I.II

11 1 0
                                    

Laura dan Valen berjalan keluar dari gedung bioskop. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Mereka baru saja selesai menonton film horor.

"Ngagetin anjay filmnya, budeg kuping gue" gerutu Laura sambil mengusap kasar telinganya.

"Namanya juga bioskop, kalo nggak gede nggak kedengeran"

"Nabung ah, mau ngajak emak tercinta nonton"

"Kenapa nggak ngajak Gara aja?"

Laura menggeleng kuat-kuat. "Enggak, enggak. Manusia kayak dia yang ada bikin satu bioskop heboh sendiri. Lagian dia itu sukanya nonton film yang sekasta."

"Apa?"

"Film koplak, yang isinya banyak lawakan pasti ketawanya ampe tiga hari nggak kelar-kelar"

Valen terkekeh pelan, memikirkan bahwa selama ini kegilaan Gara terinspirasi dari film tersebut.

"Nanti gue ajak nonton lagi mau, Ra?" tanya Valen ketika mereka sudah sampai di parkiran.

"Mm.. Mau-mau aja, liat situasi dan kondisi dulu yang pasti. Gue sih nggak masalah yang penting di bayarin kan?" ucap Laura yang dibalas kekehan kecil oleh Valen.

Lelaki itu masih saja batu tetap membukakan pintu mobil untuk Laura, Laura hanya bisa menghela napas pelan dan menurut saja masuk ke dalam kelas.

"Pasti kok aku bayarin" sahut Valen sambil menutup pintu mobil untuk Laura dan berjalan masuk ke kursi kemudi.

Mobil mulai melaju.

"Maap maap nih yah, Len. Maksud gue setiap lo ngajak gue jalan dan lo bayarin itu bukan gue karena gue matre! Demi apapun, gue nggak matre!"

"Iya iya, Ra. Aku ngerti kamu kok"

"Gue takut aja gitu lo negatif thinking dan akhirnya ilfeel sama gue"

"Nggak akan kali, Ra. Cuma buat masalah gini aku ampe ilfeel atau ngejauh dari kamu. Wajar kali kalo cowok yang bayarin cewek. Lagian kan, aku juga yang ngajak kamu"

"Berarti kalo gue yang ngajak lo ke mall. Gue harus bayarin lo jajan dong?"

Valen tersenyum tipis. "Nggak gitu juga. Kan cowok yang kerja keras jadi harus cowok yang bayarin apapun kondisinya. Beda lagi kalo urusan dompet ketinggalan"

Laura terkekeh pelan, jadi ingat waktu itu saat sedang makan bakso berdua di pinggir jalan bersama Gara. Saat ingin membayar pesanannya, Gara merasakan ada sesuatu yang tertinggal dan ternyata dompet pria itu tidak ada. Gara sangat berseru panik menyangka dompetnya hilang atau dicopet orang. Mana dia sudah makan dua mangkok bakso dan satu es teh lagi maka dengan berat hati Laura yang harus membayar pesanan Gara yang banyak itu.

Gara dengan wajah watadosnya menyeringai ke arah Laura yang memandang jengah. Dan setelah pergi dari sana mereka langsung menuju rumah Gara. Setelah masuk ke kemar Gara ternyata dompet itu tergeletak di atas kasur yang berantakan.

Gara hanya menyeringai ketika Laura mengoceh kesal. Lelaki itu mengeluarkan  uang untuk mengganti uang Laura. Laura segera mengambilnya sambil berdecak sebal.

Ah, pikiran Laura kenapa jadi penuh dengan manusia pluto itu sih? Bikin enek aja.

"Mikirin apa sih, Ra? Tadi ketawa-ketawa terus tiba-tiba cemberut gitu?" tanya Valen.

Laura menoleh ke arah Valen. "Hehe, enggak mikirin apa-apa kok. Namanya juga cewek, suka berkhayal"

Valen hanya manggut-manggut mengiyakan. Mobil berhenti di depan rumah Laura, gadis itu hendak membuka pintu namun Valen mencekal tangannya.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Where stories live. Discover now