung, Ten kekasih Johnny menyimpan banyak pakaian di apartement sahabatnya itu. Taeyong bisa meminjamnya untuk mengganti pakaiannya yang basah. Ukuran tubuh mereka pun hampir sama. Jadi, pria mungil itu tak perlu memakai baju kebesaran.

Setelah meninggalkan siaran On Air Radio karena Taeyong, Jaehyun memutuskan untuk membawa pria mungil itu ke apartement Johnny. Meski si pemilik apartement berkali-kali mengiriminya pesan yang berisi umpatan dan makian, tapi ia tak peduli. Toh, Produser N-nana telah memanggil DJ pengganti. Lalu apa yang harus dirisaukan? Pikirnya.

"Kenapa kau diam saja pendek? Apa kau butuh bantuanku untuk mengganti bajumu?" Kata Jaehyun kesal lalu menghampiri Taeyong yang masih mematung didalam kamar tamu apartement Johnny.

Taeyong mendelik tajam, "Tidak, terima kasih." Katanya sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Jaehyun yang melihatnya tersenyum tipis. Ia menutup kamar itu lalu berjalan ke dapur. Menyiapkan minuman hangat agar Taeyong yang katanya demam tidak terkena flu.



"Sudah selesai? Cepat minum itu."

Taeyong yang baru keluar dari kamar mandi menghela nafas. Menatap malas pada Jaehyun yang berbaring sambil menyilangkan kaki diatas tempat tidur, "Aku mau pulang. Besok aku akan menyuruh adikku mengembalikan hoodie ini."

Jaehyun mendengus, "Yak! Aku sudah meninggalkan siaranku hari ini. Lalu kau ingin pergi begitu saja? Setidaknya turuti perkataanku sedikit, Taeyong. Jangan keras kepala!" Katanya kesal lalu beranjak dari tempat tidur dan menarik pelan lengan pria mungil dihadapannya.

Taeyong terdiam. Apa itu artinya Jaehyun meninggalkan siaran untuknya? Ia membatin.

Pria mungil itu tersentak. Jaehyun memegangi keningnya lalu menggumam, "Suhu tubuhmu tidak terlalu panas." Ia mengernyit heran.

"Memangnya yang bilang aku sedang panas siapa?" Tanyanya malas lalu menepis tangan Jaehyun.

Jaehyun menganga. Menyentil dahi Taeyong pelan lalu menarik lengan pria mungil itu, "Yuta bilang kau demam. Cepat minum tehnya." Katanya sambil menunjuk cangkir yang ia letakkan diatas nakas.

The Chef & Two Handsome Guy | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang