Bimbang

2.3K 141 7
                                    

Monic berpikir kalau dia harus menanyakan kedekatan kakaknya dengan mantan sahabatnya. Mantan sahabat, ya, Monic menyebutnya demikian. Karena sejak terbongkarnya perselingkuhannya dengan Marvin, persahabatan mereka otomatis berakhir. Mereka terakhir bertemu pada saat pernikahannya dengan Marvin berlangsung.

Kalau ditanya masalah merasa bersalah atau tidak, tentu saja Monic merasa bersalah. Tapi dia tidak bisa sepenuhnya mengasihani Nona. Bukankah Nona sudah tahu bahwa Marvin tidak betul-betul mencintainya? Namun mengapa saat itu Nona tidak bisa membedakan antara realita dan harapan?

Saat ini mereka sedang makan malam bersama di rumah orang tua mereka untuk menyambut kepulangan Monic dan Marvin dari Manado. Setelah ditempatkan di Pulau Sulawesi saat diterima kerja di sebuah BUMN, Marvin akhirnya bisa kembali ke kota asalnya.

Kemudian ketika Monic melihat Febrian keluar rumah untuk menerima telepon, Monic berpikir inilah waktu yang tepat untuk menanyakannya. Dia menunggu sampai Febrian berbalik dan melihatnya.

“Nic, ada apa?” tanya Febrian ketika melihat Monic berdiri di tengah pintu.

“Aku cuma pengen tahu di mana Mas kenal Nona?”

“Kalau begitu aku yang tanya dulu. Kamu sudah mengenal Nona?” Febrian duduk di kursi teras diikuti Monic.

“Dia teman kuliahku.”

“Tapi kalian tidak tampak seperti teman kuliah.”

“Pernah ada masalah di antara kami.”

“Masalah?”

“Tidak penting, ah. Sekarang jawab, Mas kenal di mana?”

“Dia kerja di griya kecantikan milik Laras.”

Monic bergumam. Jadi Nona bekerja pada Laras. Lalu bagaimana bisa Febrian mengenalnya dan mengajaknya makan siang pula.

“Mas suka sama Nona?”

Febrian tersenyum. “Siapa yang tidak suka pada gadis cantik dan cerdas seperti dia?”

“Mas lupa sudah menikah?”

Febrian menghela nafas panjang. Dia bingung harus bercerita dari mana. Dia sendiri juga tidak mengerti kapan awalnya semua ini terjadi pada dirinya. Tidak bisa dia menyalahkan Laras untuk perubahan dalam dirinya. Dia hanya tidak mengerti mengapa Laras berubah menjadi tidak peduli dan menghindarinya setiap kali jumpa. Bahkan sampai sekarangpun, Laras jarang sekali tidur di rumah. Entah dia tidur di mana. Mereka sudah seperti dua orang asing yang hanya terikat oleh sebuah surat nikah.

“Kupikir Laras sudah tidak menginginkan pernikahan ini.”

“Mbak Laras atau Mas Febri yang sudah tidak menghendakinya?” kejar Monic didera rasa pensaran. Kalau rumah tangga kakaknya memang bermasalah, rasanya sekarang bukan waktu yang tepat menjalin kasih dengan wanita baru. Apalagi kalau wanita itu adalah Nona. Orang yang pernah disakitinya. Lagi pula dia juga tidak rela kalau rumah tangga kakaknya hancur begitu saja. Bagaimanapun juga Laras adalah kakak ipar yang baik. Tidak pernah kelihatan buruknya.

“Kami sudah seperti dua orang asing di dalam rumah.”

“Dan Mas pikir sekarang waktu yang tepat untuk mengejar wanita lain pada saat rumah tangga Mas perlu diselamatkan?”

“Laras bahkan tidak memedulikannya.”

“Mungkin Mbak Laras tidak peduli. Tapi aku yakin Nona masih mencintai Billy. Jadi tidak mungkin begitu mudah Nona akan pindah ke lain hati.”

“Billy?” Febrian mengerutkan dahinya. “Apa hubungannya dengan Nona.”

“Mereka pernah saling suka. Tapi belum pernah sampai pacaran.

Love Is You (Tamat)Where stories live. Discover now