27. Kembali Seperti Dulu

2.3K 419 28
                                    

Happy Reading 📖
-----------------

"WHAT!!!"

Jane langsung tersentak saat mendengar penuturan Jevan mengenai hubungannya dengan Clara dan juga Jihan.

Jevan tertegun di sofa ruang tamu rumahnya. Wajahnya lesu, rambutnya acak-acakan, ditambah lagi kantung mata yang kini nampak menghitam.

"Gak! Ini gak bisa dibiarin!" Pekik Jane kesal.

"Aku harus gimana sekarang?"

Pria itu mengusap wajahnya frustasi. Kebetulan sekali Jane dan Tama datang berkunjung ke rumah sekalian untuk mengajak keponakan mereka jalan-jalan. Namun rencana itu harus tertunda begitu Jevan mengajak kedua kakak iparnya itu untuk bicara.

"Terus kamu biarin dia pergi gitu aja?"

Jevan menggeleng lemah, "Aku gak tau harus gimana. Clara sama sekali gak ngasih aku kesempatan buat ngomong."

"Seharusnya kamu lebih berusaha. Lihat kan jadinya, kamu malah bikin dia nangis dan memperburuk keadaan!" Desis Jane sarkas.

"Udahlah Jane, ini bukan sepenuhnya salah Jevan. Tapi salah si Jihan itu." Tama menimpali sembari menenangkan istrinya yang sudah terlihat kesal.

"Ini lagi! Tuh ular ngapain sih pakai balik lagi ke sini? Gak puas atas apa yang dia udah lakuin ke adik aku?!"

Jane mengepalkan tangan mencoba memendam amarah. Bayangan masa lalu saat Melisa menangis mengurung diri di kamar belum lagi menjadi stres di hari-hari menjelang pernikahannya dengan Jevan.

Itu semua karena wanita licik bernama Jihan, yang sudah meneror dan mengancam adiknya itu dengan berbagai cara. Saat itu Melisa hampir membatalkannya. Tapi karena dukungan Jane dan Jevan sebagai calon suami waktu itu, Melisa bisa lepas dari tekanan dan hidup bahagia.

"Aku gak akan biarin hal yang sama terjadi ke Clara!" Jane mengambil tas serta kunci mobilnya berniat hendak pergi. Namun langkahnya berhasil dihentikan oleh Tama.

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau labrak tuh ular! Aku gak bakal biarin dia dapetin Jevan dan jadi ibunya Hanin! Gak akan pernah!"

"Dia bahkan belum jadi istrinya Jevan tapi kamu udah manggil dia yang aneh-aneh."

Jane memincingkan matanya kesal, "Gak perduli! Bodo amat! Pokoknya aku harus basmi orang-orang macam dia!"

"Jane stop it!"

Ucapan Jevan berhasil membuat pasangan suami-istri itu mengalihkan pandangan ke arahnya. Jevan mengusap wajah kasar, "Aku mohon jangan buat masalah. Soal Jihan kita pikirin nanti, sekarang yang terpenting gimana caranya biar aku bisa bujuk Clara lagi?"

Pandangan Jane melemah. Sungguh, dia sangat sedih melihat Jevan yang terlihat seperti seorang yang tidak ada keinginan untuk hidup. Betapa menyedihkan adik iparnya saat ini.

"Aku udah telpon sama kirim pesan hampir setiap hari. Tapi gak ada satupun yang dibalas."

Jevan memberikan ponselnya ke Tama menampilkan log panggilan sebagai bukti bahwa dia membutuhkan kabar wanita itu. Ribuan panggilan tak terjawab ke nomor Clara dan jangan lupakan juga dengan pesan yang tidak pernah dibaca sama sekali.

"Udah coba datengin ke apartemennya?"

"Udah Tam, berkali-kali. Tapi dia gak pernah mau keluar nemuin aku." Jevan sudah kehabisan ide. Jujur dia lelah dengan hal ini.

"Jev, kamu serius kan sama Clara?" Tanya Jane kini sudah duduk di samping Jevan sambil mengelus pundaknya pelan.

"Kalau aku gak serius. Aku gak mungkin bisa sekacau ini. I love her so much!"

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang