F

24 2 0
                                    

Rumah Laura tengah kedatangan tamu sekarang. Bukan tamu lebih tepatnya anak tetangga yang sedang belajar matematika bersamanya. Kalau kalian tanya kenapa mau, jawabannya karena itu pelajaran anak SD, yang bisa dibilang mudah. Gratis tanpa di pungut pemulung.

Laura serius mengajari sampai pintu rumahnya di ketuk. Laura segera membuka pintu rumahnya. Lagi-lagi lelaki itu, tidak bosan kah dia? Laura saja bosan.

Iya, yang datang si pengendali pasir. Siapa lagi kalau bukan Gara. Dia datang dengan seringai diwajahnya membuat Laura menatap datar. Gara langsung melenggang masuk tanpa permisi.

Laura hanya bisa menghela napas sambil berdecak sebal, segera menutup pintu dan kembali mengajari anak itu. Kembali duduk di sofa bersama Gara dan Ardi di sampingnya.

"Lagi ngapain?" tanya Gara entah pada siapa.

"Ngerjain pr" jawab sang anak yang bernama Ardi.

"Wah, kalo gitu nanti pas ada pr saya ngerjain di sini aja lah" ucap Gara.

"Saya! Saya! Biasa ngomong gua aja saya saya! Nggak bisa, nggak bisa, gue ulangan aja masih dapet kecil!" omel Laura.

"Berapa sih lu ulangan mtk kemaren?"

"Empat lima"

"Gile! Gue yang bego gini aja enam puluh!"

"Bodo amat! Nggak ngerti gue ama materinya, gurunya juga nggak pernah jelas kalo ngejelasin"

Ardi mulai membereskan buku-bukunya karena sudah selesai dan dia langsung melenggang pergi tanpa mengucap apapun. Tak sopan memang namun itu sudah menjadi hal biasa bagi Laura. Karena Laura memang tidak ingin di anggap tua, ada yang memanggilnya kakak atau semacamnya saja ia risih. Padahal umurnya memang sudah tua. Namun ia tetap ingin menjadi sebaya di mata anak-anak.

"IYA SAMA-SAMA!" teriak Gara yang jengah melihat tingkah anak itu.

"Anak macam itu aja masih mau lu ladenin!" ucap Gara pada Laura yang juga sedang membereskan alat tulisnya.

"Yah namanya juga seumuran" ucap Laura sambil berjalan ke arah kamarnya.

Gara yang mendengar itu seketika terbahak membuat Laura memutar bola mata malas.

"Lo? Seumuran? Sama dia? Anjir ngakak gue, asli!" ucap Gara ketika Laura kembali duduk, masih dengan tawanya.

"Serah lo. Ada apa ke sini?" tanya Laura.

"Mama lo mana?" tanya Gara sudah menghentikan tawanya.

"Lagi keluar, kenapa?"

"Anterin gue yuk"

"Sudah kuduga. Pasti lo tuh ke sini ada apa-apanya!"

Gara menyeringai tak berdosa.

"Kemana?" tanya Laura.

Gara menoleh. "Hah? Apanya?" ia memasang wajah bodohnya membuat Laura mengusap wajah kasar.

"Gue ruqyah juga lu lama-lama! Minta anterin kemana?!" ucap Laura jengah.

"Kemana-kemana hatiku senang, lalalalalalala lalalalala"

"Bodo! Dasar gila!" Laura memalingkan wajah kesal.

"Ayo geh anterin" ucap Gara yang sepertinya kesadarannya sudah kembali.

"Iya, kemana Gara yang ganteng?"

Gara tersenyum penuh arti sambil memainkan alis, memasang wajah sok gantengnya membuat Laura beristigfar karena sudah salah bicara.

"Akhirnya lo mengakui kan kalo gue ini ganteng" ucap Gara sambil mengusap dagu seperti orang berpikir lebih tepatnya seperti orang yang sok kegantengan.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang