18. Perempuan Spesial

4.4K 631 53
                                    

Happy Reading 📖
---------------------

"Bapak panggil saya?"

Seorang wanita lengkap dengan kemeja kantornya masuk ke ruangan sembari tersenyum sopan.

"Iya, Wen silahkan duduk." Suruh Jevan yang tidak lain adalah atasan dari wanita tersebut.

Sang sekretaris yakni Wenda tidak tahu apa yang telah diperbuatnya sehingga tiba-tiba dipanggil Jevan saat jam istirahat. Apa dia melakukan kesalahan?

"Ada apa ya Bapak panggil saya kesini?" Tanyanya sopan.

Jevan menatap wanita itu sebentar dan tersenyum setelahnya, "Jangan terlalu formal kali Wen. Santai aja."

Wanita itu lantas langsung mendengus, "Bukannya ini di kantor, jadi saya harus hormat sama Bapak."

"Buat hari ini kamu bebas ngomong santai sama aku. Kita kan teman."

Wenda menatap Jevan aneh. Sejak kapan teman semasa kuliahnya bisa seperti ini? Biasanya dia akan bersikap profesional jika di kantor.

"Ckk! Okey karena kamu udah kasih aku kebebasan jadi aku gak akan bicara formal lagi. Sekarang kamu mau apa? Kalau udah gini pasti ujung-ujungnya mau curhat." Tebak Wenda sembari melipat tangannya. Pembatas antara atasan dan karyawan langsung sirna dan Wenda tidak masalah bersikap tidak sopan pada pria di depannya. Kan Jevan sendiri yang minta.

Jevan terkekeh pelan karena sekertarisnya peka juga, "Kamu udah kenal aku dari dulu Wen. Sekarang apa kamu gak lihat wajah aku yang kelihatan beda?"

Wenda terdiam sejenak dan menatap Jevan lamat-lamat. Cukup lama bagi Wenda untuk mengerti sampai wanita itupun membulatkan matanya kaget dan menutup mulut tidak percaya.

"OH MY GOD JEVANO BAGASKARA! ARE YOU FALLING IN LOVE?!"

Lagi dan lagi Jevan dibuat takjub. Bagaimana sahabatnya ini bisa tau hanya dengan melihat raut wajah saja? Sontak Jevan pun merespon dengan anggukan pelan.

"WHO'S?"

"Who's what?"

"That girl? Siapa dia?" Tanyanya penasaran.

Jevan tersenyum malu-malu bahkan wajahnya mulai memerah, "Yang pastinya perempuan."

"Yaiyalah perempuan! Yakali kamu belok! Maksud aku tuh namanya siapa?"

"Rahasia."

Wenda benar-benar dibuat kesal oleh Jevan. Kenapa menyebut nama saja susah sekali?

"Denger ya Jev, aku harus tau siapa orang yang berhasil bikin kamu akhirnya bisa move on. Ini moment langka loh. Apalagi semua orang tau gimana setianya kamu sama Melisa."

Wenda senang akhirnya Jevan bisa menemukan pengganti Melisa, sahabatnya sewaktu kuliah. Dulu dia dan Melisa merupakan sahabat baik dan sangat dekat. Bahkan waktu itu Wenda lah yang bertindak sebagai mak comblang dan mengatur kencan keduanya. Wenda tau kalau Jevan sudah menyukai sahabatnya sejak lama. Tidak disangka mereka berjodoh dan akhirnya menikah juga.

"Aku bakal kasih tau secepatnya kalau hubungan kami udah resmi. Sekarang aku butuh bantuan karena kamu itu perempuan dan juga udah punya pasangan."

Wanita itu memutar bola matanya malas. Wenda memang tidak akan menang melawan Jevan. Wenda lantas menyerah kemudian mengangguk, "Oke, tapi kamu janji ya bakal kasih tau aku. Terus sekarang apa yang bisa aku bantu?"

Jevan menggigit bibir bawahnya pelan. Haruskah Jevan mengatakannya? Apalagi di depan Wenda yang sudah tau sifatnya sejak lama.

"Eumm itu, apa yang kalian kaum perempuan suka? Maksud aku gimana cara narik perhatian perempuan tanpa buat mereka risih dan bisa ngerasa nyaman?"

Our DestinyNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ