BAGIAN 4

871 79 4
                                    

Happy reading my readers
________________________

Seluruh murid SMA Adipati bersorak senang saat mendengar bel pulang berbunyi.

Siapa sih yang ga senang saat bel pulang berbunyi?

"Ayo rel pulang" ajak Saras.

"Emh nanti deh nunggu kondusif dulu, males gua kalo rame-rame"

"Oke kita tunggu biar rada tenang dulu deh"

Saras yang tadinya sudah menggendong tas dan berdiri pun duduk kembali dengan tas yang masih ada di gendongannya.

"Ngapain juga cepet-cepet pulang, kalo sampe rumah juga paling cuman rebahan" ucap Laras sambil bermain hp menyecroll ig, stalking doi gitu, kalo punya!.

"Yeah ga tau aja nikmatnya rebahan" cibir Saras.

"Sambil nunggu tenangan dikit, kita cerita tentang diri kita masing-masing kuy, itung-itung biar makin deket dan kenal satu sama lain" ajak Saras semangat, karna dia sedari tadi gabut mau ngapain. Laras sibuk main ig sementara arelia sibuk membaca novelnya.

"Boleh, siapa dulu nih?" Tanya Laras antusias.

"Gua aja dulu. Gua Saras anaknya pak Joko sama Bu Dewi gua anak tunggal, hobi gua makan and rebahan, gua jomblo juga, katanya sih gua anaknya kalem dan ga neko-neko dan gua mengiyakan itu semua ahayyy, gua sama si Laras udah temenan dari kecil, cukup sekian dan terimakasih" terang Saras.

"Giliran gua ya, nama gua Laras, nama gua rada mirip sama si saras, nah karna nama kita yang mirip kita sering di sangka kembar, padahal enggak. Hoby gua stalking cogan. Apalagi cogan Korea, Hem apalagi ya? Oh ya Gua jomblo! Gua juga suka halu, banyak yang bilang kalo gua itu orangnya bobrok, padahal menurut gua, gua anaknya kan kalem, baik hati, gemar menabung dan tidak sombong. Emang nih ya-"

"Udah ras kalo lu lanjutin ga bakalan selese-selese" sela Saras, kupingnya merasa panas saat mendengar celotehan Laras yang membangga-banggakan dirinya, kalo di teruskan ga bakalan selesai.

Laras mengerucutkan bibirnya sebal "ish kan belum selesai, gapapa deh. Sekarang giliran lu rel"

Arelia tersenyum manis "gua seneng bisa punya temen seperti kalian, hidup gua ga ada yang menarik. Yang ada hanya kemirisan, setiap hari pasti selalu ada lontaran kata kotor yang orang berikan pada ku, mereka menganggap ku seakan aku ini sampah, dan tak layak hidup"

"Bahkan keluarga ku sendiri pun turut membenci ku. Mereka merasa malu karna mempunyai anak seperti ku" tak terasa air mata turun membasahi kedua pipi arelia, ia mengingat bagaimana hujatan-hujatan yang di berikan banyak orang kepadanya dan juga perbuatan orang tuanya yang menyakiti perasaannya.

"Itu semua hanya karna wajah ku ini" arelia menyibak rambutnya yang menutupi wajahnya yang buruk rupa.

Saras menangis dia tak menyangka bahwa kehidupan teman barunya itu sangatlah berat, dia membayangkan berada di posisi arelia, pasti dia tak akan kuat.

"Arelia gua tau ini semua ga mudah buat lu. Tapi jangan nyerah ya" pinta Saras.

"Kita ada di sini untuk memberi mu semangat rel, lu pasti bisa" ucap Laras memberikan semangat pada arelia.

Arelia merapikan rambutnya kembali hingga menutupi wajahnya yang buruk rupa "makasih ya kalian mau menerima ku apa adanya, walaupun kita baru kenal tapi gua bisa merasa nyaman berada di sisi kalian. Kalian teman pertama yang gua punya, selama 18 tahun hidup gua belum pernah ngerasain gimana rasanya punya temen"

"Kita temenan sama lu tulus kok rel, serius ga bohong" ucap Saras.

Laras menengokkan kepalanya ke depan, dilihatnya jam dinding yang berada di atas papan tulis "anjir kita curhat udah sampe tengah jam, ayok buruan balik keburu gerbangnya tutup"

"Ayo!"

Mereka segera berlari untuk pulang karna mereka takut kalau gerbang telah di tutup.

"Syukur deh pak satpam belum nutup pintu gerbang karna ada anak yang lagi ekskul" lega Laras.

"Jemputan gua udah nungguin nih, ayo ras balik. Rel lu di jemput ga? kalo ga sekalian aja bareng kita" Laras emang sering nebeng sama Saras karna rumahnya emang deket.

Arelia menggeleng "nggak ah, gapapa gua balik sendiri aja" tolak arelia.

"Yaudah kita balik dulu ya, see you"

"Muach"

Arelia menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan teman barunya itu.

Arelia berjalan lagi untuk menuju halte, "eh hari ini hari Jum'at ya? Besok weekend mendingan gua ke rumah Mama aja, tapi pengen ketemu Abang dulu ah" ucap arelia pada dirinya sendiri.

Tak lama arelia menunggu di halte, bus yang ia tunggu-tunggu pun datang.

"Makasih mang!"

"Iya neng, tiati kalo jatuh mukannya tambah ancor!"

"Astaghfirullah" arelia mengelus dadanya supaya tidak emosi mendengar ucapan kernet bus tadi.

Arelia memasuki sebuah perusahaan yang sangat mewah dan megah, "Siang nona" sapa setiap karyawan yang ada di sana.

Arelia hanya mengangguk dan memasang wajah datarnya.

Arelia memasuki ruangan CEO perusahaan, langsung saja arelia menduduki kursi kebesarannya "gila sih baru di tinggal beberapa hari udah numpuk aja nih berkas" kesal arelia, ia pun langsung membereskan pekerjaannya.

GEDUBRAK!'

Tiba-tiba masuk lah seorang lelaki yang gagah nan tampan yang memasuki ruangan itu dengan tak elitnya.

"Pantat ku oh my" ringisan pria itu.

"Kamu ngapain sih bang, kalau mau duduk ya di sofa bukan di lantai gitu"

"Aku jatuh anj" kesal orang itu, sementara arelia cekikikan merasa senang terhibur.

"Tumben kamu ke sini dek" tanya orang itu sambil mendudukkan pantatnya yang tersakiti tadi ke kursi depan arelia.

"Gapapa, pengen aja sih. Ini Napa berkas masih numpuk sih bang rey, bang rey ngapain aja di kantor, jangan bilang bang rey godain karyawan cantik ya!"

Orang yang di panggil bang rey itu pun cengengesan "peace, tau aja lu dek. Eh btw kamu nanti pulang ke rumah ya dek, Rosa, Mama sama papa udah nanyain kamu terus tuh. Udah pada kangen sama kamu"

"Mumpung besok weekend arel pulang kok bang, sekalian nginep"

"Sip, ayo lanjut kerjanya"

"Hmm Abang juga!"

Hari ini arelia akan pulang ke rumahnya, rumah yang di anggapnya benar-benar seperti rumah, yang di dalamnya banyak keluarga yang menerimanya. Bisa menganggapnya sebagai seorang anak dan bisa menggapnya sebagai seorang saudara.

Rumah itu merupakan rumah keduanya yang bisa membuatnya tersenyum bahagia, bukan seperti rumahnya yang selama ini ia tempati. Rumah yang seperti neraka baginya.

Ada sebuah keluarga yang mau menganggapnya seperti anaknya, menyayanginya dan menerima dirinya seperti anak mereka sendiri.

Di usianya yang baru menginjak 18 tahun banyak usaha yang di lakukan arelia seperti perusahaan yang ia dirikan sendiri dan selama ini di kelola oleh Abang angkatnya, Reyhan Santosa.

Arelia juga memiliki usaha lain seperti kafee, restoran, dan butik, yang pastinya bukan arelia yang mengelola ada para orang kepercayaannya yang bisa di beri tanggung jawab olehnya.

Selama arelia di kediaman Adipati memang dia seperti anak yang tak di anggap bahkan uang jajan pun arelia tak di kasih. Dia tak butuh uang jajan yang ia butuhkan hanya kasih sayang dari keluarganya, itu saja! Tidak kurang dan tidak lebih.

Nama sendiri ia samarkan menjadi aurel Stevani, dia berharap dengan nama itu hidupnya yang suram bisa menjadi lebih terang.

############

TBC

See you next chapter readers
Jan lupa untuk vote and comentnya ya....

Salam manis author

RelKan [COMPLETED]Where stories live. Discover now