1. Sekolah

7.4K 813 17
                                    

Happy Reading 📖
-------------------

"Aduh udah telat lagi!"

Jevan berjalan menuruni tangga dengan terburu-buru, sesekali pria itu menengok kearah jam yang bertengger di lengan kirinya.

"Selamat pagi Pak, sarapannya udah siap" Ujar Bi Santi ramah di bawah tangga.

"Saya langsung ke kantor aja. Ada meeting pagi ini."

Pria itu sangat panik hingga dasi pun sampai salah mengikat. Begitupula dengan rambutnya, berantakan belum disisir. Inilah akibat dari terlalu lama menduda, tidak ada yang mengurus.

Memang ada asisten rumah tangga, tapi apa iya mengurusi semua kebutuhan dan kegiatan Jevan?

"Ayah!"

Mendengar putri kecilnya memanggil, Jevan langsung berjalan cepat menuju ke ruang makan dimana Hanin tengah menikmati sarapannya.

"Sayang, Ayah pergi dulu ya. Kamu jangan nakal." Jevan mencium sekilas dahi Hanin sebelum melenggang pergi, akan tetapi tangannya segera ditahan oleh gadis itu.

"Ayah gak sarapan dulu?"

"Gak bisa Sayang. Ayah harus ke kantor. Nanti deh Ayah sarapan disana."

"Ayah!" Tahan Hanin lagi. Jevan sudah ketar ketir, jika semakin lama ditahan oleh Hanin maka proyek besar akan gagal.

"Kenapa lagi Sayang?"

"Jangan lupa ya, hari ini cariin Hanin sekolah."

Pria itu tersenyum dan sedikit menunduk sebelum mengusap kepala putrinya pelan, "Iya. Sekarang Ayah boleh pergi?"

Hanin mengangguk dan artinya Jevan bisa bernapas lega. Pria itu berjalan cepat menuju mobilnya setelah kemudian mengemudikannya seperti orang kesetanan.

➖➖➖

Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Jevan baru bisa duduk tenang di ruangan setelah berjam-jam melakukan meeting dengan klien besar. Lelah sudah pasti, ini demi putri semata wayangnya.

Tidak lama berselang, suara pintu ruangan pribadi Jevan diketuk dari luar.

"Masuk."

Seorang wanita bersetelan kantor rapi kemudian datang dengan membawa sebuah tablet di tangannya

"Ada apa Wen?"

Wanita yang akrab disapa Wenda itu tersenyum sebelum menjelaskan tujuannya, "Maaf Pak sebelumnya, saya mau nginfoin kegiatan setelah ini. Lima belas menit lagi Bapak ada meeting sama klien dari Jepang, habis itu pergi untuk observasi proyek di tiga titik tempat berbeda, dan sisanya masih ada beberapa jadwal lagi yang menunggu."

Jevan lantas mengangguk. Kegiatan seperti itu sudah biasa untuknya mengingat Jevan adalah direktur perusahaan besar yang bergelut pada bidang properti di ibukota.

"Hmm, oke."

"Sepuluh menit lagi saya balik lagi buat panggil Bapak meeting. Kalau begitu saya permisi." Ujar Wenda berlalu.

Jevan menghela napas panjang. Tungkainya berjalan kearah kaca transparan di sudut ruangan yang menampilkan bangunan yang menjulang tinggi di pusat kota. Sedang asik menikmati pemandangan tiba-tiba saja saku celananya bergetar menandakan sebuah telpon masuk, langsung saja pria itu mengulum senyum dan mengangkatnya.

"Halo Ayah?" Terdengar suara Hanin dari sebrang sana.

"Iya Sayang? Kenapa nelpon? Hanin gak nakal kan di rumah?"

Our DestinyWhere stories live. Discover now