32. Pergi

2.5K 472 62
                                    

Happy Reading 📖
------------------

D-1

Clara sedang mengemasi beberapa barang miliknya di kamar. Bukan apartement, itu sudah dia lakukan kemarin. Melainkan di rumah orangtuanya.

Wanita itu terlihat sangat tidak bersemangat. Sejak kedatangannya sore tadi, Clara tidak banyak bicara. Hal tersebut membuat kedua orangtuanya bingung.

"Ra..."

"Iya Yah?"

Ayah beserta dengan Ibu senantiasa mengekorinya dari belakang. Jujur mereka khawatir dengan Clara saat ini.

Ayah lantas bertanya hati-hati, "Kamu baik-baik aja kan?"

Clara menanggapinya dengan senyum tipis sembari melanjutkan mengemasi barangnya di lemari, "Aku baik kok Yah."

"Kamu beneran mau pergi? Kalau merasa berat lebih baik jangan. Masih ada waktu Sayang." Timpal Ibu gusar.

Wanita itu menggeleng kemudian menghentikan aktifitasnya dan beralih duduk di hadapan kedua orangtuanya tersebut. Clara menggenggam tangan Ayah dan Ibu erat.

"Aku pergi buat kalian. Clara mau bahagiain kalian selagi bisa. Kalau lanjut sekolah lagi, Clara bisa lebih mudah dapat kerjaan yang penghasilannya lebih tinggi."

"Tapi kami udah merasa cukup Sayang. Jangan jadiin ini beban." Sahut Ayah.

"Bukan beban kalau itu buat kalian. Paling lama tiga tahun, Clara bakal balik setelah itu."

Sebenarnya Clara berat meninggakan orangtuanya. Akan tetapi karena mendapatkan peluang beasiswa penuh, Clara juga tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu.

Lagipula selain membahagiakan orangtua, Clara lebih memilih pergi karena...

"Gimana soal Nak Jevan? Dan Hanin? Kamu mau ninggalin mereka?"

Perkataan Ibu barusan tepat sekali dengan pikirannya saat ini.

Clara mencoba tersenyum, "Clara udah gak ada hubungan sama Jevan dan Hanin. Mereka sekarang cuma wali sama murid yang pernah Clara ajar."

Ayah dan Ibu yang mendengar penuturan putrinya hanya bisa mengangguk pasrah. Semua Clara yang menjalani jadi mereka hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik.

"Ayo kita siap-siap tidur. Malam ini aku mau tidur bareng. Terus besok sore kalian harus antar aku ke bandara."

Clara bangkit dari duduknya. Malam semakin larut. Jam pun sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Selama di rumah sejak sore Clara memang sibuk. Karena keberangkatannya yang begitu tiba-tiba membuat Clara jadi telat juga mengemasi barangnya.

Ayah dan Ibu saling pandang kemudian menunjukkan ekspresi sedih ke Clara.

"Maaf Sayang. Kayaknya kami gak bisa antar kamu."

"Loh kenapa Yah?"

"Ayah dapat panggilan dari bos perusahaan. Besok Ibu bakal temani Ayah kesana."

"Emang ada apa? Ayah ada buat salah? Ayah gak dipecat kan?" Clara semakin panik. Karena tumben sekali dirinya mendengar bahwa ayahnya dipanggil oleh pemilik perusahaan taksi yang sudah dia tekuni selama berpuluh-puluh tahun itu.

Clara takut terjadi sesuatu pada ayahnya.

"Gak usah khawatir. Ini masalah biasa. Jadi besok Ayah sama Ibu cuma bisa temenin sampai sekolah. Kamu jadi pamit kesana kan?"

"Iya. Yaudah gak apa-apa yang penting Ayah harus janji gak bakal terjadi apa-apa sama kerjaannya."

Ayah mengangguk sembari tersenyum, "Iya Sayang. Kamu tenang aja, sebagai gantinya Ayah udah hubungi teman Ayah buat gantiin antar kamu ke bandara."

Our DestinyWhere stories live. Discover now