Membuat Outline

2.5K 104 16
                                    

Orang bilang, tak akan sempurna apabila pertempuran tanpa perencanaan. Bangunan juga tak akan kokoh apabila tanpa pondasi dan struktur rangka yang kuat. Demikian juga dengan cerita, tanpa susunan kerangka yang kuat, maka cerita tersebut akan rapuh. 

Outline adalah kerangka karangan.  Kerangka karangan ini boleh dibilang sebagai prototype karyamu. Kau bisa membuat karya langsung tanpa menyusun kerangka karangan seperti yang dilakukan oleh Stephen Kings. Yeah, he is my fave. But, beliau melakukan itu karena memiliki daya ingat yang tajam dan memiliki pengalaman berpuluh-puluh tahun dalam menulis. Akan sangat cupu bagi kita yang menulis saja masih kebingungan menyusun plot. Bagi saya Stephen Kings itu seorang master yang cukup lihat dalam masalah penyusunan plot. Jadi, kalau dia tak membuat kerangka karangan, it's OK. Dia memang sudah ahli. Tapi, saya bukan seorang master seperti dia. 

Dalam pelajaran bahasa Indonesia juga, kita diajari membuat kerangka karangan. Kali ini saya akan memberikan taktik, tips dan trik agar ceritamu mantul. Namun, perlu diingat. Saya tak bisa menjamin 100% tulisanmu bagus. Itu tergantung kamu sendiri, bagaimana menyusunnya. Jadi, tips kali ini adalah hasil dari pengalaman saya sendiri bagaimana cara menyusun kerangka karangan. Sebenarnya BUANYAAAAK banget tips menyusun kerangka karangan, kalau Anda ikut kelasnya Mbak Rosi L. Simamora, beliau pernah membagi tips ini. Trus kalau Anda baca-baca artikel yang disusun oleh JC Lyons, beliau juga memberikan cara bagaimana menyusun kerangka karangan versi dia. 

Saya dalam menyusun kerangka karangan melakukan 3 langkah wajib. Apa itu?

1. Tahu awal cerita seperti apa

2. Tahu akhir cerita seperti apa.

3. Tahu klimaks dan kekuatan cerita. 

Kalau saya tidak bisa menentukan awal dan ending, maka saya tidak akan membuat cerita. Sekedar ide saja tidak cukup. Okelah kita punya ide misalnya ada agen rahasia cewek suka ama cowok SMA. Trus awalnya gimana? Endingnya gimana? Klimaks dan kekuatan cerita ada di mana?

Ingat awal itu tidak asal dijawab dengan, "Mereka bertemu tak sengaja di sebuah peristiwa di mall".  Ah, terlalu klise. Bukan begitu. Kamu HARUS DETAILKAN setiap kejadiannya, settingnya, dan apapun yang ada saat itu harus detail. Awal itu tak harus 1 bab. Awal cerita mungkin 2, 3 atau bahkan 10 bab adalah awal cerita. Kamu harus benar-benar tahu bagaimana kedua karakter ini bertemu dan di awal cerita ini sudah tahu tujuan akhir dari karaktermu. Coba baca panduan sebelum ini, tentang bagaimana cara menyusun premis. Jadi, kembali kita ke bab premis kemarin. 

 Baiklah, awalnya sudah dapat. Kamu bisa menggambarkan dengan detail bagaimana kedua karakter bertemu di awal. Langkah berikutnya, ENDING. Dan ini sama seperti langkah pertama. KAMU HARUS SUSUN SECARA DETAIL ENDINGNYA. Tuh, saya capslock dan bold. Biar pada paham. Di Ending ini, tujuan cerita sudah dapat, tujuan akhir karakter sudah dapat. Ini pamungkasnya. Kasih sesuatu yang dramatis, bikin greget dan buat pembaca minta lanjutan ceritanya. Kamu mungkin akan memikirkan puluhan ending cerita, maka ambil yang terbaik

 2 Langkah sudah. Lalu langkah yang terakhir adalah Kamu harus menentukan KLIMAKS dan KEKUATAN CERITA. Klimaks di sini berarti puncak cerita, yang membuat pembaca tak akan melupakan ceritamu. Dimana ketegangan benar-benar ditonjolkan. Lalu, kekuatan cerita. Kamu menulis cerita romansa, maka tunjukkanlah cerita yang benar-benar bikin baper. Kamu menulis cerita fantasi, maka tunjukkanlah cerita yang benar-benar membuat orang melongo dan ikut terbelalak membaca ceritamu.

Jika 3 hal ini sudah kamu tentukan, silakan menuliskan susunan kerangka karangan.  

Cara menyusunnya pun freestyle. Bebas. Anda bisa menuliskan poin perpoin runut dari awal sampai ending cerita. Tapi, bisa juga poin, lalu ada sub-sub poin. Artinya kejadian besar, tetapi ada kejadian-kejadian kecil yang mendukung. Mana yang lebih enak? Sekali lagi, tergantung selera. 

Bagaimana kalau kita membuat satu contoh? Oke. Kita bikin kerangka karangan yang cukup simpel aja. Perhatikan:

1. Sera bangun kesiangan, menghadapi kesialan di jalan, di kantor, sampai kelelahan. Namun ketika pulang ada seikat bunga mawar dipersembahkan untuknya. Rasa lelahnya pun hilang seketika. 

Di atas adalah contoh kerangka karangan tanpa ada sub-poin. Lalu, kalau pakai sub poin seperti apa?

1. Aktivitas Sera hari itu [100]

- Bangun kesiangan [10]

- Di jalan nyaris ketinggalan bus [10]

- Ketumpahan es krim [10]

- Kena marah bos karena laporan kemarin belum dikirim [20]

- Bersaing ama rival di kantor untuk presentasi yang paling unggul, sayang kalah [20]

- Pulang terlambat karena harus menyelesaikan laporan [10]

- Lelah, karena merasa hari ini sial sekali [10]

- Di rumah diberi kejutan oleh seseorang yang dia cintai [10]


Yang di atas adalah contoh kerangka karangan dengan menggunakan sub-poin. Lengkap saya kasih angka-angka. Itu adalah poin. Dimana parent bernilai 100. Artinya untuk bisa menyusun poin 100, maka kamu harus membuat sub-sub poin yang mana nilainya harus tepat 100. Jangan kurang dan jangan berlebihan. Kurang artinya ceritamu ada yang kurang, lebih artinya terlalu melebar. 

Saya akan jelaskan, tapi dari model yang pertama mustinya kalian sudah paham ya. Soalnya model kerangka karangannya seperti paragraf begitu saja, tanpa ada penjelasan terstruktur. Bentuk yang kedua lebih terstruktur. Di cerita ini, kita membahas aktivitas Sera hari itu. Jangan melebar kemana-mana. Kan nggak mungkin juga aktivitas Sera hari itu dikasih tambahan cerita ada alien lewat sambil joget-joget pisang.

Kembali ke bentuk kedua. Nilai-nilai di sub-poin tersebut terserah mau diisi apa, asalkan nilai tersebut sesuai dengan bagaimana bagian tersebut membangun cerita. Seperti dilihat di atas saya memberikan nilai 20 pada bagian "kena marah bos" dan "bersaing ama rival". Sebab di bagian ini adalah puncak dari ketegangan. 

Saya sendiri orangnya lebih senang menyiksa karakter yang saya buat. Saya buat dia cukup menderita, hingga kemudian dia menemukan pencarian jati dirinya. Endingnya tak harus happy ending, kadang menggantung juga ok. Asalkan, semua tujuannya tercapai. 

Dengan adanya kerangka karangan, maka kamu bisa melompat dari tulisan satu ke tulisan yang lain. Misalnya saja, ingin menyelesaikan endingnya dulu. OK, bisa. Langsung saja nulis bagian endingnya. Ingin menulis dari tengah dulu, silakan saja. Intinya, dengan kerangka karangan kamu bisa nulis dari mana pun yang kamu suka. Dengan membuat kerangka karangan, kamu sudah membuat peta perjalanan ceritamu. 

Jadi sudah tahu bukan kenapa kok ada yang nulis sangat cepat, sebulan bisa selesai, bahkan mungkin seminggu selesai. Saya sendiri kalau tidak terlalu sibuk, mungkin dengan menggunakan kerangka karangan, menulis cerita bakal lebih cepat lagi. 

Nah, yang paling susah dalam menulis kerangka karangan itu adalah menulis cerita genre misteri. Tahu sendirikan yang detektif-detektif gitu. Susah beudh!

Kenapa demikian? Karena, cerita misteri itu butuh plot yang rumit. Kita harus mempersiapkan kejutan-kejutan di setiap bagian ceritanya, serta kita harus mempersiapkan paling sedikit 2 plot tersembunyi dan 2 plot twist. Opo maneh iki?

Plot tersembunyi adalah plot dimana cerita kita sebenarnya menceritakan kejadian A, tetapi secara bersamaan menceritakan juga kejadian B. Trust plot twist itu apa? Plot twist itu adalah dimana plot yang seharusnya berjalan ke kejadian A, ternyata berbalik arah. 

Contoh plot twist itu misalnya, Ada cowok yang pacaran lama ama cewek, eh ternyata si cewek ini laki-laki. Itu sih biasa, lalu si cowoknya bilang kalau sebenarnya dia adalah cewek. Nah, lho!? :D

Mau lebih sadis, kasih saja diendingnya, ternyata mereka sebenarnya saudaraan. Kapok dah yang baca. wkwkwkwk.

Ini yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Cara menyusun kerangka karangan. Coba praktekkan dan lihat hasilnya nanti. 

Sampai jumpa di panduan menulis berikutnya. 

Panduan MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang