12. Sedekat Ini

4.7K 745 20
                                    

Happy Reading 📖
--------------------

"Terimakasih ya Bu Clara udah mau bantu saya."

Jevan tidak tau harus berkata apalagi selain dari 'Terima kasih'

Beruntung dirinya hari ini bertemu dengan Clara, karena wanita itu membantu Jevan untuk berbelanja. Bahkan Clara jugalah yang mengembalikan semua barang tidak berguna yang sebelumnya Jevan ambil ke tempatnya semula dan menggantinya dengan barang yang bagus serta recommended.

Ditambah lagi tadi Clara memberikan tips pada Jevan bagaimana caranya memilih sayur dan buah yang segar. Jangan lupa juga, terakhir wanita itu memberitahu popok yang sering dipakai Hanin. Karena memang di sekolah Clara lah yang selalu mengganti popok gadis kecil itu.

Sebagai ucapan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya disinilah mereka berakhir. Di sebuah kedai es krim dalam pusat perbelanjaan tersebut.

"Iya sama-sama. Saya senang kok bantu Pak Jevan sama Hanin. Iyakan Sayang?" Wanita itu menengok ke sebelahnya dimana Hanin tengah memakan es krim dengan lahap.

"Iya, Bu guru harus sering-sering ya bantuin Ayah belanja. Soalnya Ayah payah, rupa bayam aja dia gak tau."

"Hushh Hanin!"

Jevan malu dibongkar seperti itu, sementara Clara sendiri hanya bisa tertawa mendengarnya, "Gak apa-apa Pak. Saya maklum. Bapak kan kerja kantoran dan juga single daddy jadi pasti jarang banget ngelakuin hal kayak gini."

Jevan pun membalasnya dengan tersenyum kikuk. Mungkin kalau tidak ada Clara, Jevan sudah tepar di tempat karena menyerah akan semua bahan belanjaan tersebut. Jevan kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sementara Clara sendiri sibuk memakan eskrimnya bersama Hanin.

"Bu Clara."

"Iya Pak?"

Jevan tersenyum dan menampakkan kedua lubang indah di pipinya, "Ibu masih ada perlu disini?"

Clara nampak berpikir sebentar sebelum menggeleng cepat, "Gak ada sih. Habis ini mau langsung balik. Memangnya kenapa Pak?"

"Kalau gak keberatan sebagai tanda terimakasih, mari kami antar pulang."

➖➖➖

Tanpa disangka hujan deras tiba-tiba mengguyur kota sore harinya. Padahal ramalan cuaca bilang hanya akan berawan, tapi siapa sangka ternyata hujan.

Sial sekali karena Jevan memarkirkan mobilnya di parkiran terbuka dan bukannya basement mall.

Clara dan Jevan berdiri di depan pintu masuk bersama dengan kerumunan orang-orang yang tengah menunggu hujan reda. Jevan menggendong Hanin yang sudah tertidur dengan lelapnya. Kebetulan barang belanjaan sudah Jevan masukkan terlebih dahulu ke dalam mobil sebelum mentraktir Clara di kedai es krim jadi pria itu tidak harus memikirkan barang bawaan.

"Ya ampun deras banget."

"Iya ya, gimana ini?"

"Kalau gitu saya bisa naik bus Pak, kebetulan di dekat sini ada halte. Saya bisa nunggu disana."

Tidak setuju dengan perkataan Clara, Jevan langsung menggapai tangan wanita itu yang hendak berlalu pergi.

"Jangan, saya kan udah janji mau antar Bu Clara pulang."

Clara pun menoleh, menatap tangannya yang digenggam erat oleh Jevan. Sontak pria itu tersadar dan segera melepaskannya, "Maaf saya gak sengaja."

Wanita itu mengangguk dan memainkan kuku jarinya. Suasana seperti ini sangatlah canggung bagi Clara. Mengingat kejadian salah paham kemarin-kemarin antara dirinya dan Jevan rasanya membuat Clara ingin segera melarikan diri saja dari sini.

Selang beberapa saat kemudian munculah ide di benak Jevan. Pria itu berpikir kasihan juga melihat Clara harus menunggu lama. Apalagi tidak ada tanda-tanda kalau hujan akan berhenti sekarang.

"Bu Clara bisa gendong Hanin?"

Clara sontak mengangguk dan segera mengambil alih Hanin dari gendongan Jevan. Dan tebak apa yang terjadi setelahnya?

Sesaat kemudian Jevan melepas jaket kulit yang dia gunakan. Mungkin ini cukup untuk membawa mereka menuju parkiran. Tanpa pikir panjang, Jevan merentangkan jaket tersebut di atas kepalanya dan segera memperkecil jaraknya dengan Clara.

"Kalau nunggu hujan reda bakal lama. Saya juga gak bisa jemput kalian disini soalnya rame banget. Jadi gak apa-apa kan kalau kita nembus hujan kayak gini?"

Clara mengerjapkan matanya terkejut. Bukan apa-apa, entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdegup sangat kencang ketika Jevan merentangkan jaket tersebut di atas kepalanya. Clara tidak tahu, dirinya tidak pernah merasa jaraknya sedekat ini bersama lelaki selain ayahnya dan juga Juna.

Tanpa berlama-lama Clara langsung mendekap erat Hanin di gendongannya dan semakin mendekatkan dirinya kearah Jevan. Wanita itu tersenyum dan mengangguk setelahnya.

Mendapat persetujuan membuat Jevan juga ikut tersenyum dan tanpa menunggu lebih lama lagi mereka mulai melangkahkan kakinya cepat menembus hujan menuju parkiran dimana mobil Jevan berada.

Entah bagaimana tapi pemandangan ini sangat indah. Mereka seperti keluarga kecil yang sangat bahagia di bawah derasnya hujan.

Walaupun pada akhirnya Jevan harus berakhir di kamar tidur beristirahat karena flu yang menyerang akibat hal tersebut.

TBC

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang