Day 20; Kick The Chair

8 3 0
                                    

Matanya memandang ke luar jendela. Di mana rembulan tampak merona digoda oleh para gemintang. Timbulkan pemandangan yang indah di antara langit yang begitu bersih.

Andaikata bisa, ia sangat ingin memasukkan pemandangan tersebut ke dalam dirinya. Agar dirinya sebersih langit malam itu. Atau dirinya yang bersinar bak dua cahaya langit.

Sayangnya, itu bukan sesuatu yang bisa ia raih hingga kapanpun. Alam seolah sudah menetapkan langitnya berwarna kelabu. Tiada cahaya satupun yang menghidupinya.

Apalagi selama beberapa hari terakhir ini. Seolah jiwanya sudah melanglang buana, raganya hanya menjalankan kehidupan tanpa gairah sama sekali. Tak peduli ia jatuh atau bagaimana, ia tetap memasang wajah jenuh.

Inginnya kembali ke masa beberapa tahun dahulu. Di mana ia bebas  tergelak tanpa adanya beban. Bebas untuk menghirup udara bebas tanpa khawatir sesuatu yanh melalaikan.

Dan kini? Seolah karma, semesta memberikan balasan yang setimpal. Tawanya kini hambar, pun dada yang selalu merasa sesak dalam keseharian. Yang menjadi bumbu perasa dari kehidupannya yang monokrom ini.

Menghela napas, ia sudahi acara menonton alam. Masuk kembali ke alam ciptaannya sendiri dalam ruangan berukuran sempit. Suasana remang-remang seolah mendukung hatinya untuk segera menunjukkan jati diri; begitu rapuh di balik raga yang sakit-sakitan setiap saat.

Ia mainkan tungkai kala duduk di pinggiran ranjang. Delik matanya mengamati sekitar yang sudah akrab selama nyaris 18 tahun ini. Seolah menelisik jika ada bagian yabg belum ia sambangi.

Matanya terantuk lelangit kamar bermotif kotak-kotak sebagai hasil dari bahan yang digunakan. Berfungsi sebagai daerah teritorial laba-laba, tempat itu seolah memberikan kesejukan untuk dirinya terjun ke dalam ilusi.

Imajinasinya yang meliat menyempurnakan segalanya. Bayangan samar akan sesutu tebal tergantung di sana membuatnya tersenyum tipis. Berikut ketika sesuatu itu tertambahi sesosok yang menjuntai dengan ujung nyaris mengenai wajahnya. Berhasil membuatnya tertawa kecil.

Begitu indah. Membuat angan seketika menginginkan hal itu menjadi nyata.

Maka daripada itu, ia pun bangkit. Dalam keremangan ia meraba sekitar. Termasuk kolong ranjang di mana ia menemukan segulung kecil tali tambang; sisa dari tugas sekolah beberapa waktu lalu. Sekarang, semuanya sudah komplit.

Ragu menggenang membuat dirinya sempat terhenti. Ia alihkan tatapannya ke salah satu bidang dinding di ruangan itu. Perasaannya segera membadai kala melihat foto berukuran sedang dalam keremangan.

Walau demikian, ia tahu itu adalah foto dirinya dan keluarga.

Tangannya tertahan untuk mengambil benda tersebut. Sebagai gantinya, air matanya seolah merembes tiada henti. Mengeluarkan sesak kala kenangan selama ini langsung membuncah ruah di dada.

Di satu sisi, ia tidak ingin meninggalkan mereka. Namun, di sisi lainnya, ia tidak ingin menjadi beban lebih lama lagi. Beban seperti dirinya bukannya sebaiknya menghilang?

Setelah beberapa lama, akhirnya ia mampu memaksa diri untuk tersenyum di depan foto itu. Mengucapkan kata lirih yang hanya bisa ia mengerti sendiri. Sebelum akhirnya kembali ke posisinya di atas ranjang.

Kali ini, kursi belajar ikut memberi beban pada kasur yang langsung tertekuk dalam itu. Ia pun naik ke atasnya. Jemarinya yang menggenggam tali segera mencari celah untuk dimasuki pada lelangit kamar yang kini bisa ia gapai. Hingga akhirnya, sebuah lingkaran bersimpul menjadi jelas di depan wajah.

Lingkaran seukuran kepalanya itu segera mengecil begitu mengelilingi batang tenggorok. Sekali lagi, untuk terakhir kalinya ia sempatkan diri untuk melihat ke arah dinding dengan foto itu.

Kini, tak ada lagi air mata yang mengalir. Hanya setipis senyum getir yang ia berikan seraya mengatakan, "selamat tinggal.".

Tepat di saat itu, kakinya refleks menendang kursi. Memberi efek berupa jeratan yang mengerat, membuat tubuhnya memberontak menendang udara hingga beberapa lama.

Sebelum akhirnya, tubuh itu melayu dan tergantung sempurna.

.

Pancor, 23 November 2018

[Completed] (Now)vemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang