17. Putus

4.2K 649 27
                                    

Happy Reading 📖
------------------

Jevan tidak henti-hentinya tersenyum sejak pagi. Auranya begitu cerah dan bahagia.

Kelakuannya pun bisa dibilang ajaib. Dimulai dari menyapa setiap karyawan yang lewat dengan lesung pipi yang jarang diperlihatkan, berbaik hati untuk membantu office boy mengangkat galon air dari lantai dasar sampai pantry, dan yang terakhir mentraktir semua orang di perusahaannya untuk makan di kafetaria secara gratis.

Sungguh moment ini sangat jarang dilakukan Jevan. Apalagi dia adalah salah seorang bos yang disiplin dan perfectionist.

"Woy Jevan! Kamu denger aku gak sih?"

Tama melambaikan tangannya sedari tadi kearah wajah Jevan karena merasa ocehannya tidak diperhatikan.

"Hah? Apa?"

"Kok apa? Ini Yura dari tadi nelponin terus. Ganggu tau!" Desis Tama sebal.

Tama pun segera menggeser tombol merah di layar ponselnya. Dia benar-benar frustasi sekarang.

"Kamu ini gimana sih? Masa dari ketiga cewek yang aku kenalin gak ada yang pas? Pertama kamu ninggalin Irena sambil ngomong pedes ke dia. Terus kamu ninggalin Josephine yang udah nunggu kamu lebih dari dua jam di toilet. Dan satu lagi, kamu malah ninggalin Yura pergi sama cewek lain. Ya ampun Jev, Jane bisa marah kalau dengar ini!"

"Yaudah jangan bilang ke Jane kan selesai." Balasnya santai membuat Tama tambah kesal.

"Yang ada aku bakal berakhir tidur di luar! Kamu jadi ipar jangan tega-tega bangetlah."

"Ckk, lagian ya Tam gimana sih ngenalin cewek gak ada yang bener! Satu sombongnya minta ampun, terus yang lain matre, dan satu lagi anak kecil! Serius kamu mau jodohin aku sama anak baru kemarin sore?"

Tama yang sebelumnya nampak kesal sekarang malah tertawa cekikikan mendengar omelan Jevan, "Ya sorry, orang dia yang bilang lagi nyari cowok ya aku kenalin sama kamu lah."

Beberapa saat kemudian obrolan mereka terjeda ketika ponsel Tama kembali bergetar dan menampilkan nomor kontak Josephine disana membuat. Akhirnya pria itu melemparkan tatapannya ke Jevan, "Angkat gak nih?"

"Ah males. Reject aja!"

Tama menuruti dan akhirnya mengambil tempat duduk diatas meja kerja Jevan sambil menatap iparnya penuh selidik, "Mereka nanyain kamu terus loh Jev, aku tuh sampai pusing! Terus siapa cewek yang bareng sama kamu waktu ninggalin Yura. Pacar ya hmm?"

Jevan menggeleng cepat dan tersenyum menampilkan dimple andalannya, "Bukan. Itu Bu Clara. Kamu tau gak Tam, untung aja Bu Clara ada disana. Kalau gak aku udah habis sama Yura!"

"Ooo aku kira calon ibunya Hanin. Terus gimana sekarang? Apa perlu aku ngatur jadwal kencan lagi sama temenku yang lain?"

Sekali lagi Jevan menggeleng. Meminta tolong Tama bukanlah ide yang bagus. Yang ada malah akan berakhir seperti kencan-kencan sebelumnya.

Tidak mau ambil pusing, Jevan mulai menatap lurus kedepan sambil membayangkan sosok seseorang. Jevan pun memangku wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Gak perlu. Lagian aku udah ketemu orangnya..."

➖➖➖

"Clara!"

Merasa namanya dipanggil, wanita itu menoleh kearah sumber suara dan menemukan Sonya yang kini telah berdiri di sampingnya.

"Udah mau jam sepuluh loh. Kita sarapan yuk! Aku laper nih!"

Wanita itu hanya bisa membalas Sonya dengan senyum tipis, "Gak deh Mbak, aku masih kenyang. Mbak duluan aja."

Our DestinyWhere stories live. Discover now