Tak Tergoda

2.4K 147 7
                                    

Nona membaringkan tubuhnya yang lelah ke atas tempat tidurnya. Setiap malam sebelum tidur menjadi waktu yang sangat menenangkan sekaligus mendebarkan. Karena pikirannya kembali ke masa paling ingin dilupakannya. Masa-masa berpacaran dengan Marvin dan berdekatan dengan Billy.

Nona masih ingat betul bagaimana perasaannya ketika hadir dalam acara pernikahan Marvin dan Monic, empat bulan setelah kejadian keguguran di kawah Gunung Bromo. Dia datang sendiri. Tidak ada siapapun yang ingin digandengnya untuk menjadi teman jalannya. Bahkan Billypun tidak ada.

Dia ingin memperlihatkan pada mereka semua, bahwa dia baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keadaannya setelah dikhianati. Dia adalah gadis yang tegar dan kuat. Sambil menghela nafas panjang, Nona melangkah penuh percaya diri ketika menyalami kedua mempelai. Nona justru melihat kedua mata mereka penuh dengan permintaan maaf. Penuh keharuan sampai-sampai tidak menyangka kalau dia mau datang ke pernikahan dua orang pengkhianat.

Tapi siapa yang salah. Dia saja yang merasa bodoh. Tidak sadar diri. Dan tidak menghiraukan Billy. Teringat Billy, Nona melirik sosok Mia yang bergandengan tangan dengan David. Mesra sekali. Ada sekelebat pertanyaan muncul di kepalanya. Di mana Billy? Mengapa Mia terlihat begitu akrab dengan David? Apakah mereka putus?

Nona benar-benar penasaran. Di rumah dia tidak pernah mendengar cerita apapun mengenai Billy dari mamanya atau bahkan Tante Susi. Saat itu dia masih berpikir Billy masih bekerja di kantor yang sama seperti semula.

Karena itu dengan tenang dia mendekati Mia. Mia memang tidak bersikap sehangat dulu. Mia bersikap datar saja.

“Hai, Mia,” sapa Nona lembut. “Hai, Vid.”

“Hai, Non. Sendirian aja nih?” Mia hanya bertanya. Tidak ada nada mengejek. Namun entah mengapa hati Nona merasa sakit. “Ke mana Billy?”

“Seharusnya aku yang bertanya sama kamu. Mana Billy?”

“Aku nggak tahu. Kami putus sebulan setelah dari Bromo.”

Berita itu seperti petir yang mengejutkannya. Mia putus dengan Billy? Sebulan setelah kejadian di Bromo? Itu berati ketika Billy datang menemuinya untuk terakhir kali, Billy sudah tidak terikat apapun dengan Mia!

Saat itu Nona sangat ingin tau ke mana perginya Billy. Dan Tante Susi dengan girang menjawab bahwa Billy bekerja sebagai civil engineer di sektor industri migas di Pulau Kalimantan. Nona begitu lemas mendengarnya. Meskipun tidak tahu pasti, tapi Nona tahu seberapa besar resiko bekerja di laut selama berhari-hari. Berminggu-minggu. Atau bahkan berbulan-bulan.

“Aku nggak bisa menunggu lebih lama, Non. Keputusan ada di tanganmu sekarang. Kalau kamu menerimaku, aku akan tetap di sini. Tapi kalau kamu menolakku, aku akan pergi, pergi jauh.”

Jadi itulah makna dari kata-kata Billy terakhir bertemu. Dia akan pergi jauh. Menjauhinya sejauh mungkin. Jadi mereka sama-sama berusaha melupakan? Bohong kalau Billy tidak pernah pulang ketika cuti. Dan selama pulang itu, Billy pun tidak pernah berusaha lagi menemui Nona. Jadi, apa namanya kalau bukan sedang berusaha melupakan?

Ya, Tuhan. Nona berusaha memejamkan matanya untuk menahan gejolak di dadanya. Bagaimanapun juga, bayang-bayang Billy tidak pernah bisa hilang dari benaknya. Bahkan pekerjaan serumit apapun tak dapat menghempaskan seraut wajah tampan itu.

Sekarang muncul masalah baru. Febrian. Nona yakin sekali pandangan Febrian bukan sekedar pandangan seorang atasan kepada bawahan. Itu sudah diluar batas kewajaran. Nona bisa meraskannya. Dia bisa menyadarinya.

Lalu bagaimana bisa dia bekerja dengan nyaman kalau tiga kali dalam seminggu Febrian selalu mengunjungi tempat bekerjanya? Ketika Febrian datang, Nona selalu merapalkan doa supaya Laras juga datang. Tapi Laras amat jarang datang. Karena Laras sedang membuka bisnis barunya di dunia mode.

Love Is You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang