Terobsesi

2.1K 130 5
                                    

Cinta atau obsesi?

Nona termenung sendiri di kamarnya, dengan balutan selimut tebal yang dipakainya sampai leher. Dia seperti orang kedinginan. Pikirannya melayang-layang. Kata-kata Billy terus terngiang di telinganya. Berputar terus seperti lagu yang di-repeat. Membuatnya susah untuk terlelap. Lalu dia baru sadar bahwa sejak kemarin Marvin tidak ada kabar.

Nona mengambil ponselnya. Dia mencari nama Marvin kemudian mengirim pesan singkat di sebuah aplikasi chat. Dia tidak akan marah untuk sesuatu yang tidak pasti. Apa yang dikatakan Billy tidak langsung membuatnya geram. Dia hanya akan bertindak saat dia melihatnya sendiri. Bagaimanapun, tidak mudah melepaskan pemuda yang sudah diidamkannya sejak empat tahun yang lalu.

Nona : Marvin, kamu di mana?

Pertanyaan itulah yang diketik Nona. Dia baru akan bertanya yang lain jika Marvin sudah membalas pesannya. Tapi Marvin tidak membalas. Pacarnya itu justru menelepon langsung. Nona langsung mengangkatnya.

“Halo, Vin.”

“Hai, Sayang. Maaf ya, baru telepon. Sibuk banget nih. Kemarin baru pulang dari luar kota langsung ke kafe.”

“Em, nggak apa-apa. Kapan ketemuan?”

“Besok siang aku jemput ya? Kamu ada kuliah kan?”

“Nggak ada. Besok hari lengang. Kan baru aja ujian.”

“Oke, kalau gitu kita jalan pagi aja ya. Jam sembilan. Dah, Sayang.”

Nona meletakkan ponselnya dengan senyum lemah. Rasanya hatinya menjadi tenang setelah mendengar suara Marvin. Baad mood-nya hilang perlahan. Diganti dengan suasana hati yang nyaman. Dia jadi meragukan kata-kata Billy. Keliru kalau Billy bilang kalau dia tidak betul-betul menyayangi Marvin. Tidak mungkin ada perasaan damai dan bahagia seperti ini kalau dia tidak menyayangi pacarnya.

Rasa ini membuatnya yakin bahwa dia harus belajar melupakan Billy. Billy hanyalah bayangan sekilas. Bayangan yang seringkali datang namun tetap tidak bisa merubah keteguhan hatinya.

***

Billy begitu bersemangat melajukan motornya ke rumah Nona. Dia yakin Nona akan memikirkan kata-katanya. Dia yakin Nona akan mengorek bukti tentang kedekatan Marvin dengan Monic. Karena itu Billy tidak ragu-ragu untuk menemui Nona lagi. Namun apa yang dilihatnya kemudian tidak sesuai harapannya. Dia melihat Motor Marvin di halaman rumah Nona.

Terlambat untuk pergi. Nona dan Marvin sudah melihatnya. Dia harus bersikap berani. Jantan! Karena itu Billy dengan tenang mendekati mereka. Dengan wajah menyimpan kekecewaan dan kemarahan yang menyembul ketika melihat sorot melecehkan dimata Marvin.

Nona mengawasinya dengan seraut wajah tidak enak. Dia khawatir akan terjadi sesuatu. Dalam hati dia banyak-banyak berdoa agar mereka dapat mengekang emosi. Karena Nona melihat ada pertarungan dikedua mata mereka.

“Hei, Bil,” sapa Marvin sok akrab seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada mereka. “Mau ketemu Nona? Sayang sekali, Nona mau jalan sama PACARnya.”

Marvin seperti sengaja menekankan kata 'pacar'. Supaya Billy sadar bahwa yang sedang dikejarnya adalah pacar orang lain.

“Oke, nggak masalah. Gue cuma mau mengingatkan Nona,” Billy berhenti sebentar kemudian menatap Nona, “nggak semua orang sebaik yang kamu kira. Bahkan yang kamu sayangi sekali pun.”

Marvin mengepalkan tangannya sendiri. Mulutnya terkatup rapat menahan marah. Kalau bukan di rumah Nona, dia pasti sudah menyerang Billy sekali tonjok. Tapi dia berusaha menahan diri.

Love Is You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang