5. Adik

5.6K 865 26
                                    

Happy Reading 📖
------------------

Ini hari sabtu dan sekolah libur karena memang sistem belajar mengajar hanya sampai lima hari lamanya menurut aturan pemerintah. Sekarang Hanin pun dititipkan di rumah Jane dan Tama yang memang sengaja meliburkan diri dari pekerjaan.

Jadi sementara Jevan sibuk di kantor, Tante dan Om nya lah yang akan menjaga Hanin.

So, mereka bisa menikmati hari bersama-sama.

"Gimana sekolahnya Hanin? Pasti seru dong?" Tanya Tama sambil mengajak gadis kecil itu bermain di depan TV.

"Seru Om, seruuu banget! Temen-temennya banyak. Ibu gurunya juga baik, apalagi Ibu guru cantik!"

Jane yang baru datang pun mendudukkan diri di sofa ikut bergabung mendengar obrolan mereka.

"Ibu guru cantik? Siapa tuh?"

"Ibu gurunya Hanin dong Om. Dia orangnya cantik, baik lagi. Pokoknya Hanin suka sama dia!" Ucapnya lantang namun masih dengan gaya imut khas anak kecil.

"Tante baru denger. Kok Hanin gak pernah cerita sih soal Ibu guru itu ke Tante?" Tanya Jane cemberut.

"Ya abisnya Tante Jane gak pernah nanya sih."

Tama tertawa puas. Pintar juga Hanin bikin Jane tambah dongkol. Coba saja kalau tidak ada Hanin, Jane sudah mencekik Tama sedari tadi.

Selama beberapa menit Hanin terus bercerita mengenai sekolah dan ibu guru cantiknya. Topik itu sontak membuat Jane dan Tama saling bertatapan dan tersenyum penuh arti setelahnya.

"Hanin, nama Ibu guru cantik siapa?"

Gadis itu nampak berfikir keras seperti orang dewasa terhadap pertanyaan Jane, "Namanya...ah Hanin lupa. Soalnya Hanin lebih suka manggil dia Ibu guru cantik."

"Terus terus, Ibu guru cantiknya udah kawin? Eh, maksudnya udah nikah belum?" Tama nampak bersemangat menaruh harapan, yang pastinya bukan untuk dia melainkan untuk saudara iparnya.

Mengurus Jane yang galaknya minta ampun saja sudah menguras tenaga apalagi mau nambah dua?

BIG NO!

"Kawin itu apa Om?" Tanya Hanin bingung.

Aduh tuh kan salah. Hanin mana ngerti yang namanya begituan.

"Eh Hanin, Tante bikin puding loh kemarin. Tunggu bentar ya." Jane buru-buru menghilang menuju dapur untuk menghindari pertanyaan Hanin.

Gadis kecil itu kini menatap Tama meminta penjelasan, bukan Hanin namanya kalau tidak mencari tau kata baru untuk dipelajari.

"Om, kawin itu apa?" Tanyanya polos sekali lagi membuat Tama meneguk dengan susah payah. Menjelaskan ke anak baru mau masuk lima tahun tuh gimana ceritanya?

"Umm, gimana ya? Kawin itu...Aha! Hanin mau main gak? Ayo kita main boneka!"

"Ihh gak mau, main sama Om Tama gak seru! Masih lebih enak main sama temen-temen di sekolah."

Tama memilih sok ngambek karena Hanin tidak mau bermain dengannya. Tapi tidak apa, setidaknya perhatian anak itu teralihkan dari isu kawin tadi.

Sekarang Tama lebih fokus ke televisi dimana terdapat sinetron yang di tayangkan hampir setiap hari. Tidak jarang Tama melirik sekilas kearah Hanin yang tengah bermain di lantai bersama bonekanya.

Tiba-tiba muncul pikiran jahil seorang Tama.

"Ehh Hanin, Om suka kasian deh lihat Hanin main sendiri kayak gini. Hanin mau punya temen gak? Adik misalnya biar bisa temenin Hanin gitu."

Gadis itupun mengangguk antusias.

"Nah Hanin mau punya adik kan? Minta gih ke Tante Jane." Ujarnya cekikikan.

"Emangnya kalau Hanin minta bakal langsung dikasih?"

Tama mengangguk cepat, "Iyalah! Kan Hanin yang minta, pasti dong langsung dikabulin. Bilang aja ke Tante Jane kalau Hanin minta dibuatin adik. Udah ayo sana!"

Setelah mengatakan itu, Hanin langsung bangkit dari duduknya dan berlari menuju kearah dapur meninggalkan Tama yang kini tengah tertawa jahat.

Di dapur, Jane sendiri tengah menyiapkan sepiring puding untuk keponakan tercinta ditambah lagi untuk suami menyebalkannya. Kegiatan wanita itu terhenti begitu merasakan celemeknya ditarik-tarik dari bawah.

"Hanin? Kenapa Sayang?"

"Tante, Hanin minta dibuatin adik dong!" Ucapnya polos sukses membuat Jane menganga lebar.

"Ehh kamu diajarin gitu sama siapa?"

"Sama Om Tama. Tadi Om bilang katanya kalau Hanin minta dibuatin adik, Tante bakal langsung kasih. Mau ya ya ya? BUATIN BUATIN BUATIN!!!"

Muka Jane sudah berubah merah. Bagaimana bisa Tama meracuni otak anak sekecil Hanin sejak dini?

Dasar om pedo!

"Oh iya Tante, cara buat adik itu gimana sih? Hanin mau lihat dong!" Tambah gadis itu begitu polos dan kembali membuat mata Jane membelalak kaget siap untuk melemparkan apa aja yang ada dihadapannya ke wajah suaminya.














"WIRATAMA SAPUTRA!!!"

TBC


Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang