Karakterisasi

1.2K 81 12
                                    

Karakterisasi bisa disebut juga penokohan. 

Setiap cerita pasti punya karakter. Karakter adalah tokoh yang akan kita ikuti perjalanannya di dalam cerita. Maka dari itu cerita tanpa karakter, tidak bisa disebut cerita. Tokoh di dalam cerita itu akan membentuk cerita itu sendiri. Maka dari itu apabila tokoh di dalam ceritamu "kurang kuat" dalam arti segala hal tentang kehidupannya tidak sempurna kita ceritakan, maka cerita kita tidak akan berkarakter. Wow, kok bisa?

Begini. Kita dulu pernah membaca cerita sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia saat merdeka. Pastinya teman-teman juga pernah membaca Sejarah ini. Kita ambil contoh tokoh Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Bagaimana karakter beliau? Apa yang bisa teman-teman ambil dari perjuangan beliau? Dari watak dan sifat beliau? Lalu apa yang membuat teman-teman ingat dari beliau? (Tentunya bukan uang 100ribu yah :D)

Nah, saat kita membaca cerita tentang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, kita diberikan gambaran tokoh para pahlawan bangsa. Mereka berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan berbagai cara. Dengan jalur pendidikan, dengan berorganisasi, dengan gerilya, dan lain-lain. Sifat-sifat para tokohnya juga kita tahu, seperti misalnya cerdas, berwibawa, tidak mudah menyerah, rela mati demi negara dan lain-lain. Setelah itu seimbang dengan bagaimana kita mengenal tokoh-tokoh pahlawan, kita juga tahu bagaimana perjalanan kehidupan mereka dari kecil sampai dewasa. Sama seperti membuat cerita.

Membuat satu tokoh itu sulit. Beneran sulit. Kenapa? Karena satu tokoh ini akan mempengaruhi cerita yang kita buat secara keseluruhan. Tidak percaya? Seandainya cerita tentang Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia tadi kita ubah penokohannya. Misalnya Ir. Soekarno adalah seorang berkebangsaan Afrika, bisa nyelam di laut, kemana-mana bawa tombak, trus dia baca teks proklamasi. APA INI? kan nggak mungkin toh? Nggak sesuai, nggak match.  Oke, itu tadi contoh ekstrim. 

Contoh yang lain, Anda pernah menonton Rurouni Kenshin atau Samurai X? Bagaimana kalau tokoh Kenshin Himura ini adalah seorang yang suka mabuk, bodoh, tidak pandai main pedang? Kira-kira bisa nggak nyambung ama cerita? Tentunya tidak. 

Nah, maka dari itu saya akan memberitahu bagaimana cara saya membuat tokoh/penokohan. Simak baik-baik karena ini sedikit tricky.

1. Apabila ceritamu sangat berhubungan erat dengan tokohmu, maka catat tanggal lahir, tempat, rumah sakitnya, wetonnya kalau perlu. Tulis juga orang tuanya dan ada peristiwa penting apa saat dia lahir.  

2. Apabila ceritamu ada hubungan dengan hobi tokohmu, maka catat hobinya dan riset tentang hobi tokohmu. Kan nggak mungkin kalau tokoh kita suka diving, kita tak tahu tehnik-tehnik diving. Bakalan nggak logis cerita kita nantinya. 

3. Apabila ceritamu ada hubungan dengan pekerjaan tokohmu, maka catat pekerjaannya dan riset tentang pekerjaan yang dia geluti. Kalau dia anak IT, maka risetlah tentang anak IT. Kan nggak mungkin kalau kamu bikin cerita tokoh IT, eh dia nggak tahu apapun tentang istilah-istilah IT, gunakan istilah-istilah yang sering dipakai oleh anak IT. Jangan bikin istilah sendiri.

4. Apabila ceritamu erat kaitannya dengan sifat tokohmu, maka catat sifat-sifat tokohmu. Baik itu sifat fisik, maupun sifat non fisik. Sifat fisik bisa seperti rambut atau tinggi badan atau berat badan. Kalau ceritamu selalu menyinggung bagian yang spesial dari tokohmu seperti rambutnya yang mirip brokoli, maka ceritakan bagaimana susahnya punya rambut seperti itu. Kalau ceritamu selalu menyinggung berat badan tokohmu, maka munculkan bagaimana susahnya tokohmu menjaga berat badannya, susah senangnya ceritakan. Jangan sampai satu pun dari sifat tokohmu tidak kamu ceritakan atau malah nggak nyambung. Contohnya adalah tokohmu ada sifat yang menonjol yaitu humoris, eh ternyata guyonannya garing. Kan nggak nyambung. 

5. CEK dan RICEK setting ceritamu dengan penokohan karaktermu. Maksudnya sesuaikan zamannya. Kan nggak mungkin pada zaman majapahit tokohmu pakai celana jins. Belum ada. Atau yang paling aneh adalah pada musim kemarau yang panas, memakai busana tebal. What?  Atau sedang ada di pantai, tapi pake batik resmi seperti mau ke kondangan. Nggak match sodara-sodara. Atau ke pesta pernikahan, eh pake you can see atau  baju pantai. Maka dari itu sesuaikan. 

Panduan MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang