Day 18; A Month Later

12 3 0
                                    

Lelah. Satu kata itu cukup mewakili kesehariannya selama seminggu ini. Tugas bak air bah sudah menenggelamkannya di menit-menit awal. Walau ia mengakui, bahwa itu adalah kesalahannya juga.

Lalu, tak sampai di situ, cobaan lain datang menghampiri. Walau telinganya sudah kebal, tetapi ia tidak memungkiri betapa panasnya bagian itu kala mendengar namanya disangkutpautkan dengan sesuatu yang tidak ingin ia dengar.

"Lihat dia. Apakah dia layak?"

"Heran ya. Teman-temannya yang lain sudah ini itu. Dia?"

"Eh, bagaimana sih dia bisa masuk ke sekolah benefit seperti itu?"

'Persetan dengan kalian semua. Aku hanya ingin tidur!'

Batinnya bersuara keras halau kicauan di seberang arah. Demi apa ia harus menanggung hal semacam ini? Sudah lelah raga, kini batinnya pun ikut tersiksa.

Tak ingin mendengarkan lebih lanjut, ia segera mengurung diri di dalam kamar. Mengunci ruangan itu dari dalam, lantas terduduk lemas di balik pintunya. Lututnya segera naik sebagai penyangga atas kepala yang terkulai secara tiba-tiba.

Entah sejak kapan, otaknya hanya berisi realita yang menjemukan. Seluruh imajinasi tempatnya bermain buyar seketika kala kehidupan nyata merengsek masuk. Sadarkan dirinya akan tempatnya berada.

Namun, bagaimana ia bisa hidup sementara yang ia tinggali seumpama neraka? Tidak panas, hanya saja menyiksa. Sungguh. Ia lelah berpura-pura menjadi orang lugu nan penyendiri di atas panggungnya sendiri.

Padahal seharusnya ia bersinar amat terang.

Di satu sisi, kedua kalinya otaknya menyadarkan. Bahwa semua yang ia rasakan kini adalah imbas dari perbuatannya sendiri. Dirinya yang terkesan santai, kini matia-matian bertahan dalam jadwal padat mengikat.

Namun, bukan berarti ia memang harus mendapatkan hal seperti ini kan? Harus merapatkan telinga kala cemoohan terdengar jelas di balik punggung. Harus menebalkan muka kala ada yang mulai membanding-bandingkannya dengan yang lainnya.

'Kehidupan mereka berbeda denganku. Jadi, wajar saja kan aku juga berbeda dalam menjalaninya?'

Pemikiran itu sudah tidak bisa lagi digunakan pada masa dengan sistem rimba seperti ini. Ia yang kuat, maka ia lah yang akan selalu dipuja. Sementara yang lemah seperti dirinya harus siap dilupakan sekitar.

Dan itu semuanya menjadi momok tersendiri. Menjelma sebagai ketakutan pribadi yang tidak bisa ia ceritakan. Perlahan mengeruk sebagian dirinya dari dalam. Yang suatu saat akan habis tak bersisa.

"Hah. Walaupun belum habis, nyatanya aku sudah mati terlbih dahulu."

Gumaman kecil ia dengungkan. Mencoba memberi pengertian bahwa itu memang harus ia lakukan. Ya. Memang sudah sejatinya dirinya seperti itu, kan?

Menjadi bayang yang akan menghilang kala cahaya semakin bersinar terang.

Walau demikian, bagaimana mungkin ia bisa lakukan jika kehidupan menuntutnya menjadi sumber cahaya itu sendiri? Yang tentunya akan teramat berat untuk diemban oleh jiwa rapuhnya

Toh ia juga sudah nyaman dalam kegelapan.

Sekali lagi, kenyataan menampar dengan telak. Beritahukan bahwa pemikiran seperti itu adalah sia-sia jika ia tidak berusaha. Sayangnya, untuk berusaha seperti dulu lagi sudah tidak bisa ia lakukan.

Separuh dirinya sudah hilang. Sudah mati tanpa meninggalkan jejak apapun. Digantikan, tak akan pernah bisa menyerupai Mahakarya pertama.

Kemudian, sesuatu melintas di kepalanya. Bukan sebuah penyelesaian akhir, sayangnya menjadi hal terakhir yang bisa ia pikirkan dengan kepala bak benang kusut itu. Bergegas ia melihat kalender, lantas tersenyum ketika melihat tanggal yang akan ia temui.

Ia sudah memutuskan untuk melakukannya sebagai penebusan atas jiwa yang telah lama merana di alam fana.

Sebulan lagi. Tepat di hari istimewa yang tidak ia nantikan, ia akan melakukan itu. Semringah bersambut air mata menghiasi wajah.

Hanya sebulan lagi sebelum umurnya yang ke-18. Baginya, hidup 18 tahun itu sudah terlalu banyak untuk dijalani. Oleh karenanya, ia pun berjanji akan mengembalikannya.

Mengembalikan hidupnya pada Sang Pencipta.

.

Pancor, 18 November 2018

[Completed] (Now)vemberWhere stories live. Discover now