B

52 5 8
                                    

Laura menyebrang jalanan pagi yang masih sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul enam lewat dua puluh lima menit. Gadis itu berjalan menuju rumah tingkat dua dengan cat berwarna abu-abu. Menarik napas dalam.

"GAAAARRRRAAAA...." teriak Laura tanpa mempedulikan orang-orang yang melihat ke arahnya.

Dari balkon rumah menyembul kepala seorang lelaki dengan seragam batik dan celana abu-abunya. Rambutnya yang masih basah menambah tampan wajahnya. Laura mendongak guna melihat orang tersebut.

"Bentar Lin," ucap Gara lalu bercermin sambil menyisir rambutnya yang basah.

"UUD jangan lupa"

Gara menyingkirkan cermin, mengernyit bingung ke arah Laura.

"Ini hari kamis" peringat Laura.

Gara berpikir sebentar lantas mengangguk, "Oh oke oke"

Gara kembali menyisir rambutnya. Laura yang melihat itu berdecak sebal.

"Udah sih Ger, mukanya juga gitu-gitu aja nggak berubah!" gerutu Laura agak kencang agar Gara mendengarnya.

Gara menyeringai dari atas sana dan meletakkan cermin serta sisirnya di tempat semula. Berjalan menuruni anak tangga dan keluar dari rumahnya dengan buku Undang-Undang 1945 di tangannya, menyerahkannya pada Laura.

"Lama banget sih, buruan, nanti telat!"

Laura menarik kasar tangan Gara membuat lelaki itu kesulitan membenarkan posisi tasnya.

Mata Laura awas memperhatikan angkot yang melintas. Tangannya masih menggengam tangan Gara.

"Santai aja kali, Lin, nggak bakal telat kok" ucap Gara memasang wajah sok coolnya.

"Santai pala lo peyang? Ini udah jam berapa? Sengaja gue lama-lamain tetep aja terlambat"

"Maaf, maaf, tadi malem gue abis begadang soalnya makanya kesiangan"

"Ngapain begadang begadang, nggak guna!"

"Chat cewek lah, apalagi?"

Laura mendengus kesal, satu angkot melintas dan berhenti tepat di depan Laura, Laura segera menarik tangan Gara untuk masuk karena masih ada ruang di dalam sana.

Di dalam angkot Gara melempar tatapan genit pada cewek-cewek yang ada di sana membuat mereka baper sendiri. Laura yang melihat itu memutar bola mata malas, memilih memandang jalanan yang mulai padat.

"Lin, nanti anterin gue ke kantin yah, laper nih belum sarapan" ucap Gara memecah lamunan Laura setelah selesai membuat fly para anak gadis.

"Iya iya"

Angkot berhenti di seberang sekolah mereka. Gara dan Laura turun, membayar ongkos mereka masing-masing.

"Buset dah makin mahal aja nih ongkos" gerutu Gara ketika angkot itu kembali berjalan.

"Iya gila, duit gua goceng jadi kembali serebu" ucap Laura menatap uang receh di tangannya nanar.

"Emang bensin naik?"

"Lah mana gua tau, lo kira gua kerja di pom bensin?"

"Iya"

"Kampret lo!"

Mereka berdua menyebrang jalan dan berjalan menyusuri koridor bersama. Saat melewati kelas Gara, Gara mendorong tubuh Laura dengan bahunya sehingga perempuan itu ikut masuk ke dalam kelasnya. Tersungkur di lantai kelas Gara.

Gara tertawa puas dan berbincang dengan temannya tanpa mempedulikan Laura yang sedang berusaha menahan malu karena semua pasang mata di kelas Gara melihat ke arahnya.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin