7 회

6.6K 1.3K 131
                                    

Yuno masih sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tak sadar Minhyung sedari tadi memanggilnya. Ia tersentak saat pria yang lebih muda itu menarik lengannya.

"Ah, Minhyung-ah. Kenapa?"

Minhyung terkekeh geli melihat raut wajah Yuno, "Kita sudah sampai hyung, ini rumahku."

Pria bersurai caramel mengangguk. Ia sudah seperti orang bodoh yang berjalan disamping Minhyung. Sejak anak itu mengatakan bahwa ia adalah adik dari Taeyong, pikiran Yuno selalu tertuju pada sosok itu.

Kebetulan yang sangat indah.

Yuno tersenyum sendiri saat membayangkan Taeyong yang mungkin akan kaget jika ia sering datang ke rumahnya.

Awalnya Yuno memang kasihan dengan Minhyung, anak itu masih terlalu muda untuk bekerja. Apalagi menjadi pengangkat galon yang sangat berat itu. Namun, Tuhan memang paling tahu cara membuat umatnya bahagia. Pria yang ingin Yuno tolong justru adalah adik dari sosok mungil yang selalu membuat hatinya bergetar dan menghangat, Lee Taeyong.

"Hyung, maaf jika rumahku mungkin tak sebesar rumahmu." ucap Minhyung sambil menuntun Yuno untuk duduk di ruang tamu.

Nyonya Lee yang baru saja keluar dari kamar melebarkan mata, "Omo! Siapa pria tampan ini Minhyung-ah?" tanyanya sambil memekik lalu berjalan cepat dan duduk disamping Yuno.

"Annyeonghaseyo, Bi. Aku Yuno, teman Taeyong." sapanya sopan lalu menundukkan kepala.

Wanita paruh baya di samping Yuno menatap pria itu dari atas kebawah, mulutnya masih menganga. Ia tak tahu jika Taeyong berteman dengan pria tampan berpakaian rapi khas kantoran seperti sosok disampingnya.

"Eomma, berhentilah menatap Yuno hyung seperti itu." sela Minhyung saat melihat tingkat konyol Ibunya.

Nyonya Lee mengangguk, "A-aku akan membuatkan minuman dulu." ia berdiri lalu melangkahkan kaki ke dapur tergesa.

Yuno terkekeh pelan lalu mengedarkan pandangannya pada rumah minimalis dan bernuansa klasik milik keluarga Lee. Ia tersenyum tipis saat matanya menangkap figura foto seseorang yang sangat ia kagumi, Taeyong.

Taeyong tersenyum lebar di foto itu, memakai baju uniform berwarna kuning dan rambutnya masih berwarna gelap. Tidak seperti sekarang yang berwarna cokelat terang. Yuno yakin foto itu diambil saat kelulusan Taeyong di sekolah menengah.

Minhyung diam-diam memerhatikan pria dihadapannya. Ikut tersenyum saat melihat Yuno terus memandangi foto kakaknya, "Ah iya, dimana ayahmu Minhyung-ah?" ia tersentak saat Yuno menoleh dan bertanya padanya.

"Appaku sepertinya ada di kamar hyung." jawab Minhyung.

Yuno mengangguk paham. Tak berselang lama Nyonya Lee datang dan membawa nampan, diatasnya ada dua cangkir minuman yang mengepulkan asap. Sepertinya teh, dari aromanya yang menyeruak dan menusuk hidung.

"Silahkan diminum nak." kata Nyonya Lee lalu kembali duduk disamping Yuno.

Pria berlesung pipi itu tersenyum dan mengangguk pelan, "Terima kasih, Bi." ucapnya lalu mengambil secangkir Teh dan meniupnya perlahan sebelum menyeruputnya.

"Oh, ada tamu? Siapa pria ini Minhyung-ah?"

Ketiga insan yang tengah duduk di ruang tamu menoleh ke sumber suara. Minhyung berdiri dan berjalan cepat kearah Ayahnya yang berjalan tertatih keluar dari kamar. Ia mendudukkan pria paruh baya itu di sofa tunggal lalu tersenyum tipis.

"Dia Yuno hyung, Appa. Teman Taeyongie hyung." kata Mark lalu kembali duduk ditempatnya semula.

Yuno membalas senyuman Tuan Lee. Meski kerutan di wajah pria itu sudah nampak, tapi ia masih kagum dengan wajah Tuan Lee yang rupawan. Tak heran, jika Taeyong tampan sekaligus cantik seperti sekarang.

The Chef & Two Handsome Guy | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now