28. Jujur

2.1K 451 58
                                    

Happy Reading 📖
-----------------

Clara terpaku menatap layar computer di depan meja miliknya.

Ada perasaan gelisah, cemas, dan takut menjadi satu.

Apa ini adalah jalan yang terbaik untuknya?

Clara tidak tahu, yang jelas keputusannya sudah bulat.


Pintu ruang guru tiba-tiba terbuka menandakan seseorang baru saja masuk. Dengan tergesa Clara menutup aplikasi yang ada di layar dan beralih pada buku-buku murid yang ada disamping nya. Wanita itu mencoba sibuk dengan isi buku tersebut.

"Ra, sibuk ya?"

"Eh Lio. Iya nih." Sahut Clara.

Liora mengangguk paham dan langsung duduk di tempatnya yang tepat berada di samping meja Clara. Wanita itu memperhatikan Clara yang masih berkutat dengan buku-buku di tangan tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.

Tanpa Clara tahu kalau Liora tengah mencari waktu yang tepat untuk bicara. Ruang guru tengah sepi, kini hanya ada keduanya yang kebetulan telah selesai mengajar.

"Clara."

"Hmm?" Panggilan Liora hanya dibalas deheman oleh sahabatnya itu.

"Soal Pak Jevan..."

Begitu mendengar nama yang tidak asing itu, kegiatan Clara jadi terhenti sejenak. Wanita itu menatap Liora datar.

"Lio kan udah aku bilang jangan bahas dia lagi!"

"Tapi Ra setidaknya kamu denger dulu penjelasan Pak Jevan. Dia mau ngomong sama kamu."

Clara segera merapikan barang miliknya ke dalam tas, "Aku gak mau denger apapun Lio. Aku udah mutusin buat ngelupain dia, ngerti!"

"Kamu bahkan belum mulai apapun tapi udah nyerah aja. Come on Ra, kamu bukan orang kayak gitu."

Clara menggeleng pelan dan mengusap pundak Liora, "Aku tau maksud kamu baik. Tapi ini udah jadi pilihan aku, dan itu ngelupain Jevan. Please, hargai keputusan aku."

Liora tidak tahu harus berkata apalagi. Dia dapat melihat sorot kesedihan dalam diri Clara walaupun wanita itu tengah memasang senyum.

"Yaudah, aku balik duluan ya. Bel bentar lagi bunyi. Aku mau jemput Hanin ke kelas buat nganter dia ke depan." Clara meninggalkan Liora namun langkahnya terhenti di ambang pintu ketika mendengar penuturan dari sahabatnya itu.

"See, kamu bahkan masih perduli sama Hanin walaupun hubungan kamu sama ayahnya udah berakhir."

"Perlakuan aku ke Hanin bakal tetap sama walaupun aku gak berjodoh sama ayahnya. Yang jelas aku sayang sama Hanin. Banget."

Setelah mengatakan itu, Clara langsung bergegas pergi meninggalkan Liora yang frustasi akan jalan cinta sahabatnya tersebut. Clara memang sedikit keras kepala dan teguh dengan pendiriannya.

"Clara...Clara. Susah ya ngomong sama kamu." Liora merapikan barangnya hendak pulang juga. Namun dia harus menghela napas kasar begitu melihat layar computer meja di sampingnya masih menyala.

"Clara, ya ampun! Kebiasaan deh suka lupa matiin computer. Listrik kan mahal, mau jadi apa negara ini kalau orangnya kayak Clara semua?"

Tangan lincah Liora dengan lihai menggerakkan mouse. Tiba-tiba saja dahinya mengkerut saat melihat sebuah desktop belum ditutup sama sekali.

Ah, ternyata email Clara.

Tapi tunggu!

Mata Liora tidak sengaja menangkap sebuah email asing yang masuk dalam inbox wanita itu. Semua kalimatnya dalam bahasa Inggris.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang