Agar Pembaca Betah

6.7K 239 80
                                    

Salah satu hal yang membuat seorang penulis bersedih adalah saat orang-orang meninggalkan cerita kita. Bisa jadi karena tidak betah membaca tulisan kita. Wah, trus gimana dong agar pembaca tidak bosan membaca cerita kita?

Well, sebenarnya saya sendiri masih belajar dalam hal ini, namun dari pengalaman saya menulis selama ini ternyata ada beberapa hal yang membuat pembaca itu tidak betah ketika membaca karya kita. Bisa ya emang begitu? Bukannya kalau pembaca itu suka dengan genre tertentu mereka akan membaca cerita kita sampai selesai. Siapa bilang?

Ingatlah kita tidak tahu tentang siapa pembaca cerita kita. Itu dulu yang harus kita garis bawahi atau tebali. Kita tak pernah tahu siapa pembaca cerita kita, bisa saja itu teman terdekat kita, atau bahkan mungkin orang nomor 1 di Indonesia. Hehehe. Dan juga kita tidak tahu mereka sedang dalam kondisi mood yang bagaimana. Juga kita tidak tahu karakter orang itu membacanya seperti apa. 

Saya sendiri tipe pembaca yang suka corat-coret buku. Kalau ada hal-hal penting di cerita biasanya saya stabilo. Misalnya quote atau kejadian-kejadian yang bikin mulut melongo. Kenapa demikian? Bisa jadi saya akan pakai itu nanti di tulisan saya.

Ada pula orang yang membacanya dicicil. Setiap lima menit ia tinggalkan untuk makan cemilan, nonton tv, salto, baca lagi, push-up, angkat beban, baca lagi, ngepel, trus baca lagi, habis itu masak, baca lagi, jemur baju, baca lagi, gitu terus sampai dia tidur. Ada pula orang yang bacanya cuma di transportasi umum, macam KRL, bus atau pas naik taksi pergi atau pulang kantor. Ini beneran saya kenal orang yang cuma baca pas naik kendaraan umum. Ah, satu lagi, pas lagi buang hajat di toilet.

Konon katanya penulis yang bisa membuat para pembacanya lupa waktu saat membaca ceritanya, maka dia adalah penulis yang bisa diacungi jempol. Siapa yang bilang seperti itu? Saya juga nggak tahu siapa yang pertama kali bilang. Anggap saja anonim. 

Tahu nggak kenapa para pembaca sampai tak mau lepas dan penasaran dari bab ke bab? Ini pasti menarik. Saya sendiri awalnya belum menemukan formula yang pas, sampai saya belajar ke beberapa orang penulis senior. Rumusnya tidak rumit kok, ibaratnya kita itu seorang storyteller. Kita menjual seni, seni yang mana bikin orang tertarik, maka kita harus punya modal. Dan modal kita adalah Bagaimana menulis yang baik

Menulis yang baik itu dibangun dengan 3 macam cara:

1. Ejaan Bahasa Indonesia yang sudah sesuai. 

2. Minim typo.

3. Kalimat lugas, dalam arti tidak berbelit-belit, tidak berbelok, tidak ngepot, tidak menikung, tidak salto, juga tidak jungkir balik. Langsung tepat sasaran, efektif dan efisien. 

Kalau anda sebagai penulis belum menguasai EBI, silakan kuasai. Ini penting. Dan terlalu banyak typo. Kok bisa? Oh, mungkin nulis pakai ponsel. Kalau begitu jempolnya diajak fitnes, jangan perut doang yang diajak fitnes. Tapi, jujur saya lebih suka nulis di laptop. 

Berikutnya yang tak kalah penting adalah BAB JANGAN TERLALU PANJANG

Saya dulu pecinta bab panjang. Satu bab bisa sampai 5000 kata. Ajaib. Kalau nggak panjang nggak keren. Eh, ternyata bab yang terlalu panjang bisa bikin pembaca jemu. Capek dong, mantengin bab segitu panjang. Alangkah lebih baiknya proporsional. Sesekali boleh sih panjang, kalau emang ceritanya harus panjang. Tapi, jangan dibiasakan. 

Kalau Anda lihat karya saya, ada memang yang kelewat panjang 1 babnya. Sayap-Sayap Langit contohnya 1 bab itu bisa sampai 15 halaman. Itu mungkin sekitar nyaris 6.000 kata. 

Trus, normalnya berapa kata tiap bab itu?

Usahakan tidak lebih dari 3.500 kata. Kalau cerpen itu ukurannya cerita yang berkisar kurang lebih 3.000 kata, maka anggap 1 bab yang kamu tulis itu sama dengan menulis 1 buah cerpen. Tapi, ingat juga. Jangan terlalu pendek. Bab yang terlalu pendek itu kebangetan. Seolah-olah cuman ngejar banyak bab.

Memang, ada penulis-penulis ternama yang mana bab-babnya pendek-pendek di ceritanya. Contohnya RL. Stine, pernah itu 1 bab cuma berisi 4 paragraf pendek. Saat itu beliau sedang menceritakan hal yang cukup menegangkan memang. Juga James Patterson, tiap babnya sangat pendek, mungkin tak sampai 1.500 kata. Bayangkan saja 1 bab itu cuma 1 lembar kertas bolak-balik. Tahu sendiri novelnya itu seberapa panjang dan lebar bukunya, tulisannya juga nggak kecil-kecil amat. Hanya saja, saya sendiri kurang sreg dengan bab-bab yang terlalu pendek. Apakah dilarang? Nggak juga. 

Saya lebih menganjurkan 1 bab, ada minimal 1.500 kata dan maksimal 3.500 kata. Sesekali bolehlah nyampai 4.000 kata, itu pun kalau memang dibutuhkan. Jangan berkali-kali. Pembaca akan jenuh. 

Trus, di wattpad ini kita bisa upload gambar. Kasih aja gambar-gambar yang menghibur. Biasanya cewek-cewek bisa dimanjakan dengan posting aja tiap bab gambar cowok atletis atau dedek-dedek boyband K-pop. Dijamin betah. Kalau pembaca cowok, kasih aja gambar foto model cakep pake bikini, dijamin laris. Tapi saya tak menganjurkan hal ini. Ini bisa dilakukan hanya untuk gimmick saja. Yang penting adalah konten cerita bukan pajang gambar-gambar ini. Kalau pajang gambar silakan di instagram. 

Terakhir, buat pembaca penasaran tiap babnya dengan cerita yang menggantung. Saya berkali-kali diinvite orang untuk membaca karyanya. Ya, saya baca. Namun, kebanyakan setelah bab 1 selesai dibaca malas untuk beranjak ke bab 2. Kenapa? karena tak ada rasa penasaran. Harusnya bab 1 itu langsung saja hajar dengan inti cerita, langsung ke adegan dimana sang tokoh utama dalam puncak-puncaknya terdesak, terhimpit dan menangis. Soal nanti bagaimana cerdiklah dalam mengelola alur. 

Ingatlah, kita ini sebagai penulis sebenarnya juga berperan banyak lho. Nggak cuma sebagai penulis, tetapi juga sutradara, kameramen, sound effect, penata gerak, penata latar, makeup, kostum, seting, semuanya. Bahkan, catering pun kita juga yang berperan. Siapa yang nulis cerita nggak  sambil ngemil? Pasti ada. Lighting juga berperan, kita bisa memberi warna, mengatur siang dan malam. Itu semua penulis yang ngatur. Ibaratnya, kita ini sedang mengatur karakter kita, menjadi pion, kehidupannya kita permainkan, agar para pembaca tertarik. 

Jadi, kalau Anda tidak membuat pembaca tertarik pada bab awal, buat apa? 

Memperkenalkan hobi, usia, warna rambut, warna kulit, dan semacamnya. Ah, itu bisa nanti. Sambil bercerita bisa kamu sisipkan identitas karaktermu. Langsung saja ceritakan masalah yang dihadapi karaktermu, sehingga para pembaca akan langsung mengerti arah cerita. Sehingga, mereka akan tertarik mengikuti bab demi bab ceritamu. 

OK, sekian dulu. Tips ini, mungkin tak bisa berjalan 100%. Tetapi, tips ini adalah tips juga dari para senior. Saya belajar banyak dari para penulis lain menggunakan cara-cara diatas. 

Sampai ketemu di tips berikutnya. 

Panduan MenulisWhere stories live. Discover now