N

7 1 0
                                    

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu membuat Laura mendongakkan kepala. Menatap kosong sekitar kamarnya. Gadis itu mendudukkan tubuhnya, mencari sisir dan menata rambutnya yang berantakan.

Laura berdiri di depan cermin, menatap dirinya yang sangat menyedihkan itu. Dengan mata sembab, hidung merah, dan bibir bergetar. Entah sudah berapa lama ia menangis di dalam kamar.

Suara ketukan pintu semakin jelas terdengar.

"Siapa sih?! Ganggu galau time gue aja! Mama? Nggak mungkin lah jam segini udah pulang"

Suara ketukan itu kembali terdengar membuat Laura bersungut-sungut kesal.

"Iya sabar!" teriak Laura sebelum membuka kunci pintu, perlahan ia menarik knopnya dan seperti biasa hanya memperlihatkan kepalanya.

"Valen?" ucap Laura melihat laki-laki itu berdiri di depan rumahnya. "Ngapain lo kesini?"

Valen tersenyum, memperlihatkan sebuah kantong plastik yang berisi berbagai macam jajanan.

Laura ber-oh kecil lalu membuka pintu rumahnya lebar. Mempersilakan Valen masuk.

"Duduk dulu aja, mau minum apa?" tanya Laura.

"Yaelah kayak di cafe aja, nggak usah minum apa-apa kok, lagi nggak haus"

"Beneran?"

"Iya"

Laura mengangguk, segera mendaratkan bokongnya di sofa ruang tamu. Begitu pun Valen, lelaki itu melihat sekeliling karena ini baru pertama kalinya dia masuk ke dalam rumah Laura.

"Rumah kamu adem yah, jadi nyaman" puji Valen.

Laura tersenyum, ya menurutnya juga begitu. Rumah yang hampir ia tempati seluruh hidupnya itu.

"Udah mendingan?" tanya Valen.

Laura menoleh dan perlahan mengangguk.

"Jangan sedih lagi dong, Ra. Aku juga jadi ikutan sedih kalo liat kamu gini terus" ucap Valen sambil mengusap puncak kepala Gara lembut.

Laura tersenyum tulus. "Iya, makasih ya udah mau peduli sama gue. Gue akan coba saran lo, gue akan coba pake topeng. Gue akan coba buat orang bahagia. Sedih ini biar gue yang ngerasain sendiri"

Valen menyimpul senyum. "Nggak gitu juga, Ra. Kamu juga bisa berbagi sedih ke orang lain, orang yang kamu percaya. Jangan simpen rasa sedih sendirian, nanti kamu bakal cepet capek sama keadaan"

Laura mengangguk. "Pasti kok, gue pasti turutin semua kata-kata lo. Makasih udah jadi orang yang ngertiin gue tiga bulan terakhir. Maaf kalo gue ngerepotin lo"

"Nggak sama sekali kok. Malah aku seneng, asalkan kamu terus jadi Laura yang aku kenal. Yang cerewet, suka marah-marah nggak jelas, suka ketawa-ketawa sendiri dan yang pastinya selalu kuat"

"Gue bakal coba buat balik lagi ke diri gue yang dulu. Ah gue malu kalo kayak gini! Rasanya kayak gue orang paling bego di dunia ini! Berubah cuma gara-gara seorang cowok ihh enggak banget!"

Valen terkekeh pelan melihat wajah bersungut-sungut Laura.

"Tumben berani ngetuk pintu, Len?" tanya Laura yang segera mendapat seringaian dari Valen. "Biasanya lo cuma nunggu di luar"

"Kalo tadi nggak di ketuk, kamu mana keluar. Capek dong nunggu lama-lama di luar kayak orang gila"

Laura terkekeh pelan, "Lo nggak di godain ibu-ibu di warung depan kan?"

"Alhamdulillah, nggak. Kenapa emang?"

"Biasalah ya ibu-ibu liat yang bening dikit aja langsung berasa gadis lagi padahal mah itu tumpukan baju *bejibun di rumahnya"

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Where stories live. Discover now