Kecewa

2.4K 142 2
                                    

Rumah Billy terletak di jalan utama sebuah kompleks perumahan. Dan yang namanya jalan utama itu berukuran lebih lebar dari jalanan di dalam gang. Bahkan jalan itu dibagi dua menjadi jalan dua arah dipisahkan oleh taman selebar satu meter.

Malam itu memang tidak terlalu banyak mobil yang lewat. Hanya beberapa saja di waktu yang berbeda. Kebetulan sekali ketika Billy baru akan pergi, ada sebuah mobil yang hampir lewat di depannya. Lalu entah kerasukan setan apa yang membuat Mia bertindak senekad itu. Mia sengaja mendekatkan diri hingga mobil itu tidak sempat lagi menginjak rem.

Mobil itu memang tidak melaju kencang. Karena itu bukan jalan raya. Tapi juga tidak melaju lambat. Namun dengan kecepatan normalpun sudah bisa melemparkan tubuh Mia sejauh lima meter.

Billy berteriak ngeri saat melihat tubuh Mia terlempar kemudian terhempas di aspal yang keras. Berbarengan dengan keempat orang yang keluar dari mobil. Mereka ikut berteriak sambil menutup mulut mereka. Semua berada dalam kepanikan.

Tidak perlu menunggu terlalu lama bantuan yang datang. Dalam waktu sepuluh menit saja, para warga berkumpul dan menolong Mia yang sebagian wajahnya tertutup oleh cairan merah. Mereka langsung membawa Mia ke rumah sakit. Pak RW malah langsung menghubungi polisi.

Saat kejadian berlangsung, spontan Billy Berlari mendapatkan tubuh Mia yang telah terkulai lemah sambil merintih kesakitan. Dia memanggil nama gadis itu berulang kali. Kemudian dia merasa bersalah. Sangat bersalah. Seandainya saja tadi dia lebih lembut menolak Mia, semua ini tidak akan terjadi. Billy benar-benar mengutuk dirinya sendiri.

“Apa sebenarnya yang terjadi, Bil?” tanya Mama Susi ketika sudah di rumah sakit. Dia cemas dengan kondisi putranya. Dia dan suaminya kaget bukan main ketika mendengar suara ramai-ramai di depan rumahnya. Lebih kaget ketika melihat Billy membopong seorang gadis memasuki sebuah mobil. Saat itu dia turut ikut karena Billy mengaku gadis itu adalah teman sekampusnya. Sedangkan Papa Billy membawa mobil sendiri untuk mengikuti mereka.

“Billy juga nggak ngerti, Ma. Tiba-tiba aja Mia lari ke jalanan. Dia seperti mau bunuh diri.”

Mama Susi sudah mendengar pernyataan keempat orang penumpang mobil itu bahwa gadis itulah yang membuang diri ke depan mobil yang sedang melaju. Tapi untuk apa?

“Kamu habis bertengkar sama dia?” tanya Papa Billy ikut senewen. Ada-ada saja tingkah anak muda sekarang. Padahal dia baru saja pulang kerja. Lelah, ingin istirahat. Tapi ada kejadian yang menyangkut putranya, dia harus ada untuk melindungi putra sulungnya ini.

Sebenarnya bukan bertengkar. Tapi Mia tidak terima ditolak dua kali. Mungkin Billy adalah cinta pertamanya. Jadi sangat susah melupakan. Sampai hilang akal untuk bisa berpikir jernih.

Lagi pula Billy malu menjelaskan secara detail kepada mama dan papanya. Bunuh diri karena ditolak cowok? Ya, ampun. Sepertinya Billy harus berdusta. Dia tidak mau membuat Mia malu. Tapi alasan apa yang harus dikemukakannya? Dia tidak pandai berbohong. Apalagi setengah jam kemudian dia diminta ke kantor polisi untuk dimintai kesaksian. Dia baru kembali ke rumah sakit pukul sebelas malam.

“Kamu ditanya apa, Bil? Kamu menjawab jujur, kan? Bukan kamu penyebabnya?” berondong Mama Susi khawatir.

“Mama tenang, ya. Billy sudah menjawab semuanya dengan jujur. Sekarang Mama dan Papa pulang aja. Pasti lelah. Biar Billy yang menunggu di sini.”

“Mama nggak bisa ninggalin kamu, Bil. Sebentar lagi orang tua Mia akan datang. Mama takut mereka menyalahkanmu.”

“Kita pulang kalau mereka sudah datang,” ucap Papa Billy tegas.

Tadi, sesaat setelah sampai di rumah sakit, Billy mencari nomor telepon orang tua Mia di ponsel gadis itu. Dan sepertinya butuh waktu sekitar empat jam sampai orang tua Mia datang. Itu berarti setengah jam lagi.

Love Is You (Tamat)Where stories live. Discover now