Y

6 2 0
                                    

"Nggak gitu, Gar. Sekali-kali makan enak napa, ngemper mulu" ucap Laura sambil terus berusaha membuka helmnya. "Bantuin ngapa? Susah ini"

Gara yang sudah turun dari motor segera berjalan mendekat dan membantu Laura membukakan helm Laura. Laura terdiam, tangannya turun meremas ujung kemejanya.

Ia tidak pernah sedekat ini dengan Gara bahkan napas lelaki itu dapat ia rasakan.

"Dah" ucap Gara membuat Laura bernapas lega.

Kalau lebih lama bisa pingsan duluan Laura.

Gara menarik helm dari kepala Laura. Terkekeh pelan melihat rambut Laura tak karuan, tangannya bergerak merapikannya. Laura kembali di buat menahan napas oleh perlakuannya.

"Gue kangen banget sama lo" ucap Gara membuat hati Laura berdesir.

Laura tersenyum tipis. "Gue juga kok, ayo, nanti keburu sore"

Gara diam, memandangi punggung Laura yang sudah lebih dulu masuk ke dalam cafe. Tersenyum tipis, segera menyusul.

Gara memutar pandangan mencari Laura dan menemukan gadis itu duduk di pojok ruangan dekat jendela tengah bermain ponsel. Gara berjalan mendekat dan duduk di depan Laura.

"Lagi ngapain sih? Chatan sama Valen?" tanya Gara.

Laura menoleh dan menggeleng, segera memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Oh ya, ngomong-ngomong Valen kemana?" tanya Gara.

"Masih di London mungkin"

"Dia kuliah di luar negeri?"

"Hm"

"Masih sering tuker kabar nggak?"

Laura menggeleng. "Entahlah jarang nelpon gue, dia"

"Kenapa nggak lo duluan yang nelpon?"

"Udah pernah coba, tapi malah suruh tinggalkan pesan"

Gara manggut-manggut sok mengerti.

"Eh, gue ke toilet bentar yah" ucap Laura. Gara menoleh dan mengangguk.

Laura segera berjalan ke toilet, membasuh wajahnya, gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Masih ada Gara di mata itu, masih ada Gara di hati itu, bagaimana cara melenyapkan rasa yang semakin hari semakin kuat?

Laura menghela napas pelan. Segera berjalan ke dapur cafe untuk mengambil titipannya. Ini sudah ada di skenarionya. Hari ini hatinya boleh saja bersedih tapi wajahnya harus bahagia.

Laura berjalan mendekati Gara dengan sebuah kue tar di tangannya lengkap dengan lilin berwarna-warninya.

Sontak semua mata langsung tertuju pada Laura. "Happy birthday, Gara" ucap Laura.

Gara yang sedang sibuk memandangi jalanan yang lengang jadi menoleh.

Laura tersenyum dan menaruh kue di atas meja. Ikut duduk dihadapan Gara yang juga tersenyum.

"Masih inget aja lo, gue aja lupa"

"Kalo nggak di ingetin Febian gue juga lupa"

Bohong! Mana mungkin Laura melupakan hari kelahiran malaikatnya sendiri.

"Ayo dong, make a wish terus tiup lilinnya" ucap Laura.

"Ini sweet seventen gue kan?"

Laura terkekeh pelan. "Iya, lima tahun yang lalu"

Gara mengerucutkan bibir, Laura tidak bisa di ajak kompromi dalam hal ini. Namun sedetik kemudian ia tersenyum dan memejamkan matanya. Membuat harapan dalam hati.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Where stories live. Discover now