24. Saran

2.2K 413 25
                                    

Happy Reading 📖
--------------------

Clara terus membolak-balikkan benda yang ada di tangannya. Pikirannya tidak karuan semenjak kemarin. Sejak secara tiba-tiba dilamar oleh duda tampan bernama Jevano Bagaskara.

Selama perjalanan wanita itu terus melamun memikirkan hal tersebut. Hal yang berhasil membuatnya bingung harus melakukan ataupun berbuat apa.

Untung saja ada Liora, seteleh kejadian itu Clara langsung cerita pada sahabat baiknya tersebut. Tentu awalnya Liora marah karena kenapa baru sekarang Clara menceritakan hubungannya dengan Jevan, tapi setelah wanita itu menjelaskan Liora baru mengerti dan paham.

Jangan tanya reaksi Liora, wanita itu sangat senang sampai melompat kemudian berteriak tak jelas seharian di apartement dan itu berhasil membuat para tetangga menjadi terganggu. Liora bahkan langsung meminta Clara untuk menerima lamaran mendadak Jevan.

Namun Clara gundah, dia belum tahu bagaimana perasaannya. Jujur Clara merasa nyaman, tapi apa dia siap menjadi seorang istri pengusaha tampan seperti Jevan?

Sebagai sahabat yang baik Liora menyuruh Clara pulang ke rumah orangtuanya untuk berkunjung sekaligus meminta saran. Mungkin dengan menemui orangtua Clara maka wanita itu akan menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang ada.

Oleh karena itu, Clara sekarang dalam perjalanan menuju rumah orangtuanya menggunakan bus.

"Aku harus apa?" Monolog Clara sembari menatap benda di tangannya.

Iya, kotak kecil berwarna beludru berisi sebuah cincin berlian yang sangat berkilau.

Cincin yang Jevan berikan padanya kemarin dengan setulus hati...














Flashback on~

"Clara, will you marry me?"

Kalimat itu cukup membuat Clara syok di tempatnya. Apalagi tatapan Jevan yang lembut semakin membuatnya blank, tidak tahu harus mengatakan apa.

"Jevan, aku..."

Pria itu menunduk sembari menghela napasnya pelan kemudian beralih mengambil tangan kanan Clara, meletakkan kotak itu di atas sana.

"Aku gak minta jawaban sekarang karena aku tau ini terlalu cepat."

Jevan tersenyum hangat dan menatap teduh mata Clara, "Aku bakal nunggu sampai kamu bilang iya."

Clara cukup bisa mengontrol diri serta detak jantungnya sekarang. Wanita itu bahkan sudah berani menatap Jevan seperti yang pria itu lakukan padanya.

Namun tanpa diminta seketika airmata keluar begitu saja dari pelupuk mata Clara membuat Jevan seketika menjadi panik.

"Clara? Aduh kok nangis?"

Dan hal tersebut berhasil membuat beberapa pasang mata menghakimi Jevan karena terlihat sebagai tersangka yang membuat wanita di depannya itu menangis sesenggukan.

Clara menghapus airmata kemudian menggeleng, "Aku cuma gak nyangka aja."

"Maksudnya?"

"Iya. Orang sebaik kamu bisa sayang sama aku. Aku gak pantes dapat ini semua Jevan."

Jevan tertegun untuk beberapa saat sampai tanpa sadar tangannya bergerak untuk ikut membantu menghapus airmata Clara.

"Jangan bilang gitu. Semua orang pantas dapat kebahagian yang mereka mau, termasuk kamu."

"Sorry Jev kalau aku belum bisa jawab sekarang."

Jevan mengangguk dan sesekali mengelus pipi chubby Clara, "Hmm, aku ngerti. Kan aku udah bilang kalau aku bakal nunggu sampai kamu setuju. Kapanpun itu."

Flashback off~














Bus yang ditumpangi Clara telah sampai. Clara harus sedikit berjalan menuju rumah orangtuanya. Wanita itu terus menenteng tasnya menaiki tangga dan beberapa tanjakan untuk sampai di sebuah rumah berpagar kayu dengan cat berwarna merah sebagai hiasan.

Rumah yang sangat sederhana namun sejuk nan indah dikelilingi hamparan sawah dan perbukitan di pinggir kota.

Clara menekan bel yang ada di samping pagar. Cukup lama dia menunggu sampai seorang wanita paruh baya membuka gerbang.

"Clara?"

"Ibu."

Clara langsung memeluk ibunya. Entah kenapa Clara jadi sangat merindukan wanita itu saat ini.

"Kok tiba-tiba datang gak ngabarin dulu. Bukannya ini masih jam sekolah?"

Clara tersenyum sembari menatap ibunya, "Aku sengaja gak ngasi tau biar surprise. Soal sekolah, aku izin hehe-AWW!"

Clara merintih kesakitan karena dahinya baru saja disentil oleh siapa lagi kalau bukan ibunya yang kini menatap garang.

"Siapa suruh izin-izin? Gak boleh ya ninggalin tugas kayak gitu!"

"Ihhh Ibu. Clara kangen malah dimarahin."

Wanita tua itu memutar bola matanya malas. Ya seperti inilah ibunya, mirip sekali dengan Clara namun ini versi galaknya.

"Ibu gak nyuruh aku masuk? Dari tadi kita ngobrol di luar terus." Desis Clara.

"Gak, pulang sana! Ibu sibuk." Ucapnya sembari meninggalkan Clara di depan gerbang dengan wajah kesal.

"Ibu jahat ih!"

➖➖➖

Clara membantu ibunya membuat perkedel jagung dan lalapan untuk makan malam. Sudah lama mereka tidak melakukannya bersama mengingat Clara sangat sibuk dan jarang pulang ke rumah.

"Ayah pulangnya masih lama?" Tanya Clara sembari mencuci bersih sayuran di wastafel.

"Ya mungkin. Pulangnya sekarang gak tentu. Kadang sore, bisa juga tengah malam."

Clara mengambil ponselnya yang ada di kantong kemeja. Baru saja hendak menelpon, suara berat tiba-tiba saja terdengar dari arah pintu.

"Loh Clara?"

Wanita itu langsung bangkit berdiri dan memeluk ayahnya erat.

"Kok disini?"

"Dia bolos dari sekolah, katanya sih mau kasih kejutan." Ujar Ibu cepat membuat Ayah ikut melotot.

"Ra?"

"Gak Yah, Clara izin bukan bolos!" Serunya tak terima mengundang sang ibu tertawa cekikikan.

"Kamu nih ya. Lain kali kalau mau pulang bilang dulu. Kan Ayah bisa jemput."

Clara menggeleng tidak ingin merepotkan terlebih lagi setelah melihat Ayah yang nampak lelah karena bekerja seharian, "Clara bisa sendiri kok, jadi jangan khawatir."

Ibu kemudian membawa secangkir teh hangat untuk menghilangkan kepenatan ayah yang sedang dipijit Clara di ruang tengah sore itu.

"Clara hari ini bakal nginap."

"Loh, terus gimana kerjaan kamu?" Tanya Ayah.

"Clara bakal pulang pakai bus pagi, jadi bisa masuk ngajar besok."

Ayah dan Ibu nampak saling berpandangan satu sama lain. Merasa ada yang aneh dengan putri semata wayangnya ini.

Clara sangat mengerti akan raut wajah itu. Lagipula dia kesini juga ada maksud yang harus diselesikan segera dan itu membutuhkan saran orang tuanya.

"Lagian ada yang mau Clara bicarain. Dan ini penting."

TBC



Our DestinyOnde histórias criam vida. Descubra agora