M

7 1 0
                                    

Gara merangkul pundak Adit membuat lelaki yang tengah berjalan menyusuri koridor itu terkejut.

"Tumban nggak sibuk?" tanya Adit, sebenarnya sih sekaligus menyindir.

"Iya, tugas gue udah selesai tinggal tunggu aja gimana jadinya nanti" sahut Gara.

"Nggak sama cewek lo?"

Gara hanya menggeleng.

"Kenapa? Lagi marahan?"

Gara kembali menggeleng. Adit menoyor cukup keras kepala Gara. "Geleng-geleng mulu lo, kayak lagi di ngedugem aja"

"Ya abisnya emang enggak kok!"

"Nggak usah bohong deh, Gar! Gosip tentang lo berdua tuh udah nyebar!"

"Najis, laki-laki doyan gosip!"

"Biarinlah, biar up to date terus"

"GARA" suara itu mampu membuat langkah kaki Gara dan Adit berhenti. Kedua lelaki itu serempak menoleh.

Adit tersenyum penuh arti, menyenggol pelan bahu Gara. "Doi noh"

Namun melihat Gara hanya diam saja membuat Adit kesal, akhirnya dia mendorong cukup bertenaga punggung Gara. Membuat lelaki itu sampai maju beberapa langkah ke depan dan menoleh ke arah Adit sambil bersungut-sungut kesal, hampir saja kepalanya mendarat di tong sampah.

Adit hanya tertawa puas melihat Gara yang diam mematung ketika Laura berdiri lima langkah dari hadapan Gara.

Koridor di penuhi manusia yang ingin cepat sampai kerumahnya. Ya, bel pulang sekolah sudah berbunyi.

"Gar" panggil Laura membuat Gara menoleh.

"Iya?"

Hati Laura sungguh terasa ngilu mendengar suara itu berbicara padanya sekarang. Kenapa baru sekarang setelah Laura menunggu lama? Kenapa harus Laura duluan yang memulai?

"Lo nggak sibuk kan?"

Gara menggeleng. "Tugas gue udah selesai kok"

"Kalo gitu sama"

"Maksud lo?"

Laura tersenyum getir. Hatinya sungguh remuk saat ini. Namun jika ia terus berada di posisi ini hatinya akan semakin hancur. "Tugas gue juga udah selesai"

"Tugas apa?"

"Makasih dan maaf"

"Lin, lo nggak usah aneh-aneh ngapain bilang makasih sama minta maaf? Kan lo nggak salah apa-apa dan gue pun nggak berbuat sesuatu yang berarti"

"Gue nyerah, Ger"

"Nyerah apa sih Lin? Gue nggak ngerti maksud lo"

Laura menggigit bibir bawahnya. "Kita selesai"

"Selesai apanya?"

"Nggak ada lagi kata kita, yang ada cuma gue dan lo"

Di ujung kalimat, air mata Laura jatuh. Adit yang menyaksikan itu menganga, tidak percaya. Begitu pun dengan Valen yang sejak tadi berdiri beberapa langkah di belakang Laura.

Gara terdiam mematung sekarang lelaki itu mengerti arah pembicaraan Laura." Tapi kenapa?"

"Nyatanya selama ini cuma gue yang serius sedangkan lo cuma main-main. Gue udah capek, gue nggak bisa bertahan lebih lama lagi. Semakin gue bertahan semakin remuk hati gue. Lo nggak pernah sayang sama gue, Ger. Hati lo bener-bener pasir, apa sedikit aja lo pernah merasa takut kehilangan gue? Apa sedikiiiit aja lo pernah ngerasa takut gue diambil orang? Apa pernah, Ger? Gue nggak minta apapun dari lo, gue terima lo apa adanya.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Where stories live. Discover now