3. Ibu Guru Cantik?

5.7K 888 33
                                    

Happy Reading 📖
-----------------

Jevan hari ini dapat pulang lebih awal dari kantor karena jadwal tidak terlalu padat. Tepat pukul tujuh malam mobil pria itu telah sampai di pekarangan rumah. Siapa sangka begitu keluar dari mobil sang putri kecil berlari untuk menyambutnya.

"AYAH!!!"

"Hai princess nya Ayah." Jevan membawa Hanin ke dalam gendongannya.

"Gimana hari ini di sekolah? Anak Ayah gak nakal kan?"

Hanin menggeleng cepat. Itu terlihat sangat lucu dimata Jevan, "Hanin gak nakal kok Yah. Disana Hanin banyak dapet temen. Guru-gurunya juga baik gak suka marah-marah, apalagi Ibu guru cantik!"


Ibu guru cantik?


Jevan menaikkan sebelah alisnya, nampak penasaran mendengar topik soal ibu guru cantik yang dibicarakan Hanin.

"Oh iya? Ibu guru cantik?"

"Iya Ayah. Dia baik banget sama Hanin. Tadi dia ngajarin Hanin gambar sama nyanyi. Pokoknya baik deh."

Jevan mengangguk mendengarkan celotehan putrinya dan tanpa sadar sekarang mereka sudah berada di ruang tamu.

"Terus Ayah-"

"Ceritanya dilanjutin nanti ya Sayang. Ayah mau ganti baju dulu habis itu kita makan malam oke?" Jevan meletakkan Hanin di sofa dan segera melenggang pergi naik menuju ke kamarnya.

➖➖➖

Ternyata benar, sehabis makan Hanin melanjutkan ceritanya. Dirinya tidak berhenti bicara sampai waktunya tidur. Jevan memaklumi betapa senangnya Hanin saat menceritakan pengalaman pertamanya. Jadi biarkan saja, toh Jevan juga senang mendengarnya.

"Ayah hari ini gak perlu bacain cerita." Ujar Hanin yang sudah menidurkan diri di ranjang miliknya.

"Loh kenapa?"

"Gantian biar Hanin aja yang cerita ke Ayah."

Hanin menepuk-nepuk sebelah tempat tidur meminta ayahnya untuk beranjak ke sampingnya. Tanpa penolakan Jevan segera mengambil tempat disana.

"Jadi Hanin mau cerita apa?"

"Hanin mau cerita soal Ibu guru cantik!" Pekiknya semangat.

Jevan menggeleng tidak habis pikir, sebegitu berpengaruhnya kah ibu guru cantik itu terhadap Hanin?

"Ayah tau, Ibu guru cantik selalu nemenin Hanin. Awalnya Hanin takut sendirian soalnya Tante Jane gak nemenin sampai dalam. Tapi Ibu guru cantik bilang kita harus jadi anak yang pemberani. Terus Ayah tau, sandwitch yang disiapin Bi Santi tadi pagi belum dipotong jadi Hanin susah buat makannya."

Jevan tertawa lepas. Karena kebiasaan dari kecil kalau Hanin tidak mau memakan makanan yang belum dipotong menjadi lebih kecil. Katanya sih biar memudahkan untuk mengunyah. Yang namanya anak-anak, daripada tidak mau makan lebih baik dituruti saja. Toh saat Hanin sudah beranjak besar nanti kebiasaan akan berubah dengan sendirinya.

"Terus Ibu guru cantik datang. Dia baik banget mau potongin sandwitch nya jadi kecil-kecil. Pas dia lihat Hanin makan ehh Ibu guru cantik malah ketawa Ayah. Ketawanya cantik banget!" Kekeh Hanin pelan.

"Emang gurunya Hanin secantik itu ya?"

"Hmm iya. Cantik, kayak Ibu Melisa."

Jevan mendadak diam. Ini pertama kali putrinya memuji seorang wanita dan mengatakan sama cantiknya dengan mendiang istrinya. Biasanya Hanin akan bilang jika teman-teman Jevan bahkan artis tv yang sering mereka tonton tidak ada yang bisa menandingi kecantikan ibunya.

"Ayah harus ketemu sama dia. Ya Ayah?" Hanin menarik lengan kaos Jevan sehingga lamunan pria itu buyar.

"Iya Sayang, kapan-kapan ya. Sekarang tidur, besok kan mau sekolah."

Jevan menyampirkan selimut ke Hanin dan tidak lupa mencium dahinya lembut.

"Selamat tidur Sayang."

Pria itu mematikan lampu dan menutup pintu. Sekilas Jevan menatap Hanin dan terbayang sosok guru yang gadis itu ceritakan sedari tadi. Sontak senyum berdimple menghiasi wajah tampan Jevan.

"Ibu guru cantik? Ckk, dasar anak-anak!"

TBC





Our DestinyWhere stories live. Discover now