Dendam dalam cinta #3

4.4K 310 14
                                    

1.5 tahun kemudian.

"Boy, Daddy pulang!"

Seorang lelaki berbadan tegap memasuki rumah minimalis dengan senyum lebar. Tawa membahana ketika melihat seorang balita, tengah berjalan tertatih-tatih kearahnya. Lelaki itu berlutut dengan tangan terbuka lebar menanti bocah itu masuk ke pelukkannya.

"Oh, my son. I miss you so much, Boy!"

Herroz menciumi wajah Mikael dengan gemaz. Hatinya begitu merindukan bocah kecil itu, meskipun dirinya hanya pergi selama 1 hari.

"Herroz? Kau sudah pulang?" Maya mendekati pria itu. Mengecup pipinya dan memeluknya dengan sayang.

"Ah, hanya pipi?" Lelaki itu mengerling manja sambil memajukan muncungnya.

Maya terkekeh, berjinjit lalu mengecup bibir suaminya.

"Aahhh... no no no no!!" Bayi lucu itu meronta-ronta melihat sang ibu mencium ayahnya.

"Oh, lihat. Kau membuatnya cemburu," Maya meraih Mike kedalam gendongannya, lalu mencium pipinya dengan gemaz.

"Ah, sainganku berat," Herroz menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak dramatis.

"Ayo masuk, kau lapar?" tanya Maya. Senyum pria itu melebar.

"Ya! Aku sangat lapar," ujarnya bersemangat.

"Kalau begitu, ayo makan dulu. Aku baru saja selesai masak," wanita itu mendudukkan Mike di baby chair. Kesempatan!

"Tapi aku lapar yang lain, sayang."

Herroz memeluk istrinya dari belakang, dan menghirup aroma rambutnya yang tergerai. Hasratnya naik tiba-tiba, 'ah, obatnya mulai bereaksi,' batinnya. Lengannya menarik rapat paha Maya, pinggulnya menggesek-gesek bokong istrinya.

"Her--rroz!"

"Kilat?" tanya lelaki itu serak. Tangan kirinya menelusup dibalik kaos istrinya, dan mulai bermain dengan bukit kembarnya. Maya menggigit bibir menahan rasa panas. Herroz menarik tubuh Maya membelakangi Mike yang sedang asik menyantap makan siangnya.

"Herrozh... ja-jangahn. A-da M-Mike,"

"Sssttt...."

Benihnya yang telah di jampi harus keluar saat ini juga. Maya harus mengandung benihnya, sebelum mereka muncul. Herroz membuka zip dan menurunkan jeansnya, menyibak rok lalu menurunkan celana dalam wanita itu. Miliknya diarahkannya di depan vagina Maya.

"Aahhhmmpt!"

Maya langsung menutup rapat bibirnya, ketika sebuah desahan lolos saat lelaki itu menerobos masuk. Kedua tangan lelaki itu sibuk meremas dadanya, sementara pinggulnya bergerak maju mundur. Maya mendesis nikmat, suaminya selalu mampu memuaskannya. Memberinya kenikmatan, meski tanpa cinta.

"Mamamamm...."

Maya hanya tersenyum kecut menatap Mike. Nafasnya memburu, rasa panas menjalari kepalanya. Tubuhnya menggelitik nikmat, dirinya mencapai klimaks. Tak lama kemudian Herroz pun menyemburkan benihnya.

"Oh dear, aku harap kali ini ada benihku di sini,"

Herroz mengusap pelan perut Maya. Ia membantu wanita itu merapikan pakaiannya, lalu merapikan pakaiannya sendiri.

----
Bunyi ombak dan dingin angin malam tidak membuat pria tua itu gentar. Matanya yang merah memerhati dari kejauhan, menatap lurus ke arah sebuah rumah mungil di daratan. Perlahan kepalanya mendongak, menatap bulan purnama yang bersinar terang. Bibirnya menyeringai, lalu bersiul melantunkan irama mendayu.

Herroz menatap istrinya yang terlena kelelahan. Setelah sex kilat mereka di ruang makan, dirinya kembali menuntut jatah setelah anaknya tidur. Hingga pukul 2 dini hari, mereka baru saja menyelesaikan aktivitas itu. Benihnya sudah kosong, dan berpindah tempat. Ia yakin, benih-benihnya pasti akan berbuah. Demeter tak pernah silap.

Saat hendak mengecup kening istrinya, telinganya menangkap suara irama lagu mendayu. Demeter. Pasti pria tua itu memanggilnya, pasti ada sesuatu terjadi. Bergegas memakai pakaian, lalu menyelimuti istrinya dan mengecup keningnya. Herroz menghampiri putranya, Mike. Baby Mike yang tampak lena dalam boxnya.

'I think saat itu sudah tiba, Mike. Kau akan bertemu dengannya, dan mereka yang ingin menghabisimu. Dan sepertinya, perjuanganku baru dimulai.'

Herroz merapikan selimut bocah mungil itu. Lalu berjalan meninggalkan keluarga kecilnya, dan memenuhi panggilan Demeter.

Benar saja, ratusan meter dari tepi pantai. Ia melihat kilauan merah yang berasal dari mata penyihir tua itu. Herroz melepas pakaiannya, meletakkannya di celah bebatuan. Lalu berjalan menuju laut, hingga telapak kakinya tak lagi merasakan pasir di dasar. Kakinya mulai berubah menjadi ekor, dan ia pun segera berenang menghampiri Demeter.

"Ada apa?" tanyanya sejurus tiba.

"Lelaki itu sudah menemukan istrimu," jawab Demeter dengan suara dalam dan serak.

"Jadi, tak lama lagi aku akan bertemu dengan wanita penghianat itu? Hahaha... sunggung berita baik," Herroz terkekeh.

"Apa kau sudah melakukan yang kuperintahkan, Kurios Kuriôn?" tanya Demeter sambil memerhati laut lepas.

"Tentu,"

Herroz menyelam ke dasar laut, diikuti Demeter di belakangnya. Tiba di sebuah kapal karam yang telah berlumut, Herroz berhenti.

"Aku akan kembali mengingatkannya, di mana asal usulnya, Demeter. Aku akan menyeretnya ke tempat ini, dan menjadikannya hambaku. Seperti janjinya 6 tahun lalu,"

"Seharusnya kau melakukannya sejak dulu, Kurios Kuriôn. Kau terlalu bodoh," Demeter terkekeh geli mendengar geraman lelaki itu.

Ya, tuan penguasa laut timur ini memang bodoh. Mungkin karena tidak ada seekor siren betina yang mampu menaikkan birahinya. Jadi begitu pertama kali melihat wanita itu, Kurios menjadi bodoh. Hingga akhirnya diperbodohi.

~TBC~

Ok, next part adalah flashback. Tentang si penghianat wanita...

Jangan lupa vote dan komen yak😘
Sekali lagi...

Selamat hari raya idul fitri, minal aidin wal faizin. Maaf lahir dan batin...

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now