Riset

1.2K 98 2
                                    


Kawan, dalam setiap menulis kita harus punya referensi. Kita tidak bisa menulis sembarangan meskipun dengan embel-embel, "Lho, genre yang saya pakai fantasi koq". Kenapa demikian? Karena biarpun cerita kita adalah fantasi, setidaknya masih terlihat realistis. Semakin terlihat realistis, maka pembaca akan suka. Tetapi apabila makin terlihat ngaco, maka akan ditinggalkan pembaca.

Sebagai contoh begini, kau ingin membuat cerita tentang kehidupan seorang polisi misalnya. Maka mau tak mau kau harus belajar dulu tentang kepangkatan kepolisian, pendidkan kepolisian, bahkan kalau perlu tentang kode-kode radio yang sering dipakai oleh kepolisian. Dan sudah pasti harus tahu beberapa pasal KUHP kalau ingin ceritamu terlihat realistis. Tentunya tak ingin dong kita bikin undang-undang sendiri alias ngawur. Yang ada pembaca malah mengerutkan dahi lalu menutup bukunya.

Tak heran, penulis-penulis terkenal seperti Dewi Lestari juga melakukan riset yang sangat mendalam. Bahkan rela menghabiskan waktu satu tahun untuk riset setiap bukunya. JK. Rowling juga melakukan riset tentang kereta yang dipakai oleh Hogwarts. RL. Stine juga melakukan banyak riset tentang lokasi cerita yang ia tulis saat membuat cerita The Shining.

Salah satu hal yang membuat tulisan lancar juga adalah riset ini. Dengan melakukan riset, gambaran tentang cerita akan terbuka, pikiran terbuka, sehingga tulisan dengan mudah akan keluar begitu saja dari tangan-tangan kita. Pret dah..... Bukan begitu, setidaknya ini membantu tulisan akan tetap lancar.

Pengalaman pribadi saya melakukan riset?

Tentu saja saya pernah melakukan riset. Di antaranya ketika saya menulis Mengejar Shinkansen. Saya benar-benar riset bagaimana kondisi Shibuya, cara memesan tiket Shinkansen dan ada apa saja di Tokyo. Setelah itu di Kisah Secangkir Kopi dan Hujan, saya juga riset tentang Jerman, tempat-tempat menarik di Munich, tempat-tempat menarik di Jerman, bagaimana bentuk tamannya dan seterusnya.

Jadi bagi kalian penulis pemula seperti saya, jangan pernah untuk tidak riset yah di dalam karyamu. Apalagi kalau karyamu itu mengambil ilmu-ilmu yang tidak biasa, trus kamu bukan ahlinya. Mending risetlah. Setidaknya biarpun cerita kita fiksi, tetapi fiksinya nggak kebablasan. Gitu aja sih. Hehehe

  Photo by Lous Reed on  unsplash

Panduan MenulisWhere stories live. Discover now