Tantangan Konyol (2)

2.3K 153 1
                                    

Nona menelungkup sambil menangis tersedu-sedu. Dia kalah. Malu. Marah. Benci. Ini memang konyol. Benar-benar konyol. Tapi bukankah ini lebih baik baginya? Kalau kalah itu berarti dia harus mengabaikan Billy dan kembali pada Marvin. Tapi bagaimana bisa dia kembali mesra dengan Marvin sebelum Monic mengubah penampilannya dan sebelum Billy hadir menelusup di dalam hatinya? Bagaimana kalau dia memutuskan untuk melupakan Billy namun ternyata Marvin justru memilih Monic?

Nona benci sekali jika mengingat ulah Marvin. Cowok itu bahkan tidak lagi memedulikan perasaan pacarnya. Marvin terang-terangan menunjukkan kekagumannya pada gadis lain di depan Nona. Lalu apa lagi yang harus dipertahankan. Dia akan mengakhiri semuanya. Ya, dia harus berani mengambil keputusan.

Meski sebenarnya mendapatkan Marvin adalah sebuah tantangan besar dan Nona sudah terlanjur sangat menyayangi cowok itu, Nona tidak mau menahan sakit hati berkepanjangan. Kalah berarti harus membiarkan Monic menerima ajakan Marvin. Dia tidak mau makan hati lagi. Dia ingin punya pacar yang baik. Yang setia. Biar saja kalau Marvin mau memacari Monic. Atau Billy jadian dengan Mia. Nona sudah tidak peduli.

Tantangan Mia betul-betul tidak adil. Dan bodohnya dia mau saja mengikuti permainan Mia. Jelas-jelas yang dirugikan adalah dirinya sendiri.

Dengan gemas, Nona menyambar ponsel kemudian dengan cepat mengetik sebuah pesan kilat kepada Marvin.

Nona : Aku dan kamu, putus!

***

Billy tidak mood lagi menyesap cappuccino-nya. Padahal teman-temannya masih asyik saja bercengkerama setelah kepergian Nona. Mana bisa dia happy sedangkan gadis yang ditaksirnya malah berlari pulang karena malu? Dia jadi sangat penasaran apa sebenarnya tujuan ketiga gadis itu melakukan ini semua?

“Kamu seksi banget, Sweety,” Marvin mengulas senyum sambil memandangi Monic yang duduk tepat dihadapannya. Sedangkan Monic memasang wajah cuek. Begitu angkuhnya.

“Eh, udah cukup lo godain Monic. Sekarang waktunya lo kembali sama Nona,” ucap Mia pedas.

“Mana bisa begitu? Bukannya permainannya tadi tidak ada aturan buat yang menang?” protes Monic kepada Mia. Diawal tantangan sudah dijelaskan bahwa kalau dia kalah, dia harus menjauhi Marvin. Berarti kalau dia adalah salah satu pemenang, dia masih boleh dong bergaul dengan Marvin?

Sebenarnya Monic tidak begitu tertarik pada Marvin. Tapi kalau hanya untuk sebuah hiburan, apa salahnya? Dirasa-rasa juga asyik jalan dengan Marvin. Lebih menarik dan harus Monic akui, Marvin memang oke. Secara wajah mau pun penampilan.

“Eh, tunggu. Permainan apa?” sela Billy penasaran. David juga ikut memasang baik-baik telinganya.

“Permainan cewek. Cowok nggak perlu tahu,” jawab Monic jutek.

“Hoho, jadi kalian berpakaian begini lagi uji nyali nih? Buat apa? Buat ngedapetin gue, ya?” tanya Marvin dengan pedenya.

“Ngawur. Emang siapa bilang kita naksir lo? Urusin tuh pacar lo. Satu aja nggak habis-habis, masih aja doyan sama yang lain,” peringat Mia gemas. Dari awal dia memang tidak begitu suka dengan gaya Marvin yang keren tapi menyebalkan. Dia jadi heran, apa sih yang membuat Nona jatuh hati pada pemuda aneh macam begini?!

“Sebenarnya lo sayang nggak sih sama Nona?” tanya David gemas juga dengan tingkah Marvin. Lama-lama gaya playboy-nya bikin pengin muntah. Atau malah bikin iri cowok lain?

“Sayang, dong. Tapi bukan berarti nggak boleh ngelirik cewek lain. Ya, nggak?” ucap Marvin santai lalu menyunggingkan senyum manisnya kepada Monic. Kedua alisnya naik seakan minta persetujuan.

Mendengar ucapan Marvin, kemarahan tiba-tiba muncul dalam hati Billy. Spontan dia menarik kerah baju Marvin dan siap dengan kepalan tangan kanannya. Untung saja David begitu sigap menyelinap di antara mereka berdua, hingga Billy membatalkan perbuatannya.

“Apaan lo, Bil?” tanya Marvin dengan wajah menekuk marah. Akhir-akhir ini sikap Billy memang berubah. Tidak seperti dulu. Sepertinya perubahan itu dimulai sejak Billy mengantar Nona pulang beberapa minggu yang lalu. Sekarang Billy marah dengan pernyataaan Marvin baru saja.

Kedua gadis itu ikut berdiri karena tidak menyangka aksi yang akan dilakukan Billy. Terlebih pula Mia. Mia sadar mengapa Billy bertingkah seperti itu. Pemuda itu tidak terima Marvin memperlakukan Nona seenaknya. Karena Billy... Billy naksir Nona! Kenyataan itu membuat hati Mia pedih.

“Lo naksir Nona, iya kan?” Marvin maju selangkah. Sudah akan menarik baju Billy ketika ponselnya berdering sebentar. Dengan membetulkan kerah bajunya, dia membuka sebuah pesan yang masuk. Kemudian matanya melotot ketika melihat pesan dari Nona.

***

Love Is You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang