22 회

4.9K 1K 98
                                    

Sisa menghitung hari pernikahan Jaehyun dan Winwin akan dilangsungkan. Tuan Jung sudah berusaha untuk membatalkannya dengan berbagai alasan. Namun, Perdana Menteri Kim selalu punya cara untuk mengancam hakim itu.

Yuno mengerang frustasi. Ingin sekali ia menjebloskan manusia licik itu kedalam penjara dan melengserkan jabatannya. Tapi sosok itu sangat kuat. Ia memiliki orang-orang hebat disekelilingnya. Hingga Tuan Jung yang notabenenya sebagai hakim sekalipun tak bisa berkutik tanpa bukti nyata yang jelas dapat menjatuhkan pria itu.

Tanpa sadar, Yuno menangis dalam diam. Memikirkan nasib Jaehyun kedepannya. Ia sangat tahu, adiknya itu masih mencintai Taeyong hingga saat dimana ia akan melangsungkan pernikahan atas dasar paksaan dan ancaman dari Tuan Kim.

Sesekali ia mendengar tangisan pilu Jaehyun dari dalam kamar, menyebutkan nama Taeyong berulang-ulang hingga suaranya menghilang bersamaan dengan berakhirnya malam panjang.

Yuno paham, apa yang dilakukan adiknya itu semata mata hanya untuk melindungi keluarga mereka.

Bahkan, saat Jaehyun mengatakan jika ia akan belajar mencintai Winwin, Yuno sangat tahu bahwa ucapan itu tak datang dari hati adiknya.

“Yuno-ya, kau belum makan siang?”

Jaksa yang tengah berdiri diambang pintu ruangan Yuno menautkan alis. Berjalan kearah rekannya itu lalu menepuk bahunya pelan. “Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau menangis?” tanya Taeil lalu  bersandar dimeja kerja Yuno.

“Aku baik-baik saja, Hyung,” kata Yuno lalu berdiri. “Kau sudah makan siang? Aku lapar.”

Taeil menghela napas lalu menggeleng pelan. “Pergilah. Aku sudah makan siang, tadi.” katanya lalu ikut berdiri dan berjalan bersama Yuno keluar dari ruangan.

Pandangan Yuno kosong. Otaknya seolah tak berfungsi lagi. Dadanya selalu saja sesak tiap kali memikirkan Jaehyun juga Taeyong. Apa sepasang anak kembar memang selalu seperti ini?

Bahagia  bersama,

Sakit bersama,

Lalu, mencintai orang yang sama?

Sakit memang, harus mencintai orang yang ternyata dicintai oleh saudara sendiri.

Tapi, Yuno lebih terluka lagi jika harus melihat Jaehyun menderita dan berkorban untuknya juga orang tuanya. Ia rela, melepaskan Taeyong yang membuatnya jatuh cinta sedalam ini. Asalkan pria yang nantinya bersanding dengan sosok mungil itu adalah adiknya, Jung Jaehyun.

Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Yuno tak sadar jika ia baru saja menabrak seseorang.

Tentu bukan Taeil, rekannya itu telah berjalan berbeda arah dengannya tadi.

Saat mendongakkan wajah, ia tersentak. Baru saja ia menabrak seorang pria yang lebih muda darinya, “Minhyung-ah?” panggilnya lirih lalu menatap sendu pada sosok yang tengah memegangi galon bekas.

Pria yang lebih muda membungkukkan badan. “Maaf, aku tak melihat jalan.” katanya lalu melangkah melewati Yuno. Tapi jaksa itu dengan sigap menghadang jalannya.

“Kita perlu bicara, Minhyung-ah. Tolong, jangan bersikap seperti ini. Kau sudah kuanggap adikku sendiri, sama seperti Jaehyun. Hatiku sangat sakit melihatmu bersikap dingin padaku.” ucap Yuno lalu memeluk pria dihadapannya.

Minhyung terdiam. Ia pun tak bisa membenci Yuno terlalu dalam, sosok itu sudah banyak berkorban untuknya, Taeyong, juga orang tuanya, sebelum Tuan Lee meninggal.

“Maafkan aku hyung.”

Yuno mengangguk paham. Melepaskan pelukan Minhyung dan membawa pria yang lebih muda darinya itu berjalan keluar dari kantor Kejaksaan Kota Seoul.

The Chef & Two Handsome Guy | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang