akankah berakhir bahagia?

9.6K 376 6
                                    

Jeff masuk melalui pintu depan dengan menyelipkan tangan di belakang tubuh.

"Mawar putih?"

Hal itu sudah bisa di tebak. Karena sudah terlalu biasa dan terlalu umum.

"Yah.. sekarang udah ketebak" jeff terlihat kecewa.

"kamu nggak perlu lagi ngelakuin hal kayak gitu buat nyenengin aku jeff"

Jeff duduk "aku nggak tau lagi gimana cara buat kamu seneng. Ngambilin mangga di rumah tante tante gatel terlalu sulit untukku" mengungkit hal yang diminta Bumil sebelumnya

Laura selalu tertawa tiap mengingat hal itu. "Cukup bawa banyak uang aja"

"Aku udah aktif kerja di perusahaan ayah mulai tadi siang" menjawab alasan jeff pulang telat

"Ciee calon papa muda"

"Oh iya gimana respon temenmu pagi tadi?"

Laura menjawab sambil mengidupkan televisi "menurutmu?"

"Marah? Apa mereka nyalahin aku?" Jeff mendekat menunggu jawaban.

Laura menggeleng perlahan, mengingat ekspresi temannya pagi tadi. "Mereka nanyak gimana rasanya"

"Rasa apa? Rasanya hamil?"

"Rasanya malem pertama"

Alis kiri jeff terangkat, menahan tawa mendengar pertanyaan aneh yang dia tebak pasti dini yang menanyakannya.

"Terus kamu jawab apa?"

"Ya aku gak inget malem pertamaku.. kan aku gak sadar kamunya aja yang normal malam itu"

Jeff hanya menjawab dengan senyuman. "Malem kedua gimana" canda jeff lagi.

Laura melingkarkan tangannya di leher jeff "justru aku yang pengen tanya. Berapa kali kamu pengen nidurin aku sejak kita nikah"

"Kapan? Malem itu kamu mabuk godain aku dulu"

"Yang aku tanyain berapa kali kamu pengen.."

Wajah jeff memerah karena malu. Memang sudah kesekian kalinya dia tergoda. Saat laura mabuk, melihat laura tidur atau saat laura berpura pura menggodanya.

"Berkali kali.. termasuk saat ini"

Mendengar jawaban itu laura langsung bangkit "aku pamit keluar sama temen temen.. bye"

Dengan senyuman tipis laura berjalan melewati halaman rumah. Mobil hitam yang berisi ke 6 temannya sudah terparkir di depan pagar. Laura masuk dan duduk kursi depan tepat di samping karina.

"Berarti kamu tinggal serumah sama jeff?" Tanya dini membuka pembicaraan

"Yaiyalah dah jelas masih nanyak aja begok" ucap bella

"aku gak nanyak sama kamu nyet"

Mereka terus berdebat sepanjang perjalanan, layaknya tom and jerry. Mereka sedang menuju ke rumah Arif  salah satu teman akrab laura sekaligus pacar Lia. Rumahnya cukup jauh di pedesaan dimana laura lahir saat dulu.

Suasana cukup sepi layaknya pedesaan yang tidak padat penduduk. Lia dikabari bahwa kekasihnya baru saja kecelakaan motor, memang cidera tidak parah. Karena lia terlihat khawatir sebagai teman tentu mereka bersedia menemaninya.

Setelah menyapa beberapa anggota keluarga arif, laura lebih memilih duduk di halaman rumah. Bintang2 bersinar terang malam itu, udara segar terasa jauh berbeda di bandingkan di kota.

"Ra kamu gak makan dulu?" Ajak Lia

Laura menggeleng. Perutnya masih terasa kenyang setelah makan di rumah.

Karena sudah terlalu larut, ditambah jalanan yang sulit di tempuh. Mereka memilih menginap di rumah laura yang sudah lama tak terpakai yang tak jauh dari lokasi mereka saat ini.

"Yakin kamu gak pernah kesini? Koq bersih" tanya bella sembari menyentuh beberapa perabotan yang tidak berdebu sedikitpun.

Laura tidak curiga sedikitpun. Pak parman yang berada di samping rumah memang ditugaskan untuk merawat rumah dengan upah demi menjaga satu satunya kenangan sang ayah.

"Disana ada satu kamar lagi. Terserah mau yang manaan?" Menunjuk sudut rumah.

"aku mau disitu aja.. warna kamarnya biru"

"aku di sini aja ra.. males tidur sama dini" tambah bela diikuti dengan tatapan tajam di mata dini.

Mengenang kembali kenangan yang tersisa, laura membuka beberapa box di kamar yang berisi foto foto dulu saat ayahnya masih hidup.

Kalian pasti jarang mendengar tentang ibu laura. Sejak ayahnya meninggal sang ibu menjadi gila kerja, mungkin demi kehidupan laura agar semakin baik. Tapi hal itu benar benar membuat laura muak dan merasa kurang kasih sayang.

Srek! Sebuah buku terjatuh dari atas lemari tua. Laura membersihkan debu debu yang menempel disana. Terlihat foto sang ayah dengan seorang lelaki yang nampaknya dia kenal.

"Ayah jeff?" Fikirnya

Wajah di foto itu sangat mirip dengan ayah jeff. Laura belum pernah tau jika sang ayah kenal dengan orang tua jeff, terlebih lagi sang ibu juga tak pernah memberitahunya.

Laura meraih hp dari dalam tas dan segera menelfon sang ibu.

"Iya nak"

"Ibu, ayah dan pak hendri saling kenal?"

"Apa maksudmu laura"

"Aku melihat foto mereka bersama"

"Mungkin kamu salah orang, maaf ibu janji mendadak malam ini"

Telfonpun terputus, gelagat ibunya seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang membuat laura penasaran.

Dia masih ingat ketika sang ayah meninggal dengan tidak wajar. Ada luka tembad di baguan dada, polisi memastikan bahwa ayahnya melakukan bunuh diri. Namun sampai saat ini laura tak pernah mempercayai hal itu.

"Ra.. kamu punya timun nggak?" Suara desita membuyarkan lamunannya

"Timun? Buat apaan desita" laura langsung berfikir negatif

Desita mendekat dengan membawa beberapa masker di tabgannya. "Buat masker laura.. biar muka ku makin kenceng.."

"Ohhh"

"Kamu mikirnya apaan?"

Dini muncul dari balik pintu "gitu ya pikiran orang yang udah nikah.. plus plus terus"

Laura lengsung melempar bantal ke arah dini berada "yang plus plus tuh kamu apa gue nyet"

Jangan lupa vote dan komentnya..


first night brideWhere stories live. Discover now