RED

30 3 9
                                    

"Bagaimana kalau kita memeriksa perpustakaan dulu?" Aoi memutuskan.

"Boleh saja," Hajime menjawab.

"Teman teman," Ai menarik lengan baju Aoi, ia menunjuk sesuatu yang tampak nya bercahaya dengan warna merah pada cahaya itu.

Hajime, Aoi, dan Naru diam mematung memperhatikan cahaya berwarna merah yang Ai tunjuk itu. Cahaya itu berasal dari lorong diujung perpustakaan. Mereka berempat tidak ada yang bergerak sedikit pun, karena takut (?).

"Aku akan memeriksa nya," Hajime hendak melangkah mendekati cahaya merah yang berada di ujung lorong perpustakaan itu, namun, langkahnya terhenti seketika Naru menarik tangannya.

"Jangan! Kalau itu memang hantu bagaimana?!" Tanya Naru panik.

"Tidak akan," Hajime bersikeras untuk mendekati cahaya di ujung lorong, meski begitu Naru memaksanya untuk ikut dengannya. Mau tidak mau, Hajime mengizinkan Naru ikut bersamanya. Sementara Aoi dan Ai berada di belakang kedua senior mereka.

Semakin dekat. Keempatnya semakin dekat dengan cahaya itu. Hajime yang berada di depan dan memiliki kemungkinan untuk melihat asal cahaya itu, mengumpulkan segala keberanian dan dengan pasti bahwa itu bukan lah hantu. Namun, ketika Hajime dan Naru yang berada di depan sementara Aoi dan Ai berada di belakang dan sesampainya mereka di lorong ujung perpustakaan dimana cahaya merah itu berada, mereka hanya menemukan sebuah permata berwarna merah atau lebih tepatnya ruby yang mana benda itu terpancar sinar rembulan yang menghasilkan cahaya merah. Itu lah cahaya merah yang di lihat oleh Ai.

"Syukur lah," Ai bernafas lega.

"Hahh, kau sendiri yang mengajak kami tapi kau juga yang takut?" Naru geleng kepala sementara Ai hanya terkekeh.

"Tapi, siapa yang membiarkan permata cantik ini disini? Bagaimana kalau sampai ada yang memiliki nya dan dalam waktu yang bersamaan permata ini diambil?" Naru memungut permata itu.

"Entahlah," Hajime angkat bahu.

Naru mengamati ruby yang ia pungut tadi. Dilihat dari segi manapun, permata merah nan indah itu bukanlah sebuah replika namun asli. Karena terlalu sibuk dengan rasa heran serta penasaran dan kagum, tiba tiba seekor burung hitam atau lebih tepatnya gagak terbang dengan cepat kearahnya yang mana membuat nya beserta Hajime, Aoi, dan Ai terkejut.

"Aduh! Sakit!" Burung gagak itu mematuk matuk kepala Naru hingga ruby yang di genggamnya terjatuh dari tangannya.

"Naru-san!" Aoi dan Ai terkejut.

"Gagak sialan," Hajime mengusir gagak tersebut yang menganggu Naru. Namun tampaknya, gagak itu tak menyerah mematuki kepala keras Naru.

"Corbeau," seketika gagak itu berhenti sesaat seseorang mengatakan kata 'Corbeau'. Sang gagak terbang menjauh dari Naru kepada seseorang yang secara bersamaan keluar dari balik kegelapan.

"Aduh.." Naru mengusap usap kepalanya yang terus di patuk bagai roti oleh gagak tadi. Begitu juga dengan Hajime, ia berusaha menghilangkan rasa sakit di kepala Naru.

"Naru? Hajime?"

Seketika mendengar nama Hajime dan Naru di sebut, Hajime, Naru, Aoi dan Ai menatap seseorang yang memanggil nama Hajime dan Naru itu.

"Raven?!"

Bulan dan bintang masih setia menghiasi langit malam dan menemani seseorang yang sedang kesepian. Angin malam yang menenangkan dan dingin, membawa suasana sejuk di malam hari. Tak kalah sejuk saat pagi hari. Sementara itu, Hajime Naru beserta Aoi Ai masih berada di sekolah untuk memecahkan kasus 'hantu sekolah' yang ramai di bicarakan itu.

School And Love #Wattys2019Where stories live. Discover now