Part 2

574 36 1
                                    

Malam itu, Wi Hwa sedang bersama Joo Ki. Joo Ki sangat mengantuk dan kesal karena Wi Hwa memanggilnya di saat hari libur seperti itu.

Ia juga stres melihat Wi Hwa yang tenang-tenang saja padahal rumor yan berkembang saat ini jika terdengar sampai keluar, maka akan membahayakan hwarang. Bisa-bisa, suatu saat mereka akan diserang pembunuh bayaran.

Ia semakin stres dan marah ketika Wi Hwa malah berniat memindahkan kantor supaya selamat. Seharusnya mereka itu tetap tinggal bersama dan mati bersama-sama.
Wi Hwa tetap saja tetap tenang-tenang saja padahal Joo Ki sudah marah-marah padanya. Ia malah asik makan uhmmm… apa yang kayak kerak nasi gitu.

Sanking kesalnya, Joo Ki mengambil kembali wadah kerak nasi itu, melaran Wi Hwa makan lagi. Tapi dasar Wi Hwa. Ternyata ia sudah menyembunyikan sepotong kerak nasi di balik bajunya. “Sudah kubilang aku sangat menyukainya…”. Wi Hwa kembal makan, tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Malam itu, di saat semua hwarang pulang ke rumah mereka, Ji Dwi memlih tinggal di asrama. Ia berjalan-jalan mengitari asrama karena pikirannya tengah kalut.

Wi Hwa tiba-tiba mendekatinya. Saat Hwa bertanya kenapa ia tidak keluar, Ji Dwi beralasan tidak ada hal yang bagu di luar sana.

Wi Hwa kemudian bertanya arti nama Dwi. Ia tetap ingin Ji Dwi menjelaskan meskipun Ji Dwi terlihat enggan. Akhirnya, Ji Dwi pun mau menjelaskannya. “Karena aku akan menusuk seseorang dari belakang…”.

Wi Hwa kemudian mengatakan, tidak seorang pun di ibu kota mengenal Ji Dwi dan Ji dwi juga tidak punya keluarga atau pun teman. Nama Ji Dwi juga palsu. Ji Dwi juga berencana akan menusuk Ratu dari belakang.

Ehemmm
Wi Hwa yakin, tidak benar Ji Dwi tidak punya keluarga. “Adikmu ada di Hwarang dan ibumu ada di istana…”. Ji Dwi tertegun saat mendengar kesimpulan Wi Hwa itu…

“Itu tidak benar, Yang Mulia?”, tanya WI Hwa.

Ji Dwi terdiam. Tidak bisa membantah Terlebih ketika Wi Hwa memberikan penghormatan yang dalam di depannya.

Ratu Jiso meminta bertemu dengan Soo Ho pada Kim Seub. Ia mengatakan, ada sebuah permintaan yang ingin ia sampaikan pada Soo Ho.

Kim Seub sebenarnya merasa tidak tenang mengirimkan Soo Ho seorang diri ke istana. Sebelum Soo Ho pergi, i menyampaikan hal-hal yang harus diperhatikan oleh Soo Ho di depan ratu.

Soo Ho harus menundukkan kepalanya di depan Ratu, tidak boleh menatap secara langsung pada Ratu, dan ketika Ratu berbicara, Soo Ho hanya boleh merespon, ‘Benar, Yang Mulia’.

Soo Ho benar-benar datang ke istana seorang diri. Pengawal Ratu yang wanita mengantarkan Soo Ho ke dala istana dan ketika tiba di taman, Soo H melihat ratu sedang berjalan-jalan di taman tanpa alas kaki. Wow… mirip dengan taman tempat Hae Soo pertama kali bertemu Wang So setelah Wang So tinggal di istana. Kayaknya sama deh…

Soo Ho yang sangat senang bertemu dengan Ratu, sangat perhatian dengan apa yang dilakukan oleh Ratu. Ia bahkan melihat Ratu akan menginjak ranting yang ada durinya.

Ia pun secepatnya berdiri di depan Ratu. Seketika lupa dengan pesan ayahnya.
Ia mengatakan akan menggendong Ratu karena Ratu akan menginjak duri yang mengandung racun. Jika menembus kulit, maka Ratu sementara akan tidak bisa berjalan.

Ratu tentu saja menolak dan mengatakan akan berjalan sendiri. Namun, baru satu langkah saja, kaki Ratu sudah menginjak ranting berduri itu. Kaki Ratu terluka. Tapi Soo Ho melarang saat pengawal yang wanita it akan memakaikan sepatu untuk Ratu. Tanpa permisi, ia pun langsung menggendong Ratu ke dalam.

Hwarang : The Beginning (TAMAT)Where stories live. Discover now