O

8 1 0
                                    

"Ra" panggil Valen.

Laura yang sedang menikmati angin pun menoleh. "Iya?"

"Apa aku penyebab kehancuran hubungan kamu sama Gara?"

Laura terdiam, gadis itu berpikir. Memang setelah Valen mengantar dan bersikap manis padanya hari itu, Laura dan Gara semakin jauh. Namun bukan itu penyebabnya, bukankah penyebabnya pertanyaan konyol Laura? Ah Laura jadi benar-benar menyesali keputusannya, memutuskan hubungannya dengan Gara.

Author: "Hujat aja udah, labil amat jadi orang! :)"

Tapi dia juga lelah jika terus seperti ini. Gadis itu menghela napas pelan, berharap rasa sakit di hatinya ikut hilang bersama helaan itu dan tertiup angin, menjauh.

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Ya, aku rasa setelah hari itu, kamu sama Gara mulai berubah, mulai renggang. Aku takut kalo emang aku penyebabnya"

Laura menggeleng pelan. "Bukan lo kok, penyebab gue sama Gara jauh itu diri gue sendiri, pertanyaan goblok yang sampe sekarang gue sesalin."

Valen terdiam ternyata jauh di dalam lubuk hati Laura ia menyesali keputusannya.

"Kalo aja hari itu gue nggak nanya yang aneh-aneh sama dia, mungkin kita masih sama-sama sampe hari ini. Kalo aja hari itu gue mengimbangkan logika sama hati gue, mungkin ini nggak bakal terjadi. Kalo aja semua kata-kata itu bisa di tarik gue akan tarik sekarang juga.

"Gara bukan tipikal cowok yang kayak gitu, sesibuk apapun dia, dia selalu berusaha buat gue tau kalo dia lagi sibuk. Dia itu paling anti ngerjain tugas awal-awal walau dia selalu ngumpulin tepat waktu tapi tetep aja, Gara yang gue liat sebulan terakhir itu bukan Gara yang selama hampir tiga tahun gue kenal. Dan gue rasa dia kayak gitu karena marah sama gue dan sibuk menghindar dari gue, yah gue tau gue salah.

"Tapi... Hati gue bener-bener nyerah, sesayang apapun gue sama Gara kalo dianya nggak pernah bales buat apa? Dan selama hampir tiga tahun gue cuma jatuh cinta sendirian"

Valen terdiam melihat air mata gadis yang di cintainya kembali luruh. Valen menarik Laura ke dalam dekapannya.

"Nangis aja, nggak papa kok. Keluarin aja semuanya biar kamu lega, aku juga nggak tega liat kamu kayak gini terus, tapi aku juga nggak tau harus gimana"

Laura terisak di pelukan Valen, pelukan lelaki itu benar-benar hangat, terasa seperti ketika Gara memeluknya yang tengah terkena masalah. Yah itu alasan mengapa gadis itu terisak.

OOO

Suara sound system itu memenuhi seisi lapangan upacara SMA 09. Stand-stand yang menjual karya seni dan makanan berjejer rapi. Murid-murid baik dari SMA 09 maupun dari SMA lain mulai berdatangan.

"Acara Gara sukses yah?" ucap Valen melihat Laura tersenyum sambil menjelajah seisi lapangan.

Gadis itu menoleh dan mengangguk. "Dekorasinya juga menarik"

Mereka berdua berjalan menyusuri lapangan sampai seseorang tak sengaja menabrak Laura.

"Aduh! Lo liat-liat dong kalo jalan! Nggak tau orang lagi sibuk apa?!" cerca Lia.

Laura hanya menatap datar, segera berjalan pergi tanpa membuka mulut. Laura masih kesal, dia yang nabrak dia juga yang marah-marah.

"Udah salah, nggak mau minta maaf lagi! Pantes Gara ngejauhin lo!" teriak Lia agar Laura mendengarnya, dan itu menarik beberapa pasang mata untuk menoleh.

Alinra Dan Manusia Pluto Pengendali Pasir |COMPLETE|Where stories live. Discover now