U

8 1 0
                                    

Laura menggengam erat plastik yang ada di tangannya. Menatap rumah abu-abu itu tanpa berkedip. Mengumpulkan tekad untuk melangkah.

Pintu rumah terbuka membuat jantung Laura berdegup kencang namun tubuhnya tidak bisa bergerak.

"Eh, Alin. Tumben kesini, kemana aja?"

Huh, Laura bernapas lega ternyata yang keluar adalah Febian.

Laura menyeringai canggung. "Mm... Gue mau balikin jaketnya Gara"

"Ditanyain apa di jawab apa"

"Eh.. Mm.. I.. Iya gue ada kok cuma emang jarang main kesini"

Febian angguk-angguk. "Yaudah masuk aja, Gara lagi di kamar tuh"

"Eh, lo mau kemana?"

"Biasa malam mingguan" jawab Febian sambil memainkan alisnya.

Laura ber-oh kecil.

"Hati-hati loh, kalian cuma berdua di rumah. Jaga diri, takut Gara tiba-tiba khilaf"

Laura yang mendengar itu terkejut, selama main ke rumah Gara selalu ada Mama Gara di rumah. Kalau Gara yang main ke rumah Laura memang Mama Laura tidak ada di rumah tapi Gara nggak pernah khilaf kok. Ih, kok Laura jadi takut yah?

"Mm.. Mama lo kemana?"

"Mama pergi sama Ica keluar. Nggak tau pulangnya kapan"

Fyi, Ica itu anak bungsu, adiknya Gara sama Febian. Umurnya baru enam tahun, badannya embul nggak kayak si manusia pluto.

"Lo di rumah aja sih" pinta Laura.

"Tidak bisa seperti itu Ferguso, my pacar is waiting me"

"Ayolah Antonio"

"Tidak bisa Roselin"

"Kumohon Jaka"

"Jauh amat dari Antonio ke Jaka?"

"Ayolah Feb, Febi kan baik, ganteng, wangi, idaman deh. Temenin yah?"

"Giliran ada maunya aja muji. Enggak bisa, pokoknya nggak bisa. Udah yah, baik-baik di rumah adik ipar"

Febian langsung berlari kecil tanpa persetujuan Laura. Laura mendengus sebal, meremas lebih kuat plastik tak berdosa di tangannya.

Dengan keberanian yang nyaris sempurna untuk hancur Laura berjalan masuk ke dalam rumah Gara, perlahan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Kalau saja kemarin Febian tidak memberi tahunya tentang kepergian Gara lusa, mungkin sekarang Laura sedang bersama spombob dan petrik di rumah.

Laura terdiam sebentar di depan kamar Gara. Mendengar suara gitar dan nyanyian lelaki itu membuat hatinya berdesir hangat.

Laura perlahan mengetuk pintu kamar Gara, kalau keadaannya seperti dulu mungkin gadis itu langsung nyelonong masuk dan berbaring di kasur Gara. Sama seperti yang lelaki itu biasanya lakukan di kamar Laura.

"Saw you walk inside a bar
He said something to make you laugh
I saw that both your smiles were twice as wide as ours
Yeah, you look happier, you do

Ain't nobody hurt you like I hurt you
But ain't nobody love you like i do
Promise that I will not take it personal, baby
If you're moving on with someone new"

Laura diam di depan pintu, melihat Gara duduk di tepi jendela yang menghadap keluar, tentu, ia tahu arti lagu yang dinyanyikan Gara. Tapi Laura tidak tahu lagu itu ditujukan untuk siapa. Tapi entah kenapa, lagu ini juga menampar keras hatinya.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang