Dia Kembali

2.6K 155 13
                                    

Di dunia ini tidak ada satu kejadian pun yang bisa disebut kebetulan. Semua sudah diatur dengan pasti oleh sebuah takdir. Dan takdir itu yang kini mempertemukan mereka kembali dalam suasana yang tak pernah diinginkan. Tak pernah dibayangkan. Setelah tiga tahun berlalu, memang bukan waktu lama, tapi juga bukan waktu yang sebentar. Dan waktu itu cukup membuat mereka sedikit melupakan sebuah 'rasa' yang dulu pernah hadir dalam kehidupan masa muda mereka.

Baru enam bulan Billy bergabung di perusahaan milik Febrian. Sejak kontrak kerjanya dengan perusahaan minyak habis dan dia tidak ingin lagi memperpanjang dengan alasan tertentu, Billy kembali ke kediamannya yang sangat dirindukannya. Suasana hangat yang selama lebih dari tiga tahun sudah sangat jarang dirasakannya.

Awalnya Billy melamar sebagai surveyor. Dia pikir itu adalah langkah yang pas baginya untuk memulai pekerjaan baru. Tidak terlampau tinggi namun sesuai dengan keahliannya. Apalagi dia tidak punya pengalaman apapun dalam pembangunan perumahan atau dalam bentuk bangunan lainnya. Tapi ketika dia dipanggil untuk interview setelah mengirim lamaran sekitar satu bulan, dia sedikit heran juga karena dia langsung dibawa ke ruangan pimpinan perusahaan. Ternyata Febrian sangat tertarik melihat CVnya dan memberikan kepercayaan langsung untuk bekerja sebagai site manager dibawah bimbingan manajer proyek. Febrian berkata bahwa pengalaman Billy merancang konstruksi anjungan lepas pantai itulah yang membuatnya ingin meng-interview secara langsung.

Selama enam bulan ini, Billy sudah bekerja dengan baik menurut penilaian Febrian. Tidak ada hal yang perlu dicemaskan. Sampai pada suatu siang, ketika Billy ingin mengkonsultasikan masalah rencana anggaran biaya yang sedikit mengalami perubahan, Billy menelepon meminta untuk bertemu. Tidak terpikir sebelumnya dalam bayangan Billy, dia akan bertemu siapa selain bosnya. Dia cukup melangkah lebar memasuki sebuah restoran bergaya minimalis yang terletak tidak jauh dari lokasi proyeknya. Dari pintu masuk saja, Billy sudah melihat di mana Febrian duduk. Dia juga tahu ada seorang wanita yang duduk di hadapan Febrian. Yang dia tidak tahu adalah wanita itu adalah wanita masa lalunya.

Billy baru melambankan langkahnya ketika semakin dekat dia bisa melihat seraut wajah cantik yang selama ini masih mengganggu malam-malamnya. Sekelebat bayangan masa lalu seperti berputar dalam kepalanya. Menimbulkan sensasi asing yang sudah lama tidak dirasakannya. Seperti rindu bercampur gairah yang sekian lama dipendamnya. Hingga dia lupa, untuk apa dia ke sana.

Febrian-lah yang pertama memanggilnya. Bersamaan itu, wanita di hadapannya juga ikut menoleh untuk melihat siapa yang sedang dipanggil oleh Febrian. Kemudian tirai keraguan itu kini tersingkap. Semua sudah pasti. Tidak perlu lagi melebarkan mata untuk memandang lebih lekat.

Mereka tercekat. Tentu saja Febrian bisa merasakan hawa lain yang menyelimuti antara Billy dan Nona. Pandangan Billy sungguh diluar kewajaran. Pemuda itu memandang penuh penekanan. Begitu pula Nona. Gadis itu terlihat begitu terkejut dengan pandangan nanar. Tingkah mereka sudah meyakinkan Febrian bahwa mereka berdua sudah saling kenal. Sepertinya juga bukan hanya saling kenal, tapi...

Keingintahuan Febrian mulai terjawab ketika Monic dan Marvin datang dengan raut muka yang sama. Apalagi ketika setelah berdiam cukup lama, Marvinlah yang membuka mulut lebih dulu.

“Apa kabar, Bil?” sapa Marvin datar sambil mengulurkan tangannya ketika mereka bertiga masih berdiri di depan Febrian dan Nona. Monic berada di sampingnya dengan perut membuncit.

“Baik,” Billy menerima jabat tangan itu dengan tenang. Meski hatinya gundah, dia tidak akan menunjukkannya. Mereka baru duduk ketika Febrian menyilahkannya.

Jadi benar mereka sudah saling kenal? Tanya Febrian dalam hati. Tapi mengapa tidak tampak seperti seseorang yang bahagia bertemu dengan kawan mereka? Mereka terlihat tegang, kaku, dan dingin. Bahkan adiknya pun, Monic, lebih memilih untuk diam dan hanya bicara jika ditanya.

Love Is You (Tamat)Where stories live. Discover now