Masalah Baru

2.3K 145 6
                                    

Siang ini seharusnya Laras datang mengunjungi Alamanda. Tapi sampai menjelang sore, Nona belum juga melihat sosok Laras datang. Padahal banyak hal yang harus disampaikannya mengenai perkembangan Alamanda selama satu bulan terakhir. Dia juga ingin mengkonsultasikan mengenai salah satu produk kecantikan yang ingin sekali bekerja sama dengan mereka. Namun sepertinya Nona harus sabar menunggu sampai besok.

Karena lelah, hampir beberapa jam duduk di depan monitor, Nona memutuskan untuk keluar dari ruangannya. Dia melangkah perlahan sambil menunduk ke bangunan depan untuk melihat banyaknya pengunjung yang datang. Rasanya, hari ini dia bersyukur sekali karena Febrian tidak menemuinya lagi. Jujur saja, dia tidak bisa bekerja dengan tenang jika Febrian datang dan datang menemuinya lagi.

Sampai dia tiba di deretan sofa panjang, matanya terpaku pada seseorang yang sedang menunggu giliran facial. Gadis itu sedang membaca sebuah majalah wanita sambil duduk santai bersandar di sandaran sofa.

Nona menyipitkan namanya. Ingin melihat jelas apakah dia tidak salah lihat, bahwa gadis itu adalah Mia, yang dulu pernah menjadi sahabat dekat namun sekarang hubungan mereka putus seperti tak dapat tersambung lagi.

Perlahan Nona mendekatinya. Hingga ketika jarak mereka tinggal dua meter, Nona menyebut pelan nama Mia. Takut keliru. “Mia?”

Gadis itu mengangkat wajahnya. Kemudian seperti terkejut melihat siapa yang memanggilnya. Seseorang yang dulu pernah sangat dikenalnya. Dengan setelan kemeja berwarna kuning berbahan chiffon dan celana panjang putih yang pas membalut tungkainya, Mia melihat Nona semakin cantik. Berbeda jauh dengan penampilan Nona yang dulu.

“Hai, Non,” Mia balas menyapa dengan raut muka masih diliputi kekaguman.

“Senang bisa ketemu kamu lagi, Mia,” kata Nona sambil mengulurkan tangannya. Mia menjabatnya dengan hangat lalu tersenyum.

Kemudian Nona memilih mengajak Mia ke kantin untuk mengobrol lebih lama lagi. Lebih nyaman dan lebih leluasa. Tak bisa disangkal lagi bahwa sejujurnya Nona merindukan masa-masa muda mereka dulu. Ketika keceriaan masih menjadi makanan mereka sehari-hari. Hingga persahabatan mereka mulai hancur sejak mereka mulai mengenal cinta yang lebih dalam. Semua seolah berlomba untuk mendapatkan cinta yang diidamkan. Puncaknya ketika mereka mengetahui bahwa Monic diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan Marvin. Saat itulah baru terasa bahwa persahabatan mereka benar-benar hancur.

Menjadi sebuah permulaan yang baik setelah selama lebih dari tiga tahun mereka bertemu, sekarang Nona dan Mia kembali bertemu. Barangkali pertemuan mereka saat ini bisa memulihkan hubungan mereka menjadi lebih baik.

“Bagaimana kabarmu Mia?” tanya Nona membuka obrolan setelah mentraktir Mia dengan segelas minuman dingin.

“Aku baik, Non. Aku tetap doyan makan,” gurau Mia kemudian disambut tawa Nona. Nona jadi ingat betapa nikmatnya jika melihat Mia makan dengan lahap di rumahnya dulu.

“Kamu beruntung punya badan yang tidak pernah rewel. Mau diisi makanan seberapa banyak juga tidak akan bengkak. Lain denganku.”

“Kamu pasti menjaga betul makananmu supaya tetap selangsing ini.”

“Banget!”

Kemudian mereka tertawa lagi. Begitu riang. Seperti sedang ingin meluapkan kebahagiaan yang dulu pernah terpendam karena kebencian.

“Kamu bekerja di sini, Non? Aku kira dulu kamu akan bekerja di perusahaan besar.”

“Ya, dulunya memang ingin begitu. Tapi belakangan aku menyukai di sini. lebih tenang dan nyaman,” ucap Nona sambil melemahkan suaranya. Dia tersenyum lembut seperti sedang ingin memberitahukan bahwa dia merasa bahagia bekerja di sini. Sejenak dia menghayati keberadaannya sendiri. Kemudian teringat sesuatu. “Oh, ya. Bagaimana kabarmu dan David?”

Love Is You (Tamat)Where stories live. Discover now