AOI X AI - WALL BETWEEN US

57 3 22
                                    

"I-ini belum, belum waktunya ku katakan, aku, aku," Aoi gugup

"Kau menyukai ku ?," Celutuk Ai, langkah nya terhenti sesaat ia berada di depan rumah nya. Sementara Aoi, terkejut mendengar ucapan Ai

"Aku..."

Ai menunduk menatap ujung sepatunya

"Jawab, Aoi," lirihnya

Aoi mengepalkan tangan nya, ia mengambil nafas, "iya, aku menyukai mu,"

"Sudah ku duga.." nada bicaranya berada diambang ingin menjawab 'ya' atau 'tidak'

"Ai, aku tahu, kau tidak ingin lagi mencintai seseorang, tapi, aku benar benar menyukaimu, aku mencintaimu," Aoi berterus terang

"Aoi, maaf, bukan berarti aku menolak mu, aku..." Ai menjeda pembicaraan nya

"Ai.." hati Aoi rasanya hancur berkeping keping

"Sampai jumpa," Ai berjalan melewati Aoi begitu saja, ia tampak terus menunduk dalam

Aoi merasa sedih, air matanya menetes, ia ditolak, ini kah yang dinamakan sahabat jadi cinta ?

Ai menghentikan langkah nya setelah beberapa langkah jauh dari Aoi, "aku menyukaimu, hanya sebagai teman," ucapan Ai sungguh menusuk hati Aoi, ia mengepalkan tangan nya menahan sakit yang teramat sangat

"Ai, aku akan tetap mengejarmu, perasaan ku tidak akan berubah, padamu," Aoi berbicara pada dirinya sendiri. Ia lalu melangkah pergi pulang ke rumah nya

Malam tiba, suara burung hantu dan juga jangkrik menambah suasana syahdu malam hari. Ai menerawang langit malam dengan taburan bintang yang luas di angkasa. Menolak Aoi mentah mentah saat itu, membuat hatinya gundah

Aoi dan dirinya, derajat nya tidak lah sama. Aoi seorang idol, dengan para fans yang banyak hampir seantero sekolah. Sementara dia ? Hanya seorang introvert yang menjauhkan diri dari orang orang tidak penting

"Aku tidak ingin melukai mu, aku tidak ingin melukai diriku, jadi.. aku rasa ini memang terbaik untuk kita berdua," Ai bergumam pada dirinya sendiri

Hembusan angin malam mengibas rambut putih keabuan nya. Kebetulan rumah nya berhadapan dengan rumah Aoi, yang mana kedua rumah mereka memiliki balkon, Ai langsung masuk ke dalam tatkala ia melihat Aoi yang juga melihat nya

Ai tersenyum pada nya, Aoi yang melihat senyum Ai, seolah mengobati luka yang belum sembuh ini. Ia lalu melihat Ai yang langsung masuk ke dalam setelah menebar senyum padanya

Sedih, ia sedih bahwa Ai telah membangun dinding antara mereka. Andai saja ia tidak menunjukan ekspresi seperti itu, mungkin hubungan mereka masih dekat meski hanya sebatas sahabat. Hal yang ia takutkan, dinding yang Ai bangun, tak mungkin bisa diruntuhkan dengan mudah, karena ia tahu, bahwa Ai seorang yang berpegang pada rencana awal

"Ai.." gumam nya sedih, lalu menatap langit malam, dengan bintang yang memamerkan sinar mereka, bulan yang tidak kalah terang, suara burung hantu, juga jangkrik menambah suasana malam menjadi syahdu. Otak nya memutar kembali, senandungan Ai ketika mereka berjalan bersama, setidaknya, membuat Aoi tenang

"Kau bahkan telah membuat dinding, iya kan ? Dan saat itulah, aku akan berusaha menghancurkan nya," ucap Aoi menyemangati dirinya sendiri

Ai duduk dengan kaki yang terlipat, ia sebenarnya tidak tega meninggalkan Aoi begitu saja, tapi, Ai benar benar trauma dan takut untuk jatuh cinta lagi. Jujur, di lubuk hati terdalam nya, ia menyukai Aoi, namun, ia masih sadar, banyak orang yang ingin di posisi nya, gadis gadis yang merupakan fansnya lah salah satu nya

"Aku tidak bisa mencintai mu dengan kebohongan Aoi, lebih baik kau tersakiti dengan kebenaran yang kuucapkan," gumam nya sendu

Ia telah membangun dinding, mungkin tidak kokoh dengan sikap Aoi besok atau seterusnya yang sampai kapan pun terus menyayanginya selayaknya sahabat karib sejak kecil

Malam terganti oleh pagi, embun sejuk terasa di pagi hari, menyegarkan seluruh makhluk di bumi. Malam pun berganti, Istirahat pun berakhir, kini aktifitas di mulai kembali

"Hoahmm," Ai menguap, pagi pagi buta ia telah bangun, segera turun ke bawah dan mulai memasak untuk bekal nya sarapan nya dan untuk keluarganya

Setelah itu, ia mandi, dan berangkat sekolah tanpa diketahui oleh orang tua nya serta kakaknya. Berangkat dengan berjalan kaki, seperti biasa

"Ohayou ! Ai !," Sapa Iku bersama dengan saudara nya, Shirota

"Ohayou, Ikkun, An-kun," sapanya ramah

"Eh ? Mana Aoi-san ?? Biasanya Ai bersama Aoi-san kan ?," Iku kembali mengingatkan

Ai tersenyum,"maka dari itu, aku menunggu nya, kalian duluan saja," ucap Ai

"Wah, Ai memang setia ya ! Jaa, ittekimasu !," Puji Shirota seraya sedikit berlari kecil meninggalkan Ai

"Setia ?," Gumam nya menatap punggung Shirota

"Ohayou," sebuah suara terdengar jelas di belakang nya

"Ohayou mou," Ai sedikit terkejut namun ia sembunyikan dibalik senyum nya

"Ikkun dan A-kun ya ? Mereka seperti biasa pagi sekali," celutuk Aoi

"Ya, seperti kita, sudah lah, ayo berangkat," Ai segera berjalan diikuti Aoi dari belakang

Selama perjalanan ke sekolah, suasana terasa canggung, tidak ada yang memulai pembicaraan seperti biasa. Ai terlihat bisa saja, sebenarnya ia merasa bersalah setiap kali berbicara pada Aoi. Aoi ? Dia bahkan tidak menyerah mendekati Ai

Ai tidak fokus saat berjalan, langkahnya semakin tidak beraturan, ia fokus pada pikirannya

DUK !

Is tersandung kakinya sendiri, syukur Aoi menyadarinya, ia memegangi Ai

"Hati hati," nasehat Aoi

Ai yang menyadari bahwa tangan nya memegang tangan Aoi, segera menyingkirkan tangan nya itu

"A-arigatou, maaf merepotkan," Ai kembali berjalan. Aoi menghela nafas sedih, mau bagaimana pun, ini pilihan nya dan harus ia tanggung akibat dan rasa sakitnya

"Kalau kau tidak ingin berangkat bersama ku, katakan lah itu pada ibu mu,"

"Apa maksudmu ? Aku hanya ingin membeli makanan di minimarket !,"

"Lalu ? Kenapa kau marah ? Aku sudah mengantarmu bukan ?,"

"Tidak ! Kau berniat meninggalkan ku !,"

Kegaduhan terjadi didepan pintu gerbang seketika Aoi bersama Ai datang

"Naru-san ? ," Gumam Ai

"Hajime-san ??," Gumam Aoi

Aoi dan Ai saling pandang, seolah tahu pikiran satu sama lain, mereka segera menghampiri

"Naru, sudahlah," Rei tampak kerepotan dengan Naru yang terus mengomel, beradu mulut dengan Hajime

"Sudahlah~ Hajime~ ini masih pagi," Shun menenangkan Hajime yang sama sekali tampak nya tidak menghiraukan Naru

"Hey ! Dengarkan aku !," Teriak Naru, Rei bahkan sampai menutup telinga dibuatnya

"Ini masih pagi, aku tidak ingin berdebat," celutuk Hajime

"Aku juga ! Huh ! Dasar ketua OSIS tidak berguna," ledek Naru diikuti hentakan kakinya yang masuk menuju kelas disusul oleh Rei

"A-a.." Aoi dan Ai ternganga

"Eh ? Kenapa ini ? Kenapa ramai begini ? Memang nya presiden akan datang ya ??," Tiba tiba entah darimana, Yukari mencuri pandangan semua murid

"Yukari.." Ai menepuk jidat

Naru segera menuju kamar mandi saat setelah ia meletakan tas nya. Ia mencoba untuk tidak menangis, tapi sia sia saja

"Ini sudah kedua kalinya aku berdebat tidak jelas dengan nya," lirih nya, suaranya pun serak akibat menangis

Tidak ada yang tahu, bahkan Rei yang sempat menyusul pun bingung mencari keberadaan sahabat nya itu

"Mengapa tou-san dan kaa-san menitipkan ku pada nya ?," Naru mengusap sisa air matanya itu

Ia berusaha tegar













To Be Continued
Story By SatsuAoi15

School And Love #Wattys2019Where stories live. Discover now