Jatuh Cinta Pada Mantan

6.6K 357 5
                                    

Rio terpekur di ruangan gelap itu. Keluarganya pasti membenci kelakuannya. Lelaki itu mendesah, meraup kasar wajahnya lalu menjambak rambutnya. Pintu ruangannya terbuka tiba tiba dan sekertarisnya berjalan cepat lalu memelulnya erat sambil menangis. Rambut dan wajahnya tampak berantakan.

"Pak Rio, bu Rumita memecat saya pak. Dia bahkan mempermalulan saya dan menjambak rambut saya," wanita itu menunjuk rambutnya yang sudah bak sarang burung. Dengan manja Cindi duduk di pangkuan Rio dan mengecup bibir lelaki itu.

"Pak, bapak kenapa?" Jemari nakal Cindy menelusuri rahang tegas Rio, lalu turun ke dada bidang itu. Rio menahan jemari itu.

"Cindi, turun!" Perintah lelaki itu tanpa menatap wajah Cindi. Cindi yang menerima signal tak mengenakkan dari bosnya, mencoba menggoda dengan menempelkan dadanya yang membusung. Wanita itu mendekatkan bibir merahnya lalu menggigit dan mengecup bibir lawannya yang tak bergeming.

"Cindi!!" Rio membentak, membuat Cindi terkejut lalu bergegas turun dari pangkuan Rio.

"Pak Rio, ke-kenapa teriak gitu?" Cindi mengelus dadanya.

"Kemasi barang kamu." Cindi kembali terkejut.

"Apa?! Pak Rio pecat saya? Ga bisa gitu dong pak?!" Teriak wanita itu. Rio berjalan menuju meja kerjanya setenang mungkin, namun baru berapa langkah Cindi memeluk tubuhnya dari belakang.

"Masa begitu mudah saya dibuang pak. Memangnya saya kurang apa pak?" Tangan wanita itu bergerilya mengelus tubuh dan barang pusaka Rio yang perlahan mengeras.

Desahan halus sengaja di luncurkan dari bibir Cindi yang semakin agresif menyelipkan tangannya kedalam celana katun Rio. Rio tampak mengepalkan tangannya. Dengan berani Cindi menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan pusakanya yang kini berdiri tegak gagah meminta kepuasan.

Cindi berdiri didepan pria yang kini memejamkan matanya menikmati sentuhan wanita itu. Perlahan Cindi mengulum pusakanya dan memuaskannya hingga bukti kepuasan lelaki itu membanjiri mulutnya. Rio tampak terengah, lalu perlahan merapikan celananya dan duduk di kursi kebesarannya. Cindi dengan berani duduk di pangkuan Rio seraya mengusap dada lelaki itu.

"Pak..." suaranya dibuat mendayu dan mendesah demi membujuk lelaki itu.

"Terima kasih sudah memuaskanku Cindi. Sekarang berkemaslah." Jawab lelaki itu sambil mendorong pelan tubuh Cindi agar berdiri.

"Ka-kamu?!" Cindi benar benar terhina. Dengan marah wanita itu memukuli dada bidang Rio sambil mengumpat marah. Saking emosinya bahkan wanita itu tak menyadari dua orang security sudah berdiri di ruangan itu dan bersiap untuk menariknya keluar.

Cindi memberontak ketika kedua security itu menyeretnya keluar dari bangunan megah PT. Prasarana. Tatapan jijik dan umpatan kerap dilontarkan karyawan yang melihat tingkah wanita itu.

**

Setahun sudah berlalu. Rio tak pernah lagi melihat mantan istrinya. Terakhir ketika kejadian dimana Anika memergokinya mencumbu sekertarisnya. Setelah itu Anika mrnghilang entah kemana, hanya selembar kertas perceraian yang diterimanya.

Rio merasa bersalah atas apa yang terjadi. Wanita itu terlalu banyak ia sakiti. Pintu ruangannya diketuk, Rumita memasuki ruangannya bersama setumpuk dokumen.

"Melamun lagi?" Tanyanya sambil meletakkan dokumen.

"Hari ini sekertaris mas akan datang, sementara menunggu visa dia akan menggantikan mba Dian." Lelaki itu masih diam sambil memandangi jendela kantornya.

"Denger ga sih?!" Rumi mulai jengkel, lalu menekan interkom dan menyuruh seseorang masuk.

"Permisi..." suara lembut seorang wanita mengalun di telinga Rio.

Seorang wanita dengan gemulai berjalan mendekat. Rumita memeluknya singkat lalu menepuk bahu sepupunya yang masih berkutat di depan laptopnya.

"Baik-baik ya sama Nika. Awas lho ya kalau sampai Nika ngadu yang macem macem." Ujar wanita berkaca mata itu sambil berlalu.

Rio menoleh menatap wanita yang masih tersenyum melambaikan tangannya pada Rumita. Setelah wanita itu berbalik menghadap Rio yang seketika melongo menyadari siapa wanita itu. Rio sontak berdiri dari duduknya, matanya menatap lekat wajah manis di hadapannya.

"Ni-Nik-kka?!" Anika tersenyum sopan sambil mengangguk.

"Ada yang bisa saya kerjakan pak?" Tanya wanita itu sopan tanpa memperdulikan reaksi lelaki didepannya.

"Nika? K-kamu, kamu sedang ap-tidak! maksudku kamu ke-kemana saja selama ini?" Rio nampak gugup bertanya.

"Oh, saya pindah ke tempat lain pak." Jawab Anika singkat.

"Kamu menghilang Anika..."Rio mendesah mencoba meralat ucapan mantan istrinya. 'Ah, ya. Mantan istriku, dia sekarang telah menjadi mantan istriku. Aku, aku sungguh tak rela Tuhan!' Jerit hati lelaki itu.

"Jika ada yang perlu saya kerjakan bapak bisa panggil saya. Saya permisi." Anika menunduk hormat pada sang mantan suami yang kini resmi menjadi bosnya.

Rio menatap lekat punggung Anika. Anika banyak berubah, lebih canti, lebih lembut dan ah... Rio memukul jidatnya. Menyingkirkan bayangan Anika yang kian jelas di otaknya.

"Nika..." lirihnya pilu.

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now