2. Sudah Besar

5.8K 761 4
                                    

Happy Reading📖
------------------

Seperti biasa, setiap hari Jevan harus bangun pagi-pagi sekali setelah itu mandi dan kemudian menyiapkan kebutuhannya, seorang diri. Mulai dari pakaian hingga dokumen kantor yang akan dibawa.

Jevan mematut dirinya di depan cermin untuk memakai dasi. Pria itu jadi ingat waktu mendiang istrinya Melisa masih hidup. Dengan setia wanita itu membetulkan dasi Jevan yang terlihat berantakan. Perlakuan manis dari istrinya itu tidak akan pernah Jevan lupakan untuk seumur hidup.

Tidak ingin larut dalam kesedihan, pria itu segera beranjak turun. Sesampainya di anak tangga terakhir betapa bahagianya Jevan melihat Hanin sudah rapi dengan seragam sekolah barunya. Iya, putri kecilnya hari ini akan berangkat sekolah.

"Aduh, anak Ayah cantik banget sih." Jevan berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan Hanin.

"Iya dong. Hanin kan anak Ayah."

Jevan tidak bisa menyembunyikan tawanya. Tangannya tergerak untuk mencubit pipi tembem Hanin, "Maaf ya Sayang di hari pertama sekolah Ayah gak bisa anter. Gak apa-apa kan perginya sama Tante Jane?"

Hanin mengangguk, "Iya gak apa-apa kok. Hanin tau Ayah sibuk di kantor. Ayah yang semangat ya kerjanya."

"Iya, makasih Sayang."

"HELLOWWW TANTE JANE DATANG!!!!"

Suara menggelegar muncul dari seorang wanita yang baru saja berdiri diambang pintu masuk. Dengan semangat wanita itu berlari kecil menuju kearah ayah dan anak tersebut.

"Tante!" Hanin memeluk Jane erat.

"Aduh cantiknya. Udah siap Tante antar ke sekolah?"

Gadis kecil itu mengangguk gembira dan mendapat ciuman di pipi kanannya oleh Jane saking gemasnya.

"Jane, maaf ya ngerepotin lagi."

"Ckk! Udah aku bilang gak ngerepotin Jevan! Apalagi kalau soal Hanin, aku pasti bakal dateng."

Jane lantas melirik jam di pergelangan tangannya, "Eh ya udah kita berangkat ya, ntar Hanin telat lagi. Ayo Sayang, salim dulu sama Ayah."

Jevan kali ini kembali berlutut dan mencium lembut dahi putrinya, "Inget disana gak boleh nakal. Denger apa kata gurunya."

"Iya Ayah."

"Anak pintar!" Jevan tersenyum dan lagi-lagi memperlihatkan lubang manis dikedua sisi pipinya.

Sungguh, dengan tersenyum seperti itu saja dapat membuat meleleh hati wanita yang melihatnya. Jadi untuk mendapatkan seorang istri tentu tidak akan sulit bagi seorang Jevano Bagaskara bukan?

➖➖➖

Mobil berjenis BMW putih berhenti disebuah Taman Kanak-Kanak pusat kota. Terlihat ramai para orang tua berbondong-bondong mengantarkan anaknya dengan semangat mengingat ini adalah hari pertama masuk sekolah.

Jane turun dari mobil dan menggandeng Hanin menuju ke dalam sana.

"Selamat datang di sekolah kami." Sambut seorang wanita ramah berpakaian formal dan cantik.

"Terimakasih Bu."

"Perkenalkan saya Sonya, Kepala Sekolah di sini." Wanita bernama Sonya itupun mengulurkan tangannya dan langsung dibalas oleh Jane.

"Ah iya. Halo, senang bertemu dengan Ibu. Saya Jane."

Sonya tersenyum memperlihatkan deretan giginya. Kemudian pandangannya beralih pada gadis kecil yang senantiasa bersembunyi di belakang Jane sembari terus menggengam erat tangan tantenya tersebut, "Cantiknya. Siapa namanya?"

Hanin yang awalnya malu-malu mulai meraih tangan Sonya untuk disalami, "Halo Bu guru, nama saya Hanin."

"Wah manis dan sopan ya. Kalau begitu ayo masuk Sayang. Mari Bu Jane."

"Maaf jadi begini, saya cuma bisa antar Hanin sampai sini. Soalnya habis ini saya ada kerjaan di kantor. Jadi saya boleh minta tolong titip Hanin? Nanti siang saya kesini lagi buat jemput dia."

Sonya mengerti, seorang wanita karir rupanya. Memang di zaman modern seperti sekarang seorang wanita banyak yang bekerja. Hal inipun sesuai dengan kesetaraan antar gender yang menjadikan wanita bukanlah orang yang lemah dan hanya bergantung hidup pada laki-laki.

"Ibu tenang aja, disini kami bakal jaga Hanin sebaik mungkin. Tunggu sebentar ya." Sonya kemudian mengedarkan pandangan mencari seseorang, "Clara!"

Wanita yang dipanggil oleh Sonya nampak berlari kecil sambil memasang senyum manisnya, "Iya, kenapa Mbak?"

"Tolong bawa anak ini ke dalam ya. Namanya Hanin, dia murid baru."

Wanita itu mengangguk dan sesekali tersenyum, "Adik manis, ikut Ibu yuk."

Hanin mengangguk antusias dan menggandeng tangan guru tersebut. Tidak lupa sebelumnya gadis kecil itu berpamitan kepada Jane.

"Hati-hati ya Sayang. Jangan lupa bekalnya di makan. Jangan nakal juga. Ingat pesan Ayah!" Ujar Jane sembari melambaikan tangan sebelum keponakannya tersebut lenyap dari pengelihatan.

"Kamu lihat Mel? Anak kamu sekarang udah besar. Dia bahkan gak malu buat kenalan sama orang baru."

TBC


Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang