H

17 2 0
                                    

"Gue pengen boker" bisik Gara kemudian lari terbirit-birit.

Laura menarik napas dalam. "GGGAAARRRAAA!!!"

Laura berjalan cepat menuju kelasnya.

"Emang dasar manusia pluto, pengendali pasir! Pagi-pagi udah buat gue darah tinggi aja! Awas lu yah kalo ketemu nanti, gue sembeleh tuh pala pake silet!"

Laura masuk ke dalam kelasnya, membanting tasnya ke atas meja dan langsung menaruh kepalanya, berharap kekesalannya pagi ini menguap.

Valen meletakkan segelas botol air dingin lalu duduk di samping Laura membuat gadis itu mendongak dan menoleh, memberikan tatapan tak mengerti.

"Buat kamu, aku tau kamu lagi kesel sekarang" ucap Valen seolah mengerti arti tatapan Laura.

Laura mengangguk, segera membuka tutup botol dan meneguknya dengan rakus.

"Ahhh, makasih" ucap Laura sambil tersenyum manis membuat senyuman kecil dari bibir Valen.

"Mmm... Hari ini rapat yah? Gue rasa bel masuk terlambat" ucap Laura sambil memandang jam dinding di kelas.

"Mungkin, tadi aku ke kantor eh kantornya ditutup"

"Lo? Ke kantor? Tumben"

"Iya mau ngasihin raport kan udah di minta ama Bu Ulfa"

Laura menepuk jidatnya, "Mati deh, gue lupa bawa raport, aduh gimana nih?"

"Masih ada besok kali, Ra. Udah kayak ini hari terakhir aja"

"Yah kan takut gitu loh, lo tau sendiri kan Bu Ulfa itu orangnya gimana? Baik-baik nyeremin"

Valen mengangguk setuju. Laura kembali menaruh kepalanya di meja, malas berbuat apapun.

"Mau sampai kapan kayak gini?" tanya Valen membuat Laura kembali mengangkat wajahnya dan mengernyit heran. "Mau sampai kapan tiap pagi marah-marah mulu?"

"Yah sampe itu anak tobat" jawab Laura sambil menopang dagu menatap papan tulis.

"Nggak capek?"

Laura menoleh ke arah Valen. "Kenapa lo nanya gitu?"

Valen mengangkat bahu, "Yah, aku aja capek ngeliat kamu tiap pagi badmood mulu"

"Alhamdulillah, gue masih tahan"

Baru saja Valen hendak membuka mulut, Bu Ginik sudah masuk ke kelas membuat para murid yang sibuk sendiri segera duduk di tempat masing-masing termasuk Valen.

Laura menghela napas pelan, pikirannya masih tersimpan beribu tanya tentang Valen yang akhir-akhir ini memang suka bertanya aneh terlebih tentang sikap Laura pada Gara.

Laura menggelengkan kepalanya.

"Rumor itu nggak mungkin bener. Nggak mungkin Valen suka sama gue. Nggak, nggak, lo kalo ngayal jangan ketinggian, Lin" gumam Laura pada dirinya sendiri.

"Apaan yang tinggi?" tanya Aya yang baru menaruh bokong di tempatnya.

Laura terdiam sebentar. "Ya, menurut lo, mungkin nggak sih Valen suka sama gue?"

Aya juga terlihat berpikir sebentar. "Yang gue denger sih iya, tapi hati manusia kan nggak ada yang tau. Lo tanya aja sendiri daripada mati penasaran"

"Muke gile nanya ke dia, mau taro dimana muka gue yang cantik kayak bidadari surga ini?"

"Lo mah bukan bidadari surga, tapi, bidadari neraka!"

"Kejam sumpah"

Pelajaran berlangsung dengan tidak tenang, seperti kebanyakan kelas lainnya, berisik.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang