Patah Hati

2.5K 158 5
                                    

Marvin memang selalu berusaha di dekat Monic. Meski Monic dengan setia didampingi bodyguard-nya, tak menyurutkan niat Marvin untuk selalu menjaganya. Kalau Rambo curiga, dia akan pura-pura bermain ponselnya. Sampai-sampai dia melupakan Nona.

“Capek, Nic?” tanya Rambo ketika melihat Monic seperti lesu. Monic hanya mengangguk.

“Kenapa, Nic?” Marvin ikutan cemas ketika melihat Monic mengangguk.

“Puncak bukitnya masih jauh, ya?” gumam Monic lemas.

“Masih jauh,” Rambo menambahkan. “Mending kita balik saja deh ya. Kita cari drivernya.”

Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Pasir Berbisik karena Monic semakin lama semakin lemah. Saat tibapun, Monic lebih memilih untuk di dalam jeep saja. Dan dua lelaki itu dengan setia mendampinginya.

“Kenapa nggak ikut yang lain?” tanya Rambo mulai curiga. Pacarnya yang sakit kenapa Marvin malah ikut-ikutan menjaga?!

“Gue pusing,” jawab Marvin cuek. Padahal matanya sudah melirik Monic beberapa kali yang sedang duduk kelelahan di dalam jeep.

Rambo tidak lagi menjawab. Dia hanya mengawasi Marvin dengan tampang waspada. Sebenarnya dia menyadari tatapan mata Marvin. Tapi dia berusaha mengalihkan perhatiannya pada Monic. Semua sudah diberikannya. Mulai dari obat, minyak aromatherapy, tissue, air mineral, dan jaket tambahan supaya Monic tidak kedinginan. Padahal kalau harus jujur, dia ingin sekali ikut grupnya menelusuri pasir berbisik. Tapi demi pacar, dia rela melewatkan hal menarik itu.

Sedangkan di bentangan pasir yang luas, Billy begitu senang ketika tahu Marvin tidak ikut dengan mereka. Jadi dia bisa bebas memerhatikan Nona. Tidak peduli lagi betapa murungnya wajah Mia. Sekalian saja biar Mia sadar. Karena baru Billy sadari bahwa mengajak Mia menjalin kasih adalah sesuatu yang salah. Dia merasa tidak nyaman sama sekali. Karena itu sekaranglah saatnya supaya Mia tahu bahwa dia tidak punya rasa apa-apa meski sudah menjalin kasih selama beberapa bulan.

Di tengah-tengah hamparan pasir ini, mereka bisa melihat bentangan pegunungan yang memanjang dengan hiasan asap putih di atasnya. Meski berdebu namun tidak begitu kering karena kemarin sore telah turun hujan.

Ketika perjalanan mereka berlanjut ke area kawah Bromo, Monic memaksa untuk ikut. Dia merasa takut kalau-kalau Marvin akan bertindak lebih jauh di hadapan Rambo. Dia tidak mau itu terjadi. Lebih baik dia ikut jalan saja. Dan menarik nafas lega ketika dengan menguatkan diri, dia dan teman-temannya sampai di Kawah Bromo dengan menunggangi kuda.

Semua berdecak kagum dan lega ketika sampai di anak tangga menuju kawah. Beberapa kali mereka meneguk air untuk menyulut kembali semangat. Meski Nona merasa takut saat melewati jalanan sekitar kawah yang licin, tapi dengan sigap Billy memegang tangannya. Dia baru sadar bahwa Marvin tidak pernah lagi menegurnya meski dia lebih banyak bersama Billy.

Mia yang berada di belakangnya juga seperti tidak tahan rasanya melihat kemesraan Nona dan Billy. Namun sebelum amarahnya memuncak, David lebih dulu menggamit tangannya kemudian menuntunnya. Amarah yang berada di puncak kepala itu langsung luruh dengan perhatian David padanya yang belum pernah didapatnya dari Billy. Berganti dengan perasaan campur aduk.

Cukup lama mereka di daerah sekitar kawah sambil beristirahat dan berfoto-foto ria. Hingga tepat pukul sepuluh pagi, mereka memutuskan untuk mencari kuda dan kembali ke jeep mereka. Dan berakhirlah petualangan mereka di daerah wisata Gunung Bromo itu.

Ketika mereka tiba kembali ke Wonokitri Parking Area, mereka menyempatkan diri untuk membersihkan badan dan sarapan.

Billy datang dengan membawa secangkir kopi untuk Nona. Namun panas kopi itu hanya bertahan sepuluh menit, saking dinginnya hawa pegunungan membuat kopi lekas sekali dingin.

Love Is You (Tamat)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant